Update Drone KamikazeKlik di Atas

Kobra Modular Air Defence System Arhanud TNI AD Ikut Digelar Dalam Pengamanan Udara IKN

Sistem hanud SHORAD (Short Range Air Defence) besutan Polandia ini pernah bersinar di Indonesia, pasalnya menjadi ujung tombak pasca rudal Rapier dipensiunkan oleh TNI AD. Namun, Kobra Modular Air Defence System mulai pudar dalam pemberitaan, seiring akuisisi rudal hanud Starstreak dan Mistral oleh Arhanud TNI AD.

Baca juga: PILICA Anti-Aircraft Missile System – Optimalkan Kanon 23mm/ZUR Komposit Rudal Grom

Dan lama tak terdengar kabar beritanya, rupanya Kobra Modular Air Defence System ikut digelar sebagai elemen pengamanan pada HUT RI ke-79 di Ibu kota Nusantara. Seperti dikutip dari akun Instagram, satu baterai (kompi) Yonarhanud 7/ABC melaksanakan Pengamanan Udara di IKN. Prajurit Yonarhanud 7/ABC mengawaki beberapa alutsista berupa kanon twin gun 23 mm/Zur dan rudal Grom MML (peluncur Poprad) yang digelar di beberapa titik untuk mengantisipasi adanya ancaman udara. Dengan stelling alutsista tersebut diharapkan dapat mengamankan jalannya perayaan Kemerdekaan yang pertama kali dalam Sejarah diselenggarakan di IKN.

Baik kanon kanon 23 mm/Zur dan rudal Grom MML Poprad adalah bagian dari Kobra Modular Air Defence System. Secara keseluruhan, di dalam Kobra Modular Air Defence System terdiri dari platform peluncur rudal Grom, kanon twin gun ZUR 23 mm, 3D Sola multi beam search radar dan battery command vehicle. Gelar alutsista ini secara khusus ditempatkan untuk melindungi beberapa obyek vital yang terdapat di kawasan Bontang.

Daru spesifikasi, Grom mempunyai berat 10,5 Kg, serta berat berikut peluncur mencapai 16,5 Kg. Bobot hulu ledak Grom yakni 1,82 Kg, sedangkan diameter Grom hanya 72 mm dan panjang rudal 1.566 mm.

Bagaimana dengan soal jangkauan? Jangkauan tembak Grom horizontal yakni 5.500 meter dan jangkauan tembak vertikal antara 3.000 sampai 4.000 meter, dengan minimal jangakauan tembak 10 meter. Untuk kecepatan, Grom bisa menguber target dengan kecepatan 650 meter per detik. Pihak pabrik menyebutkan, Grom bisa beroperasi pada suhu -35 sampai 50 derajat celcius, jadi secara teori masih layak digunakan di Indonesia.

Grom berpemandu infrared, sistem penembakan yakni mengusung konsep fire and forget, atau setelah ditembakkan secara otomatis rudal akan mengejar sumber panas sasaran. Secara umum, antara Rapier dan Grom punya kodrat yang sama dalam menguber target, yakni sama-sama mengincar target yang terbang rendah dengan manuver dan kecepatan tinggi.

Sementara untuk kanon Zur kaliber 23 mm, memiliki jangkauan tembak maksimum vertikal 2.000 meter, dan jangkauan tembak horizontal 3.000 meter. Meriam ini diawaki oleh 6 awak, 2 bintara dan 4 tamtama. Dengan konsep komposit/hybrid, amunisi meriam dan rudal dapat ditembakkan ke target secara simultan, hingga mencapai daya hancur kepada sasaran dapat dimaksimalkan. (Gilang Perdana)

Sola MMSR: Radar Penjejak Sasaran Pada Kobra Air Defence System Arhanud TNI AD

2 Comments