Kisah Jerman Kembangkan RS-80 – MLRS Kaliber Besar 280mm di Platform MBT Leopard 1
Kecemasan terlibat dalam perang besar mendorong negara-negara NATO untuk merancang alutsista dengan daya lethal tinggi saat Perang Dingin. Salah satu segmen yang mendapat perhatian yakni MLRS (Multiple Launch Rocket System). Lantaran yang bakal dihadapi adalah militer Uni Soviet dan Pakta Warsawa, maka MLRS disiapkan dalam kaliber berat, dan Jerman rupanya pernah merancang self propelled MLRS di kaliber 280 mm.
Baca juga: Mungkinkah Indonesia Pernah Mengoperasikan MLRS Nebelwerfer 41?
Yang dimaksud adalah RS-80 yang mengusung platform Main Battle Tank (MBT) Leopard 1. Alkisah pada akhir tahun 60-an dan awal tahun 70-an, negara-negara terkemuka di dunia mengambil isu pembangunan MLRS jarak jauh. Beberapa negara mulai membuat MLRS baru secara mandiri, yang lain, pada gilirannya, memutuskan untuk bekerja sama. Pada awal tahun 70-an, Jerman Barat, Inggris, dan Italia bergabung untuk mengembangkan proyek RS-80.
Tujuan dari proyek RS-80 (Rocket System 80) adalah untuk membuat MRLS jarak jauh baru yang mampu menggunakan berbagai jenis amunisi dan melakukan tugas tempur yang terkait dengan penghancuran target jarak jauh. Sebagai bagian dari proyek ini, direncanakan untuk mengembangkan rudal tak berpemandu baru dengan jangkauan hingga 60-70 km. Menurut para ahli, jarak tembak seperti itu memungkinkan untuk memberikan keunggulan nyata dalam peperangan.
Tiga perusahaan terlibat dalam pengembangan proyek RS-80, yakni MBB dari Jerman Barat, British Hunting Engineering dari Inggris, dan OTO Melara dari Italia. Spesialis Jerman dalam proyek RS-80 mengambil bagian dalam pembuatan berbagai komponen MLRS masa depan, Selain itu, industri pertahanan Jerman terlibat dalam pembuatan prototipe kendaraan tempur baru. Sementara insinyur Italia dan Inggris juga bertanggung jawab atas pengembangan komponen tertentu dari kompleks tersebut.
Hingga pertengahan dekade 70-an, pengembangan proyek RS-80 berjalan tanpa masalah. Dengan upaya bersama, para pihak terkait dapat merumuskan persyaratan dasar untuk peluncur MRLS, namun, pada tahun 1975 muncul perbedaan pendapat antar negara pengembang.
Inggris menuntut untuk mengutamakan akurasi tembakan. Sedangkan, Jerman dan Italia, atas dasar pertimbangan mereka, lebih memprioritaskan rudal berkecepatan tinggi dan waktu penerbangan yang singkat ke sasaran. Pemenuhan persyaratan keduanya secara bersamaan tidak mungkin dilakukan. Setelah banyak perselisihan pada tahun 1975, Inggris akhirnya hengkang dari proyek RS-80 dan mulai mengembangkan MLRS-nya sendiri.
Pekerjaan lebih lanjut pada proyek RS-80 hanya dilakukan oleh perusahaan Jerman dan Italia dengan keterlibatan beberapa perusahaan pihak ketiga. Mereka berhasil menyelesaikan formasi tampilan kendaraan tempur yang menjanjikan, sekaligus membangun prototipe pertamanya.
Pada tahun 1976, prototipe RSZ-NNXX dibangun. Beberapa organisasi pihak ketiga terlibat dalam pembuatannya, oleh karena itu beberapa sumber mencantumkan label Wegmann Raketenwerfer atau, dengan nama kendaraan lapis baja Leopard Raketenwerfer. Meski demikian, nama proyek RS-80 tetap sama dan tidak berubah. Mungkin Wegmann Leopard Raketenwerfer adalah sebutan internal Jerman.
Sasis yang dipilih sebagai dasar untuk MLRS RS-80 adalah MBT Leopard 1. Lantaran mengadopsi sasis MBT, mesin memiliki karakteristik tinggi dan kemampuan manuver yang cukup baik, tidak hanya di sepanjang jalan, tetapi juga di medan yang berat.
Prototipe RS-80 MLRS melewati beberapa tahap pengujian (tapi tidak pernah diuji tembak), setelah itu nasib proyek tersebut justru diragukan. Pengembangan sistem peluncur MLRS 280 mm yang baru ditunda. Pada saat yang sama, pada akhir tahun tujuh puluhan di Jerman, pengembangan proyek untuk modernisasi mendalam MLRS LARS yang disebut LARS-2 dimulai. Proyek LARS-2 menjanjikan peningkatan nyata dalam karakteristik sistem salvo yang ada tanpa perlu memperkenalkan teknologi atau komponen baru yang radikal dan masalah serupa lainnya.
Pada akhir tahun delapan puluhan, nasib proyek RS-80 akhirnya ditentukan. Jerman, yang merupakan “lokomotif” dari proyek ini, menolak untuk mengembangkan lebih lanjut MLRS pada sasis tank. Pada awal tahun delapan puluhan, transisi artileri roket ke kompleks LARS-2 yang dimodernisasi dimulai. Pilihan seperti itu terutama disebabkan oleh alasan ekonomi.
LARS-2 yang ditingkatkan dipandang jauh lebih murah dan lebih mudah dioperasikan. Selain itu, dimungkinkan untuk menghemat pelatihan ulang personel, operasi bersama beberapa MLRS, dan elemen wajib lainnya dari pengembangan teknologi baru.
Baca juga: PT-76 MLRS – Prototipe Tank MLRS Amfibi Marinir yang Terlupakan
Satu-satunya prototipe MLRS RS-80 MLRS yang dibangun masih dipertahankan hingga saat ini di salah satu museum lapis baja Jerman. Pada akhir tahun 80-an, akhirnya Inggris, Jerman, dan Italia justru memesan sejumlah self propelled MLRS M270 dari AS. Saat ini M270 menjadi basis artileri roket jarak jauh negara-negara tersebut. (Gilang Perdana)
bentuknya mirip tos ya, and kalibernya seukuran mortar soviet M1939 (Br-5)