Kilas Balik Tawaran Paket Alutsista dari DSCA dan Isu Neraca Perdagangan AS – Indonesia

Ketidakseimbangan neraca perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Indonesia menjadi salah satu alasan utama penerapan tarif impor tinggi oleh AS terhadap Indonesia baru-baru ini. Pada tahun 2024, AS mencatat defisit perdagangan sebesar $17,9 miliar dengan Indonesia, di mana ekspor AS ke Indonesia bernilai $10,2 miliar, sementara impor dari Indonesia mencapai $28,1 miliar.

Baca juga: AS Beri Lampu Hijau Penjualan 20 Unit F-16 Viper dengan Paket ‘Siap Perang’ ke Filipina

Terkait dengan isu neraca perdagangan, maka sedikit banyak dapat dikaitakan dengan transaksi di sektor pertahanan yang telah berlangsung atau belum bahkan ‘batal’ terjadi antara Indonesia dan AS. Salah satu dokumen yang bisa menjadi acuan adalah rilis dari Defense Security Cooperation Agency (DSCA) – di bawah Kementerian Pertahanan AS, yang mengeluarkan penawaran penjualan produk pertahanan kepada negara mitra AS.

Sebagai informasi, penawaran paket penjualan dari DSCA melalui mekanisme Foreign Military Sales (FMS) tidak muncul begitu saja secara sepihak, melainkan hanya dikeluarkan setelah ada permintaan resmi dari negara calon pembeli. Yang mana negara mitra (misalnya Indonesia, Filipina, Australia, dll.) mengirimkan permintaan resmi ke pemerintah AS.

Permintaan ini bisa berupa, permintaan informasi harga & spesifikasi (Price & Availability, P&A), atau permintaan untuk proposal formal penjualan (Letter of Offer and Acceptance, LOA). Setelah menerima permintaan, pihak-pihak terkait di AS (termasuk Departemen Pertahanan, DSCA, dan kontraktor) akan menyusun estimasi biaya, menilai aspek teknis dan kebijakan ekspor, serta melakukan kajian keamanan nasional dan regional.

Tandingi Kontrak Rafale, Washington Resmi Tawarkan 36 Unit F-15ID ke Indonesia Senilai US$13,9 Miliar

Bila nilai penjualan melebihi ambang tertentu, maka DSCA akan menerbitkan notifikasi resmi ke Kongres AS. Bila tidak ada keberatan dalam periode waktu tertentu (biasanya 15–30 hari), penjualan dianggap disetujui.

Terkait dengan apa yang telah dimintakan penawarannya oleh Indonesia, maka ada beberapa rangkuman dokumen rilis dari DSCA yang terkait dengan alutsista Indonesia.

1. Penjualan Pesawat F-15EX (Versi Indonesia disebut F-15ID)
Tanggal Rilis: 10 Februari 2022​
Pemerintah AS menyetujui kemungkinan penjualan hingga 36 unit pesawat tempur F-15EX beserta peralatan pendukungnya kepada Indonesia, dengan perkiraan nilai sebesar $13,9 miliar. Paket ini mencakup mesin, radar, sistem peperangan elektronik, dan perangkat pendukung lainnya. ​

Melanjutkan penawaran yang dirilis oleh DSCA, pada 21 Agustus 2023, sudah ada kemajuan atas proyek tersebut, yakni dengan dilangsungkannya tahapan Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Boeing untuk update pengadaan menjadi 24 unit F-15EX.

Bukan 36, Indonesia Akhirnya Pesan 24 Unit Jet Tempur Boeing F-15EX (Masih Menanti Kontrak Efektif)

Bahkan, MoU antara Kemhan RI dan Boeing langsung dihadiri oleh Prabowo Subianto yang saat itu adalah Menteri Pertahanan, dalam lawatannya ke AS. Penandatanganan MoU dilakukan oleh Marsekal Muda Yusuf Jauhari, Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, dan Mark Sears selaku Wakil Presiden Direktur dan Manajer Program Boeing Fighters, dilakukan di fasilitas Boeing di St. Louis setelah dilakukan kunjungan ke lini produksi F-15EX, pada 21 Agustus 2023.

2. Penjualan Pesawat MV-22 Block C Osprey
Tanggal Rilis: 6 Juli 2020​
Pemerintah AS menyetujui kemungkinan penjualan delapan unit pesawat tiltrotor MV-22 Block C Osprey beserta peralatan pendukung kepada Indonesia, dengan perkiraan nilai sebesar $2 miliar. Paket ini mencakup mesin, sistem komunikasi, dan dukungan logistik.

Amerika Serikat Resmi Tawari Indonesia Delapan Unit MV-22 Osprey Senilai US$2 Miliar, Mungkinkah Diambil?

3. Penjualan Rudal AIM-120C-7 AMRAAM
Tanggal Rilis: 10 Maret 2016​
Pemerintah AS menyetujui kemungkinan penjualan sejumlah rudal udara-ke-udara AIM-120C-7 Advanced Medium-Range Air-to-Air Missiles (AMRAAM) beserta peralatan pendukung kepada Indonesia, dengan perkiraan nilai sebesar $95 juta.

4. Penjualan Rudal AIM-9X-2 Sidewinder
Tanggal Rilis: 5 Mei 2015​
Pemerintah AS menyetujui kemungkinan penjualan rudal AIM-9X-2 Sidewinder beserta peralatan pendukung kepada Indonesia, dengan perkiraan nilai sebesar $47 juta. ​

Pengadaan AIM-9X Sidewinder Block II Untuk Indonesia Akhirnya Mendapat Titik Terang

5. Penjualan Rudal Anti Tank Javelin
Tanggal Rilis: 19 November 2012​
Pemerintah AS menyetujui kemungkinan penjualan rudal anti-tank Javelin beserta peralatan pendukung kepada Indonesia.

Setiap notifikasi penjualan oleh DSCA merupakan langkah awal dalam proses Foreign Military Sales (FMS). Proses ini memerlukan persetujuan dari Kongres AS dan negosiasi lebih lanjut sebelum kontrak final ditandatangani dan pengiriman dilakukan.

Penawaran dari DSCA bukanlah kontrak final, melainkan sebuah usulan resmi atau notifikasi awal kepada Kongres AS bahwa ada potensi penjualan sistem senjata ke negara tertentu.

Bukan Lewat FMS, Kontrak Pengadaan C-130J Super Hercules TNI AU Menggunakan Skema DCS

Suatu negara yang telah mendapatkan penawaran bisa saja tidak melanjutkan ke tahapan pembelian, di antaranya karena harga yang dianggap terlalu mahal, prioritas anggran pertahanan yang berubah, ada penawaran yang lebih menarik dari negara lain, pertimbangan politik dalam negeri, sampai proses yang terlalu lama. Yang disebut terakhir karena mekanisme FMS bisa sangat lambat dan birokratis. Negara pembeli kadang memilih metode G2G langsung atau pembelian komersial yang lebih cepat.

Dan terkait dokumen penawaran dari DSCA ke Indonesia, belum ada kabar lanjutan terkait penawaran MV-22 Osprey, pun untuk pengadaan F-15EX (F-15ID) sampai saat ini belum ada kontrak efektif yang berjalan, yang bila itu terlaksana maka dapat memberi sinyal positif pada isu neraca perdagangan antara Indonesia dan AS. (Bayu Pamungkas)

Meski Jadi ‘Anak Kesayangan’, Nasib Taiwan Jadi Penunggu Terlama dalam Pembelian Alutsista dari AS

4 Comments