Khawatir Disengat Rudal Berpemandu Radar, P-8A Poseidon Angkatan Laut AS Dipasangi Fiber Optic Towed Decoy
Kerap terbang di wilayah perbatasan negara lawan atau berada di hotspot suatu zona sengketa, telah melekat pada eksistensi pesawat intai maritim Boeing P-8A Poseidon. Tidak hanya dilakoni oleh Amerika Serikat, Poseidon milik Angkatan Udara Australia (RAAF) juiga rajin meronda di hotspot seperti Laut Cina Selatan. Mengingat dinamika konflik, maka P-8A Poseidon yang umumnya beroperasi tanpa kawalan menjadi rawan ditembak jatuh.
Tidak cukup mengandalkan chaff dan flare, melihat misi penerbangan yang semakin beresiko tinggi, P-8A Poseidon Angkatan Laut AS (US Navy) kini dibekali dengan pod Fiber Optic Towed Decoy (FOTD) untuk memperkuat kemampuan peperangan elektronika (electronic warfare). Sistem perlindungan diri yang dilengkapi pod ini akan sangat penting untuk meningkatkan kemampuan bertahan P-8A, yang merupakan platform pemburu kapal selam, pengontrol laut, dan pengumpulan intelijen yang sangat berharga, selama konflik tingkat tinggi.
BAE Systems telah mengumumkan telah meraih kontrak senilai US$95 juta untuk tahap pengembangan teknik dan manufaktur – engineering and manufacturing development (EMD) pada advanced countermeasure pods tuntuk melindungi P-8A. Dalam hal ini, BAE Systems mengatakan telah melakukan pengujian kelaikan udara dan efektivitas pada pod towed decoy yang ada.
“Kami bekerja sama dengan Angkatan Laut AS untuk memberikan solusi inovatif guna melindungi pesawat penting dan bernilai tinggi ini,” kata Don Davidson, direktur Advanced Compact Electronic Warfare Solutions di BAE Systems, “Kami dengan cepat membuat prototipe sistem yang sangat mumpuni menggunakan teknologi yang telah terbukti untuk bertahan melawan ancaman dari rudal (berpemandu) udara ke udara dan permukaan ke udara.”
Detail mengenai kemampuan sebenarnya dari pod tersebut saat ini masih terbatas, namun pod fiber optic towed decoy adalah elemen kunci dari keseluruhan sistem. Prototipe pod yang diuji pada tahun 2021 dirancang khusus untuk menggunakan basis pod AN/ALE-55 yang juga diproduksi BAE Systems.
AN/ALE-55 sudah digunakan pada jet tempur F/A-18E/F Super Hornet Angkatan Laut AS. Pod ini mengikuti di belakang pesawat melalui jalur serat optik, AN/ALE-55 juga dapat membantu memancing rudal yang masuk.
Hampir sebagian besar rudal udara ke udara jarak menengah/jauh mengandalkan pemandu berupa active radar homing. Dilepaskan dari beyond visual range, rudal udara ke udara merupakan momok menakutkan yang harus dihadapi pesawat di ketinggian langit. Dan lazimnya, guna menangkis serangan rudal udara ke udara dengan active radar homing, jet tempur mengandalkan chaff (sekam).
Dinamika pertempuran terus berkembang. Sistem pemandu berbasis radar pada rudal udara ke udara kian cerdas dan mampu mengatasi chaff konvensional yang dilepaskan ke udara. Menyiasati kondisi di atas, kemudian munculah yang dinamakan Fiber Optic Towed Decoy (FOTD). Yang tak lain adalah RF (Radio Frequency) countermeasure.
Pada tahun 2021, BAE Systems mengembangkan Advanced Dual Band FOTD yang merupakan penyempurnaan dari versi sebelumnya, ALE-55. Saat terjadi serangan rudal udara ke udara, maka dual band decoy memiliki tiga cara untuk merespons. Cara pertama dengan mendeteksi sinyal radar rudal yang masuk, menganalisisnya, kemudian menghentikannya dengan mencegah rudal mengunci sasaran (lock on).
Bila cara pertama tidak berhasil, maka cara kedua menggunakan beberapa sinyal gangguan selektif untuk memecahkan kuncian pada sasaran (break the lock).
Bila cara pertama dan cara kedua tak juga berhasil, maka ada cara ketiga dengan updaya menipu rudal agar menyerang FOTD dengan menggabungkan jamming dengan sinyal palsu yang menirukan radar signature pesawat yang jadi sasaran si rudal tersebut. (Gilang Perdana)
Fiber Optic Towed Decoy – Jurus Jet Tempur Hindari Serangan Rudal Udara Berpemandu Radar Aktif
Jika perang terjadi dan pesawat gambot dan lambat ini diterbangkan mendekati aerial musuh jamin pasti ditembak jatuh, walau dah dilengkapi beragam peralatan canggih utk hindari deteksi atau kecoh penyerang karena radar dan rudal kini makin beragam dan makin canggih dan kuat pula, sepertinya tak de guna punya pesawat besar spt ini mungkin jauh lebih baik jika gunakan pesawat yg lebih kecil dan lincah walau tak ada jaminan halal selamat pula, prefer drone yg fungsinya mampu spt Poseidon jika tertembak lupakanlah atau kalau perlu sekalian jadikan drone mata2 menjadi kamikaze.