Update Drone KamikazeKlik di Atas

Ketika Iron Dome Kewalahan, Israel Kini Kebut Proyek Hanud Laser ‘Iron Beam’

Israel paham bahwa serangan roket dalam jumlah besar yang diluncurkan dalam waktu singkat, sulit dibendung oleh sistem hanud Iron Dome. Tingkat keberhasilan Iron Dome sejatinya masih sangat baik, yakni 90 persen. Namun, selain kewalahan dalam menghadapi kuantitas serangan roket Hamas atau Hizbullah, menjadi perhatian adalah harga per unit rudal Tamir pada Iron Dome yang mencapai puluhan ribuan dollar, tidak imbang dengan harga roket Hamas yang ditaksir per unitnya hanya beberapa ratus dollar.

Baca juga: Mulai 2025, Israel Adopsi “Laser Wall” Guna Proteksi Ruang Udara dari Serangan Roket dan Drone

Berangkat dari serangan klasik yang terus berulang, maka Israel tengah mempersiapkan apa yang disebut ‘Laser Wall’ guna memproteksi ruang udaranya dari serangan roket dan drone. Laser Wall bukan senjata laser seperti yang ditembakkan ke arah sasaran, melainkan mengendepankan konsep laser wall atau tembok laser, yang kabarnya akan diuji coba di Israel selatan.

Namun, Laser Wall baru akan siap digunakan oleh Israel pada tahun 2025. Mengingat perang dengan pejuang Palestina keburu pecah, maka dibutuhkan realisasi cepat dalam pengadaan sistem pertahanan udara berbasis laser.

Realitas serangan roket Hamas pada 7 Oktober 2023 telah membuat pentolan Negeri Yahudi berpikir keras, khususnya saat Hamas meluncurkan lebih dari 5.000 roket hanya dalam waktu kurang dari 20 menit. Hamas terus mengembangkan teknologi roketnya yang belum sempurna dan meningkatkan jangkauannya hingga menjangkau kota-kota besar Israel, termasuk Tel Aviv, bahkan sampai Yerusalem.

Iron Dome dirancang untuk menghancurkan 97 persen proyektil yang masuk, tetapi tidak dapat menetralisir semuanya.

 

Sebagai solusi untuk melengkapi Iron Dome, Israel kini sedang mengerjakan pengembangan Iron Beam, sistem hanud berbasis laser yang bertujuan untuk menjadi lebih efisien secara ekonomi. Sistem hanud laser ini dirancang untuk mencegat rudal, roket, dan drone dengan biaya sekitar $3,5 per tembakan. Berbeda dengan Iron Dome yang menggunakan rudal mahal untuk intersepsi, Iron Beam menggunakan teknologi energi terarah. Sistem ini memerlukan pelacakan target dengan laser hingga hancur, sehingga membatasi kemampuannya untuk mencegat beberapa target dengan satu unit.

Dilansir dari Armyrecognition.com, disebut visi jangka panjang Iron Beam terbilang ambisius. Mantan Perdana Menteri Naftali Bennett menyatakan bahwa senjata baru ini akan memungkinkan Israel dikelilingi oleh Laser Wall yang akan melindungi dari rudal, roket, UAV, dan ancaman lainnya.

Setelah serangan-serangan ini, Israel secara resmi meminta pasokan rudal pencegat Tamir, smart bomb, dan peluru artileri dari Departemen Pertahanan AS yang dikonfirmasi oleh sumber pemerintah AS. pada tanggal 9 Oktober 2023.

Terkepas dari Iron Beam yang proyeknya tengah digeber. Sejatinya pada tahun 2020, adopsi laser sebagai sistem senjata penghancur drone mulai dibangkitkan lewat program Light Blade. Teknologinya dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems dan disebut Drone Dome C-UAS, yang telah mencapai sukses 100 persen dalam mengatasi semua skenario serangan drone, termasuk menghancurkan drone yang melakukan manuver serta mengatasi ancaman drone yang menyasar instalasi sipil dan militer.

Rafael memasang sistem Drone Dome C-UAS pada platform kendaraan Land Rover 4×4, dalam uji coba, high laser beam pada senjata ini dapat mengatasi manuver drone yang berubah tajam dari waktu ke waktu. Dalam pengujian, tiga drone dapat ditembak secara berurutan. Hebatnya Drone Dome C-UAS hanya dioperasikan oleh satu operator.

Baca juga: Israel Sukses Uji Senjata Laser Anti Drone dalam Berbagai Skenario

Namun, karakter roket berbeda dengan drone, apakah Iron Beam nantinya sanggup mencegat dan roket Hamas? Biar waktu yang akan membuktikan. (Gilang Perdana)

One Comment