Kenalkan Al Wahash IFV – Ranpur Lapis Baja 8×8 dengan Kubah Meriam BMP-3
|Ketimbang negara-negara tajir di Timur Tengah, Uni Emirat Arab (UEA) terbilang yang getol dalam mengembangkan industri alutsistanya, meski banyak uang, rupanya UEA tak ingin terus-terusan bernasib sebagai negara konsumen saja. Di segmen ranpur lapis baja, UEA telah merilis prototipe Infantry Fighting Vehicle (IFV) berpenggerak 8×8 yang diberi label Al Wahash (Wild Falcon).
Baca juga: Genesis 8×8 – Ranpur IFV dengan Tenaga Hybrid Diesel Listrik
Wahash dirancang oleh perusahaan pertahanan asal UEA, Calidus, yang berkolaborasi dengan ADG Mobility. Kemunculan perdana Wahash adalah saat ajang IDEX 2019, dan yang terbaru dipamerkan saat IDEX 2021. Meski aslinya adalah plaform APC (Armored Personnel Carriers), Wahash 8×8 sudah ditawarkan dalam beberapa model kubah. Salah satu yang menarik adalah, ranpur ini ternyata dirancang menggunakan kubah milik ranpur BMP-3. Sebagai catatan, UEA merupakan salah satu operator ranpur amfibi BMP-3.
Konstruksi persenjataan pada model kubah BMP-3 merupakan penggabungan dalam satu komponen (single-turret): meriam/peluncur roket 2A70 berkaliber 100 mm (low velocity), kanon otomatis 2A72 berkaliber 30 mm dan mitraliur berkaliber 7,62 mm.
Dengan penggabungan ini memungkinkan awak tank dapat memilih model keperluan penggunaan senjata yang tersedia dikaitkan dengan situasi, kondisi serta medan tempur, tergantung sasaran yang dipilih untuk dihancurkan baik sasaran di darat, laut maupun udara.
Uniknya lagi, Calidus juga menjajal kolaborasi meriam dengan kaliber lebih besar untuk dipasang di Wahash 8×8. Sebut saja ada varian yang menggunakan kubah meriam John Cockerill 105 mm, menjadikan ranpur ini layak masuk kategori medium weight armoured fighting vehicles. Selain menggandeng Rusia dalam adopsi kubah BMP-3 di Wahash 8×8, rupanya pengembang juga mengajak Ukroboronprom (Ukraina) untuk berpartisipasi memasang kubah kanon BM-3M Shturm di ranpur Wahash.
Dari segi rancangan, desain Al Wahash 8×8 terintegrasi dengan Generic Vehicle Architecture (GVA) digital modern. Diawaki dua personel, ranpur dengan kemampuan amfibi ini dapat membawa delapan pasukan bersenjata lengkap.
Dapur pacu Wahash mengusung mesin diesel 6 silinder dengan tenaga 724 hp. Sementara transmisi otomatisnya mengusung 7 kecepatan maju dan 2 kecepatan mundur. Ranpur dengan payload 10,8 ton dan bobot penuh 32 ton ini sanggup dibawa ngebut sampai kecepatan 130 km per jam dan bisa menjelajah sampai 750 km.
Baca juga: Kemhan Order Pindad Cobra 8×8, Varian dari Panser Tempur Pandur II 8×8 IFV
Wahash 8×8 punya perlindungan balistik hingga Level 4 STANG 4569, artinya panser jawara padang pasir ini sanggup menahan terjangan proyektil dari senapan mesin berat kaliber 14,5 mm AP (Armor-piercing). Untuk perlindungan dari efek ledakan ranjau, Wahash mengadopsi proteksi hingga Level 4B, dimana mampu menahan efek ledakan 10 kg TNT di bawah bagian tengah kendaraan dan roda. (Bayu Pamungkas)
Kalau nanti UEA dan Arab saudi.Inhannya bisa mandiri USA dan Eropa bisa kehilangan pasar senjata terbesarnya..
HDI mereka yg ga nyampek bisa mandiri, Lah industri militer mereka ngerekrut orang barat semua
Emang salah klo harus merekrut orang barat semua.utk langkah awal demi tercapainya kemandirian industri mereka.?
Itukan starting point mereka agar bisa belajar sambil bekerja sekaligus berkarya.
Jng spt malaysia yg menyekolahkan anak mudanya.keluar negeri utk memjadi engineer, nyatanya hasilnya hanya sampai tampal Sticker doank.
Ga ada yg salah dgn merekrut insinyur negara lain tapi mengharap mandiri total sampai mencukupi seluruh kebutuhan dlm negeri masih imposibble kalau tidak disertai perubahan secara radikal sospol,pendidikan dan grassrootnya, itupun butuh waktu bebetapa generasi.
Btw ga perlu tuding2 tetangga disinipun ada yg tempel sticker dgn modus karya anak bangsa nebeng nasionalisme demi kefentingan bisnisnya.
Semua butuh proses. Gak ada yg imposible selama mereka punya kemauan mandiri. Dan itu sdh mereka mulai.
Tunjuk satu produk alutsista kita yg tampal stiker.?
Kita bicara dunia militer disini bukan bicara non militer krn ini blog militer. Klo bicara sipil tentu saja tdk lepas dr kepentingan bisnis. Namun bicara produk militer artinya bicara kemandirian industri militer. Paham yg dek.?…😁😁
Ya Salaaammm…😀😀😀
Pendapat Bung EW masih ada korelasinya walopun belum ada yg cuman nempel stiker, kenyataannya banyak sekali prototipe yg bila ditekuni dg serius bisa menjadi kekuatan yg nyata, tetapi disini pihak pengguna sebagai salah satu stakeholder kurang bergairah tuh kalo merespon produk anak bangsa.
Qt bikin sendiri aja kasih nama banteng, gajah atau apalah pasti menarik, Toh udah mampu bikin yg rodanya 6 tinggal kasih 2 lagi beres
Ketimbang negara-negara tajir di Timur Tengah, Uni Emirat Arab (UEA) terbilang yang getol dalam mengembangkan industri alutsistanya, meski banyak uang, rupanya UEA tak ingin terus-terusan bernasib sebagai negara konsumen saja.
Sangat Salut buat UEA, jangan malas seperti saudi yg hanya jd sapi perah ASU. Semoga inhan uea berkembang dn bs brlanjut kerjasama bidang pertahanan
Jiah insinyurnya asal eropa dan afrika selatan semua. UAE hanya mendanai.
Engineer asli UEA juga banyak koq. Dan mereka juga punya membuat sistem regenerasi insinyur lokal.
Indonesia juga saat pengembangan IPTN banyak mendatangkan Insinyur dari Eropa.
Betul apa yg dikatakan dek Rini.
Emangnya mau sim salabim langsung pinter dng baca buku doank. Semua butuh proses kaleee bosss___ok.
Dalam sejarah berdirinya Pertamina setelah pengambil alihan dr Shell Belanda, msh banyak engineer belanda yg direkrut sampai akhirnya mandiri dpt mengoperasikan kilang minyak.
Bahkan Telkom saja yg saat itu msh bernama Perumtel banyak diisi oleh engineer Hughes Aircraft Company saat dimulainya era SKSD palapa oleh pemerintah Indonesia.
Itulah yg disebut Transfer of Technology dan bukan sekarang aja ToT itu baru terjadi.
Gak ada salahnya perbanyak wawasan dilain bidang, biar jng cuma taunya EW donk sambil bermimpi ada dinegri dongen…😁😄
Ya Salaaammm…😀😀😀
tapi daku sependapat dengan mbah bowo…cara tradisional macam tu hanya menghabiskan wang dan sekedar pencitraan saje je…!!!
karna engak mungkin bisa benar benar mandiri…karna semua serba instan dan mengandalakan ketergantungan pada pihak asing bahkan sumberdaya manusianya…dan itu juga masih inport tehnologi intinya aka merakit tok podo wae aka samimawon…😂
Otak inovasinya tetap ada di yg punya IP karena pengembangan teknologi siklus berkelanjutan.
Itu bukan transfer of technology dek rukimin tapi transfer of maintaining technology. Memastikan keberlanjutan produknya.
Insinyur UEA juga ikut mendesain koq. Sehingga ada penambahan, transfer ilmu dan pengalaman.
Tentu saja semua bertahap. UEA sudah menunjukkan keseriusannya untuk mandiri.
gue setuju dengan dek rini apa pun itu namanya lah…pokoke jeng rini is best…bedo karo dulure sales mumet🤗😚😂🤣
” Itu bukan transfer of technology dek rukimin tapi transfer of maintaining technology ”
————————————————
Saya cuma mau bilang, sempit sekali pemikiranmu tentang transfer of teknologi tong..😁
” Memastikan keberlanjutan produknya ”
————————————————-
Apa hubungannya.? Waahhh…komen sdh mulai ngelantur. Baca itu komen ente yg diawal.
Kaitannya dimana antara tenaga ahlinya dr asing dng kelangsungan produk?.
Jd blunder sendirikan komen ente tong..😀
Ya salaammm…😀😀😀
gini dek rukimin biar tak kasih penjelasan secara konverhensif dan kompetitif biar situ paham dan engax mumet kayak sales😅…kalimat dari,” memastikan keberlanjutan produknya”…ialah kerja sama dari satu produsen senjata dengan penjualan berbagai komponen dan pendukung lainya seperti contoh pt di dengan airbus…mudah mudahan dek rukimin paham ya….😏😅🤣
Bisa nahan peluru APFDS 10x tembak?