Kemhan Singapura Genjot Anggaran di Tahun 2025, “Tambah Dua Unit Kapal Selam dan Evaluasi P-8A Poseidon”
|‘Kecil-kecil cabe rawit’, kekuatan militer Singapura kian tak tertandingi di kawasan Asia Tenggara. Tanpa banyak basa-basi, Angkatan Bersenjata Singapura (SAF) berencana untuk membeli dua kapal selam lagi untuk menambah armadanya saat ini yang berjumlah empat unit kapal selam Invincible class (Type 218SG) buatan Jerman.
Rencana pembelian dua kapal selam tambahan diumumkan Menteri Pertahanan Ng Eng Hen pada hari Senin (3/3/2025). Seperti dikutip channelnewsasia.com, Angkatan Darat Singapura juga akan memperoleh kendaraan tempur (ranpur) Infantry Fighting Vehicle (IFV) beroda ban “Titan” untuk pertama kalinya, dengan daya tembak yang ditingkatkan secara signifikan melalui kanon 30 mm sebagai remote control weapon system (RCWS). Selain itu, Titan juga dipersiapkan untuk menghadapi ancaman dari drone kamikaze.
Di lini artileri medan, peluncur M142 High Mobility Artillery Rocket System (HIMARS) yang telah dioperasikan sejak tahun 2010, juga akan mendapatkan peningkatan. Namun, tidak dijelaskan jenis pengingkatan yang dimaksud, apakah menambah jumlah peluncur atau menambah jenis amunisi untuk serangan presisi jarak jauh.
Proyeksi pengadaan alutsista tersebut diungkapkan Ng Eng Hen sebagai paparan rencana pembelanjaan Kementerian Pertahanan Singapura kepada pihak parlemen. “Singapura mulai membangun empat unit kapal selam Invincible class pada tahun 2017. Semuanya berada di jalur yang tepat untuk beroperasi sekitar tahun 2028, kata Dr Ng. Dua kapal selam pertama telah beroperasi penuh pada bulan September tahun lalu.

“Namun, empat kapal selam tidaklah optimal untuk kebutuhan armada,” kata Ng. “Kapal selam kami mengalami siklus perawatan dan pemeriksaan yang lebih ketat, seperti yang dapat Anda bayangkan, kapal selam tersebut perlu beroperasi di bawah tekanan yang sangat kuat, secara harfiah.”
“Sebaliknya, waktu operasional menjadi berkurang secara relatif. Inilah sebabnya mengapa sebagian besar angkatan laut yang mengoperasikan kapal selam memiliki lebih dari empat unit, seperti Australia, Indonesia, dan Vietnam.
Angkatan Laut Singapura Resmikan Dua Unit Kapal Selam Type 218SG (Invincible Class)
“Setelah membuktikan bahwa kapal selam Invincible class dapat bekerja sesuai harapan di perairan tropis, maka Singapura berencana untuk mendapatkan dua kapal selam lagi, sehingga totalnya menjadi enam, sebagai kondisi stabil bagi armada kapal selam kita,” ujar Ng.
Update lain juga mengakut kekuatan kapal perang atas permukaan, yang mana Angkatan Laut juga akan meluncurkan unit pertama multi-role combat vessels (MRCV) akhir tahun ini. Enam di antaranya sebelumnya diperoleh sebagai pengganti armada korvet rudal Victory class yang menua yang beroperasi sejak 1989. MRCV lebih besar dan memiliki jangkauan yang lebih jauh , sekitar tiga kali lebih jauh daripada korvet.
Gantikan Fokker F50 Maritime Enforcer MK2, AS Tawarkan Singapura Pesawat Intai Maritim P-8A Poseidon
Di atas langit, Angkatan Udara Singapura (RSAF) tengah mencari pengganti yang tepat untuk pesawat patroli maritim Fokker-50 Maritime Enforcer, yang selama tiga dekade telah menyediakan pengawasan dan melindungi pertahanan laut serta jalur komunikasi laut Singapura. Secara khusus, Kementerian Pertahanan Singapura sedang mempertimbangkan akuisi Boeing P-8A Poseidon dan Airbus C295.
Menhan Singapura juga mencatat pembentukan detasemen pelatihan jet tempur F-35 Lightning II dan F-16 di Pangkalan Garda Nasional Udara Ebbing di Fort Smith, Arkansas di AS. Singapura baru-baru ini mengonfirmasi pembelian F-35A dari AS, dengan sebelumnya mengumumkan keputusan untuk membeli delapan jet lagi selama perdebatan anggaran tahun lalu.
Secara keseluruhan, pengeluaran Kementerian Pertananan Singapura diproyeksikan sekitar S$23,4 miliar (US$17,3 miliar) untuk tahun 2025, ada peningkatan 12,4 persen dari tahun 2024. “Jumlahnya memang besar, tetapi mencerminkan ketertinggalan proyek-proyek yang tertunda atau terganggu akibat Covid-19. Kami masih berupaya mengejar ketertinggalan, termasuk yang terdampak oleh gangguan rantai pasokan dalam beberapa tahun terakhir,” imbuhnya. (Gilang Perdana)
NEGARA MAJU DLM PENGADAAN ALUTSISTA MEMILIH TIPE YG POPULASINYA BESAR DEMI JAMINAN KEBERLANGSUNGAN UPGRADE DIMASA DEPAN & KETERSEDIAAN SUCAD SERTA INTEROPERABILITAS DG PASUKAN NEGARA SAHABAT 🤷🏻
SEMENTARA NEGARA “SURGA KORUPTOR” LEBIH SUKA MEMILIH TIPE ALUTSISTA TIPE “LIMITED EDITION”…..SUPAYA TIDAK BISA DIBANDINGKAN HARGA WAJARNYA 🐒
Juga nggak perlu ribut-ribut mesti pakai ITAR Free. ITAR Free itu semboyan non sense. Selama kita ada surplus perdagangan dengan US ya selama itu pula kita mesti beli alutsista dari US.
Andai kita bisa nego soal balance trade dengan US yang mana kita surplus rata-rata usd 18 miliar per tahun sehingga kita bisa nawar pengadaan alutsista sekitar usd 3 miliar per tahun dari US jika sampai tahun 2045 maka akan ada alutsista dari US senilai (2045 – 2025) x 3 miliar usd = 20 x 3 miliar usd = 60 miliar usd.
Tapi itu kalo kita kuat negonya ke US. Kalo nggak kuat nego ya mungkin lebih besar lagi nilainya.
Hihihihi.
Dibilang “ngiler” sudah pasti iya karena arah pembangunan pertahanan dan postur kekuatannya jelas selaras dengan proyeksi anggaran yang ditetapkan dengan berbagai alutsista berkelas dan memiliki deterence cukup tinggi, contoh kecilnya apa yang direncanakan pasti akan diwujudkan tak sekedar “omon-omon” belaka, banyak pengadaan langsung menjadi kontrak pembelian yang tak mandek hanya sampai di MoU saja.
Bisa dikatakan, Singapore itu “kecil-kecil cabe rawit” walau kecil tapi kekuatannya cukup luar biasa hingga mampu mengimbangi tetangga dekatnya RI dan Malaysia bahkan bisa melebihi dari soal anggaran dan penguasaan teknologi militernya
Ga pake ribut mesti pake embel2 karya anak bangsa, prioritas utama adalah keamanan kawasan. Indonesia pusingin mesti pake label karya anak bangsa, duitnya ga tau bocor kemana aja
Sehubungan dengan pembangunan AL dalam negeri, sudah keluar angka indikasi anggaran pengadaan alutsista 2025-2029 hanya sebesar 12,5 triliun rupiah saja. Jika dibagi 5 tahun terdapat 2,5 triliun rupiah per tahun. Saya berharap bahwa 12,5 triliun rupiah ini adalah rupiah murni yang akan digunakan sebagai uang muka untuk pinjaman luar negeri.
12,5 triliun rupiah jika dikurskan 16,35 ribu rupiah per 1 usd maka akan didapat sekitar usd 765 juta saja. Jika hanya usd 765 juta saja maka tidak akan tampak signifikan peningkatan alutsistanya.
Jika usd 765 juta ini untuk uang muka sebesar 15% dari pinjaman luar negri maka akan didapat usd 5,1 miliar. Semoga usd 5,1 miliar ini bisa difokuskan untuk pengadaan pengganti Van Speijk class serta pengadaan alutsista udara anti kapal selam yang mumpuni.