Kementerian Pertahanan Bentuk Konsorsium untuk Reverse Engineering Rudal Anti Kapal
|
Setelah lama mati suri, program pengembangan rudal anti kapal nasional rupanya mulai menggeliat kembali. Hal tersebut diwujudkan dengan dibentuknya konsorsium untuk melakukan rekayasa balik (reverse engineering) atas rudal anti kapal. Konsorsium tersebut dipimpin oleh Direktorat Teknologi dan Industri Pertahanan Kementerian Pertahanan Indonesia.
Baca juga: C-705 – Rudal Pamungkas Andalan Kapal Cepat TNI AL
Sementara komponen utama dari konsorsium terdiri dari badan usaha milik negara yang telah dibentuk untuk melakukan reverse engineering rudal anti-kapal dengan tujuan membangun kemampuan di dalam negeri. Beberapa BUMN strategis yang dilibatkan dalam konsorsium adalah PT Dirgantara Indonesia, PT Len Industri, PT Dahana dan PT Pindad. Sedangkan dua perusahaan swasta nasional yang masuk dalam konsorsium adalah perusahaan software pertahanan PT Mulia Laksana Utama dan produsen drone PT Aero Terra Indonesia.
Dikutip dari Janes.com (5/4/2022), peresmian konsorsium dilakukan lewat penandatanganan pada 1 April, kata Kementerian Pertahanan Indonesia dalam sebuah pernyataan pada 2 April lalu. Lingkup dari konsorsium adalah lingkup pekerjaan yang akan digeluti oleh masing-masing perusahaan serta proses pengujian dan sertifikasi yang akan dilakukan pada berbagai tahapan pembongkaran rudal tersebut.

“Kami berharap penguasaan teknologi rudal pada akhirnya akan mengarah pada keberadaan industri rudal anti-kapal dalam negeri dan kemampuan untuk memproduksi senjata di dalam negeri guna mendukung tujuan angkatan bersenjata dan menjaga kedaulatan negara,” kata Kementerian Pertahanan dalam pernyataannya.
Pernyataan Kementerian Pertahanan tidak mengungkapkan jenis rudal yang akan terlibat dalam proses reverse engineering. Namun, dari foto yang menyertai pernyataan terdapat mockup rudal anti kapal yang mirip dengan rudal anti kapal C-705 produksi China Aerospace Science and Industry Corporation (CASIC).

Kilas balik semasa Menteri Pertahanan RI dijabat Purnomo Yusgiantoro, telah dirintis upaya joint production peralatan senjata, salah satunya membuat rudal bersama (rudal anti kapal). Hal tersebut didasarkan atas ajakan Jenderal Guo Boxiong, Wakil Ketua Komisi Militer Cina, dalam kunjungannya ke Jakarta (21/5/2011). Boxiong menawarkan kerjasama pembuatan rudal C-705, mengingat sebelumnya TNI AL sudah menggunakan rudal buatan Cina lainnya, C-802.
Dengan bobot hulu ledak 110 Kg, rudal C-705 dipersiapkan untuk mengkandaskan kapal perang lawan yang berbobot hingga 1.500 ton. Daya hancur yang dihasilkannya bisa mencapai 95,7 persen. C-705 mempunyai kemampuan sea skimming, yakni terbang rendah diatas permukaan laut, untuk C-705 batas terbawah mampu terbang 12,5 meter dari atas permukaan laut.
Dengan terbang rendah, menjadikan sosok rudal ini sulit terdeteksi oleh radar. Untuk urusan pemandu, lagi-lagi tak ada informasi yang spesifik, tapi beberapa literatur menyebut C-705 mengkombinasikan sistem pemandu dari radar, infrared, GPS (Global Positioning Systems), GLONASS (Global Navigation Satellite Systes), dan TV. (Gilang Perdana)
min, sebelumnya c-705 dah diproduksi secara lisensi belum sama indo?
Belum
Mantap jiwa ! Hajar bleh ! Segera lakukan produksi misil ini sebanyak 10.000-20.000 unit. Bangun juga untuk versi land basic system untuk ditempatkan di Natuna. Sesekali ujicobakan dengan menghajar bokong kapal-kapal Si Bebek Peking yang melanggar kedaulatan kita di LNU. Inilah yang dinamakan pola “senjata makan tuan” yang amat sangat dinamis dan tragis. Kurrraaa ! Laksanakan ! Bravo !
Yaelah. Kiblat ke negara kang jiplak, korsel turki lebih terbuka saripada sama chipeng ujung2nya natuna tetep diganggu.
Ini reverse engineering legal
Hampir mirip beli lisensi
Hasil rekayasa / reverse engineering pun sudah di lakukan oleh Turki yaitu anti ship missil harpoon dan hasilnya meyakinkan dengan keluary ATMACA anti ship missil buatan lokal , bagaimana Indonesia masih proses panjang seperti y 🤔
Indonesia itu cukup berhati hati dalam program pengembangan rudal nasional ini, setelah menguasai teknologi propelan dan mampu memproduksinya, dan setelah menguasai teknologi penginderaan dan pemanduan serta algoritma, sepertinya pemerintah baru menunjukkannya niat mereka untuk serius dalam menguasai teknologi dan produksi rudal. Karena teknologi rudal adalah teknologi yang sensitif, di asean baru vietnam yang mampu me produksi rudal itupun dengan lisensi
Mau ketawa takut dosa…
Saat ini, China telah beralih ke C-805 bahkan spek diatasnya.
China telah meninggalkan C-705 & C-802.
Anyway biar bagaimanapun program tersebut patut diapresiasi, meskipun kita telah jauh tertinggal.
Berharap aja RE bukan sebatas copy tapi sekaligus mengembangkannya, jadi bukan c705 lagi tapi i709
Gak masalah dimulai dari C-705. Indonesia juga udah bisa bikin mesin Turbofan mini untuk rudal. Propelan udah, bodi udah. Seeker kelihatannya juga udah dg berbagai ujicoba prototipe rudal jelajah mini seperti Rudal Petir, Merapi, dsb. Kalo mampu membuatnya dan dengan dukungan dana yg besar, dalam 10 tahun kedepan harusnya Indonesia sudah siap bisa memproduksi rudal jelajah High subsonik dg jangkauan 150-300 km. Bisa memproduksi 1000 aja seperti cita-cita Pak Pur pasti bikin negara agresor yg mau nyerbu Indonesia mikir-mikir lagi.
Indonesia sebenarnya sudah ditawari lisensi dan pengembangan rudal jelajah Neptune, varian Kh-35 punya Ukraina. Sayangnya Ukraina keburu diserang oleh negara Agresor licik bin culas makanya rencana itu jadi batal.
Semua perjalanan selalu dimulai langkah kecil, manusia tidak bisa langsung berlari, semua dimulai dari merangkak, tertatih, berjalan kemudian berlari. Begitu juga dalam penguasaan teknologi rudal. Yang penting dukungan dan visi yg jelas dari pemerintah
kerjasama militer dg Chayna sepertinya tidak menguntungkan Indo karena ada kecenderungan politik kepentingan dari Chayna, apalagi mereka akan mengincar penguasaan aset milik RI kalau kita ketergantungan penuh.