Kejar Sertifikasi di 2023, PT DI Resmi Roll Out Prototipe Drone MALE “Elang Hitam”
|Setelah beberapa waktu lalu fotonya muncul dalam akun Instagram, hari ini (30/12), PT Dirgantara Indonesia secara resmi melakukan roll out prototipe Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) alias drone dari jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE). Acara roll out yang dilangsungkan di fasilitas hanggar PT DI dihadiri Kepala BPPT Hammam Rizadan dan Direktur Utama PT DI Elfien Goentoro yang juga menandatangani Nota Kesepahaman tentang Pemanfaatan Sumber Daya, serta Sarana dan Prasarana.
Baca juga: Terbang Perdana di 2020, PT DI Tampilkan Prototipe Drone MALE di Bandung
Penandatanganan LoI (Letter of Interest) ini merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman tentang Pemanfaatan Sumber Daya, serta Sarana dan Prasarana tertanggal 30 Desember 2019, yang telah ditandatangani oleh BPPT dengan PTDI, yangkemudian akan dituangkan ke dalam Kontrak Jual Beli yang akan ditandatangani dalam waktu dekat.
Prototipe drone MALE yang diberi nama “Elang Hitam” ini digadang mampu terbang terus menerus selama 24 jam untuk pengamatan di daerah perbatasan, penangkalan terorisme, penyelundupan, pembajakan, serta pencurian sumber daya alam seperti illegal logging dan illegal fishing.
Dirunut dari sejarahnya, inisiasi pengembangan PUNA MALE telah dimulai oleh Balitbang Kemhan sejak tahun 2015 dengan melibatkan TNI, Ditjen Pothan Kemhan, BPPT, ITB, dan PT Dirgantara Indonesia (Persero). Dimana disepakatinya rancangan kebutuhan dan tujuan (DR&O) yang akan dioperasikan oleh TNI khususnya TNI AU. Proses perancangan dimulai dengan kegiatan preliminary design, basic design dengan pembuatan dua kali model terowongan angin dan hasil ujinya di tahun 2016 dan tahun 2018 di BPPT, serta pembuatan engineering document and drawing tahun 2017 dengan anggaran dari Balitbang Kemhan dan BPPT.
Pada tahun 2017 telah terbentuk perjanjian bersama berupa Konsorsium Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA MALE) dengan anggota yang terdiri dari Kementerian Pertahanan RI yaitu Ditjen Pothan dan Balitbang, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI AU (Dislitbangau), Institut Teknologi Bandung/ITB (FTMD), BUMN yaitu PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan PT Len Industri (Persero). Di tahun 2019 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) masuk sebagai anggota konsorsium tersebut.
Tahun 2019 dimulai tahap manufacturing yang diawali oleh proses design structure, perhitungan finite element method, pembuatan gambar 3D, dan detail drawing 2D yang dikerjakan oleh engineer BPPT dan disupervisi oleh PT Dirgantara Indonesia(Persero). Kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan tooling, molding, cetakan dan selanjutnya fabrikasi dengan proses pre-preg dengan autoclave. Di tahun ini juga dilakukan pengadaan Flight Control System (FCS) yang diproduksi di Spanyol yang diproyeksikan akan diintegrasikan pada prototipe pertama PUNA MALE yang telah di manufaktur oleh PT DI pada awal tahun 2020.
Proses integrasi dilaksanakan oleh engineer BPPT dan PT Dirgantara Indonesia yang telah mendapatkan pelatihan untuk mengintegrasikan dan mengoperasikan sistem kendali tersebut.
Pada tahun 2020 akan dibuat 2 (dua) unit prototipe berikutnya, masing-masing untuk tujuan uji terbang dan uji kekuatan struktur di BPPT. Di tahun yang sama, proses sertifikasi produk militer juga akan dimulai dan diharapkan pada akhir tahun 2021 sudah mendapatkan sertifikat tipe dari Pusat Kelaikan Kementerian Pertahanan RI (IMAA).
Kegiatan mengintegrasikan sistem senjata pada prototipe drone MALE ini dilakukan mulai tahun 2020 dan diproyeksikan sudah mendapatkan sertifikasi tipe produk militer pada tahun 2023.
“Semoga seluruh tahapan pekerjaan dalam proses pengembangan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) MALE ini dapat berjalan dengan lancar, sebagaimana yang direncanakan dan kemudian dapat dioptimalkan fungsinya untuk kebutuhan Surveillance dan Target Acquisition yang dapat dipersenjatai, dengan Maximum Endurance 30 (tiga puluh) jam dalam perhitungan Maximum Cruising Speed 235 km per jam,” ujar Direktur Utama PT DI, Elfien Goentoro dalam pesan tertulis kepada Indomiliter.com. (Haryo Adjie)
Sekilas kaya drone CH 4 buatan cina…
sekilas campuran design, kalo ngomong begitu juga mah kek ch4 mirip anka terus mirip predator terus mirip reaper, dsbnya dong
Tinggal campur saos kacang enak tuh
Jelaslah mencontoh Predator-nya Russia.. Oops USA..
Sementgara nenek moyangnya CH-4 baru muncul th 2000an, nenek moyangnya Predator dah ikut perang Vietnam th 90-an
Katanya dapet bantuan bimbingan dr Turki ya?
Elang hitam? Ah masa? Salah mungkin?
Lha itu warnanya kepalanya kok kuning kecoklatan trus di spanduk malah warna ijo terang.
Kok warnanya bukan hitam? Mungkin yang ngasih nama asal aja tanpa lihat fisik barangnya, atau jangan2 dia buta warna?
Nanti kalo sering dipake terbang kenak sinar matahari langsung, rak lama-lama hitam sendiri 😂😂😂
Ente sdh tua, kalo komen yg bener, nanti di jewer sama dek tabak lhoo..aku nda bisa belain ..🏃🏃🏃..💨💨💨💨
Blackbox atau kotak hitam dipesawat warnanya orange…..hayoooo…mau ngeles apalagi.?
Podo wae lonjong, yg beda isi & endurance, mantablah 30 jam, irit, daripada pespur yg ronda
Kegiatan mengintegrasikan sistem senjata pada prototipe drone MALE ini dilakukan mulai tahun 2020 …
———————————————————-
Memangnya sdh ada info bocoran persenjataan apa yg akan digunakan nantinya bung Admin.?
Jika melihat tentengan yg dibawa CH-4B berupa rudal yg jg buatan Chima, lalu kelak Drone Male Elang Hitam ini akan menenteng rudal buatan mana bung Admin.? Itu kaitan pertanyaan saya yg diawal td bung Amin.
admin,FCS dari Spanyol? Bukannya sistem dibeli dari IDS Italia ya? Ada beritanya kok
Selamat dan sukses terus buat para Engineer2 Indonesia….
next project beli lisensi UCAV Sharp Sword di jamin bebas CATSA
Nah gitu dong.. beli 1 unit drone dari cina, dibongkar trus dipelajari, lalu buat sendiri. Mantap PT DI 👍👍👍
Yang dibeli dari china itu ga cuma satu, kabarnya cukup untuk isi 2 skadron intai
Waktu terlalu panjang, produksi tahun 2023 saja lah
Bener ga hanya beli satu @Umigami. Tp kan yg sudah datang di indonesia baru 1 unit. Nah.. mungkin sama PT DI itu sebagai unit penelitian supaya bisa dibongkar dan diteliti shg bs buat drone sendiri.
Tapi CH4 baru datang tahun ini, dan Elang Hitam pengembangannya sudah dimulai sejak 2015. Bahkan 2016 sudah buat model untuk uji terowongan angin. Kalo alasannya karena bentuknya mirip, hampir semua drone male bentuknya mirip2, mengarah ke bentuk Predator.
Baguslah ada progres, kuat gotong agm 84 -harpoon ga ini? Buat maling ikan
Kayaknya belum kuat, dr spesifikasi nya sepertinya cuma pakai mesin 100-200 HP (setara Predator) bukan 800-1500 HP (setara Reaper). Sayap nya juga terlalu kecil dan ringkih untuk membawa harpoon.
Berarti mungkin AR-1 atau Hellfire aj ya
Drone selam perlu kan kita banyak lautan luas sama drone darat yg make dobel 12.7mm apa 30mm buat lawan drone2 kecil