Kecepatan ‘Mentok’ di 29 Knot, Apa yang Bikin Large Patrol Craft (LPC)-65 Terasa Spesial?
|Beberapa waktu ini viral postingan tentang Large Patrol Craft (LPC)-65 yang kabarnya akan diakuisisi dua unit oleh Indonesia. Dengan menggandeng galangan lokal PT PAL Indonesia, berita rencana akuisisi kapal perang buatan Turki ini menjadi ramai dibahas dalam forum-forum militer. Di antara yang menjadi topik bahasan adalah spesifikasi LPC-65, yang mana dianggap tidak jauh berbeda dari KCR (Kapal Cepat Rudal) 60M produksi PT PAL Indonesia.
Baca juga: Kecepatan Kapal Jadi Dilema di Satuan Kapal Cepat TNI AL
Mengingat spesifikasi tidak jauh berbeda dari KCR-60M, pertanyaan yang mengemuka adalah mengadapa muncul kabar rencana pengadaal LPC-65? Selain lambung yang hanya terpaut lima meter penjangnya, netizen menyeroti bahwa ternyata kecepatan maksimum LPC-65 sama saja dengan KRC-60M, yakni 29 knot, lantaran keduanya sama-sama mengadopsi dua mesin diesel.
Soal kecepatan yang mentok di 29 knot, sontak menjadi sorotan, karena kecepatan LPC-65 yang tidak lebih kencang dari KCR-60M, meski LPC tidak mengunggah label kata sebagai ‘kapal cepat’.
Kemudian yang menjadi sorotan adalah bahwa LPC-65 baru sebatas desain, alias belum ada yang diproduksi, sehingga tidak ada benchmark produk yang dapat dilihat langsung. Ini berbeda dengan ketika TNI AL mengakuisisi kapal penyapu ranjau KRI Pulau Fani 731 dan KRI Pulau Fanildo 732 produksi Abeking & Rasmussen, Jerman. Meski ada modifikasi, namun kedua penyapu ranjau itu mengacu pada basis kapal penyapu ranjau Frankenthal class, yang telah terbukti di pasaran, termasuk digunakan oleh Angkatan Laut Turki.
Secara desain, LPC-65 yang bobotnya 660 ton mampu dibangun oleh galangan swasta nasional di Indonesia. Namun, integrasi sistem senjata kemungkinan menjadi pilihan, bila memang pada akhirnya LPC-65 dibeli oleh Indonesia.

Bila mengacu pada lembar fakta yang dirilis oleh pihak galangan, TAIS Shipyard, LPC-65 diberi label sebagai kapal patroli besar yang siap meronda zona ekonomi eksklusif (ZEE) dengan kemampuan untuk meladeni peperangan anti serangan udara, anti permukaan, dan anti kapal selam.
Dengan platform yang lebih panjang 5 meter dan lebih berat 200 ton dari KCR-60M, LPC-65 dibekali persenjataan sekelas korvet, ini yang membuat LPC-65 jauh lebih perkasa dari KCR-60M. Sebut saja pada haluan terdapat meriam reaksi cepat kaliber 76 mm, meriam laras ganda kaliber 40 mm pada buritan, rudal anti kapal 2×4 Atmaca, dan roket anti kapal selam dari Roketsan.
Racikan jenis senjata di LPC-65 mungkin ditawarkan dari merek-merek buatan perusahaan Turki, seperti meriam reaksi cepat kaliber 76 mm dapat dipasok oleh Makine Kimya Endüstri (MKE) dengan MKE 76 mm. Pada bagian buritan, bila pada spesifikasi yang dirilis TAIS adalah meriam laras ganda kaliber 40 mm, namun pada model skala yang diposting oryxspioenkop.com, menyiratkan sosok kanon laras ganda Korkut kaliber 35 mm, dan dua konsol senapan mesin berat 12,7mm STAMP remote weapon stations. Sementara combat management system (CMS) menggunakan Advent dari Havelsan.
Dari spesifikasi, LPC-65 punya panjang 65 meter, lebar 9,45 meter dan berat 660 ton. Mengadopsi propulsi Combined diesel and diesel (CODAD) dengan Controllable Pitch Propeller (CPP) yang disokong dapur pacu dua mesin diesel, LPC-65 mampu mengarung 1.500 nautical mile (2.778 kilometer), sementara endurance berlayar selama 7 hari.
LPC-65 diawaki 55 personel, dan dilengkapi sensors seperti E/O Sensors, fire control tadar, R-ESM, 3D search radar vommunication HF, UHF and VHF, Military Link System dan SATCOM. (Gilang Perdana)
Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Kerambit 627 Sukses Uji Tembak Meriam Bofors 57 MK.3
Semoga aja ada penambahan pembelian kapal perang KCR kedepannya jngan mentok 2 unit aja, dan Spek senjata sesuai di model awal pada desain kapal gk ada pengurangan spek senjata, semoga full
Boleh juga tuh di aplikasikan Meriam Otto breda twin Canon 40m di pasang di belakang buritan KCR 60M series KRI Halasan, KRI Kerambit, KRI kapak, dan KRI Panah TNI AL sebagai senjata pamungkas kedua, soalnya ada ruang kosong, buritan yg di pake perahu karet RIB bisa di geser ke belakang, posisi bekas dudukan perahu RIB bisa di jadikan dudukan meriam Otto breda twin Canon 40mm, bisa tembak posisi di belakang buritan kapal bagus kalo di pasang sangat rawan dalam serangan lawan rudal musuh dari belakang sangat riskan ketika terjadi perang
PAL kok ngembangin “management system'” ya……LEN kalik, dan cukup menTOT CMS aja, ga usah sama kapalnya @tango
sepertinya nanti PT PAL akan lanjutkan bangun lebih banyak LPC 65Meter TAIS setelah belajar combat management system.
Mantaap untuk menggantikan korvet parchim yg sudah tua, saatnya pensiun diganti LPC 65M full armament (Meriam 76 mm, CIWS Kaarkurt dual 35mm, 2×4 rudal Atmaca, Roket anti kapal selam, 2xsenapan mesin 12,7mm, CMS Advent)
semoga lanjut produksi 24 unit utk patroli ZEE
Pak Sjafrie, RAMPUNGKAN LENGKAPI SEMUA KRI’ dgn SISTA yg MUMPUNI di masing masing kelasnya. NJALÖK xtra duwet pak nang Pak Wo….
Terbukti benar hasil asesmen pihak DAMEN saat mengawali kerjasama proyek PKR…..PAL belum memiliki SDM yg berpengalaman dalam “desain kapal perang”