Kapal Penyapu Ranjau KRI Pulau Fani 731 dan KRI Pulau Fanildo 732 Dikirim ke Indonesia dengan Cara ‘Digendong’
|Setelah tuntas dibangun oleh Galangan Abeking & Rasmussen di Jerman, kapal penyapu ranjau KRI Pulau Fani 731 dan KRI Pulau Fanildo 732 beberapa waktu lalu telah menuntaskan tahapan sea trial. Bahkan, saat ini kedua kapal penyapu ranjau tercanggih yang akan memperkuat Satuan Kapal Ranjau (Satran) telah dalam proses pengiriman ke Indonesia. Namun, tidak seperti lazimnya pengiriman kapal perang TNI AL yang dibeli dari luar negeri, KRI Pulau Fani 731 dan KRI Pulau Fanildo 732 tidak dilayarkan secara langsung oleh awaknya.
Dari akun linkedin Abeking & Rasmussen, diperlihatkan postingan video pendek berduraso 30 detik yang memperlihatkan kedua kapal penyapu ranjau dengan kemampuan mine countermeasures (MCM) tersebut, dibawa ke Indonesia dengan cara ‘digendong’ menggunakan wahana Semi Submersible Heavy Lift Vessel. Sebelum masuk ke wet dock, kedua kapal diarahkan masuk menuju Semi Submersible Heavy Lift Vessel menggunakan kapal tunda.
Semi Submersible Heavy Lift Vessel (SSHLV) adalah jenis kapal yang dirancang khusus untuk mengangkut dan mengangkat muatan berat di perairan dangkal maupun dalam. Kapal ini memiliki kemampuan untuk menenggelamkan dirinya sendiri ke bawah permukaan air untuk memungkinkan muatan berat, seperti platform minyak dan gas, rig pengeboran, bangunan besar, atau kapal laut yang rusak, dimuat atau dipindahkan dengan aman.

Keunikan utama dari SSHLV adalah kemampuannya untuk mengapung dan menenggelamkan diri. Kapal ini dilengkapi dengan tangki khusus yang dapat diisi dengan air untuk menenggelamkannya. Saat tangki diisi dengan air, kapal akan tenggelam sehingga memungkinkan muatan berat untuk dimuat. Setelah muatan dimuat, kapal dapat memompa udara keluar dari tangki sehingga kapal kembali mengapung dengan muatan di atas air.
SSHLV umumnya memiliki desain ponton dengan beberapa kaki pengapung yang memungkinkannya menjaga keseimbangan dan stabilitas saat mengangkat muatan berat. Kapal ini dilengkapi dengan kran dan sistem pengikat yang kuat untuk mengamankan muatan selama operasi pengangkatan.
Kelebihan utama dari SSHLV adalah kemampuannya untuk mengangkat muatan berat dengan stabilitas yang tinggi, bahkan di perairan yang dalam. Mereka dapat digunakan dalam proyek konstruksi off-shore, industri minyak dan gas, serta dalam operasi penyelamatan dan pemulihan kapal laut yang rusak. SSHLV juga dapat memindahkan bangunan besar, seperti jembatan, dengan cara mengapungkannya dan memindahkannya ke lokasi baru.
Penggunaan SSHLV merupakan solusi efisien untuk mengangkat dan memindahkan muatan berat yang tidak dapat diakses oleh kapal konvensional. Namun, karena kompleksitas dan biaya operasional yang tinggi, SSHLV umumnya dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan khusus atau kontraktor angkutan berat.
Sebelum KRI Pulau Fani 731 dan KRI Pulau Fanildo 732, Angkatan Laut Vietnam juga mendatangkan kapal selam Kilo class dengan menggunakan wahana SSHLV. Kapal selam buatan Rusia itu diangkut dari St Petersburg, Rusia ke Lanud Cam Ranh di Vietnam menggunakan wahana khusus yang disebut SSHLV RollDock Star.
Baca juga: RollDock Star – Semi Submersible Heavy Lift Vessel, Wahana Pengangkut Kilo Class
RollDock Star punya panjang keseluruhan 151,5 meter dan lebar 25,4 meter. Draf maksimumnya adalah 5,67 meter dan draft dangkal 4,5 meter. Bobot kapal ada di rentang 8.000 – 9.000 ton tanpa penutup palka. Ukuran payload kargo yang dapat dibawa mencapai 18,768m³ atau ukuran kargo 119,4 x 19,4 meter. (Gilang Perdana)
