Update Drone KamikazeKlik di Atas

Kanselir Jerman Melunak, Berikan Lampu Hijau Penjualan Eurofighter Typhoon ke Arab Saudi

Setelah melihat kondisi di Timur Tengah dan adanya tekanan keras dari serikat pekerja industri dirgantara yang terdampak pada rantai produksi, pemerintahan Kanselir Jerman Olaf Scholz mengisyaratkan pihaknya siap untuk membalikkan arah dan mendukung penjualan 48 unit jet tempur Eurofighter Typhoon pesanan tambahan) ke Arab Saudi, meski mungkin diperlukan waktu beberapa tahun untuk mengirimkannya.

Baca juga: Tak Dapat Eurofighter Typhoon, Arab Saudi Lakukan Negosiasi Pembelian Jet Tempur Rafale

Dikutip dari Bloomberg.com, Scholz sebelumnya mengatakan pada bulan Juli bahwa koalisinya yang berkuasa tidak akan mendukung ekspor pesawat tempur ke Arab Saudi dalam waktu dekat. Kebijakan yang didorong oleh Partai Hijau ini merupakan bagian dari kesepakatan tiga pihak dalam aliansi di Berlin untuk tidak memasok senjata ke negara-negara yang terlibat konflik di Yaman.

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengumumkan pembalikan kebijakan tersebut pada hari Minggu saat berkunjung ke Yerusalem, yang berpotensi membuka jalan bagi kontrak senilai miliaran euro. Ia mengatakan bahwa peran Saudi dalam menggagalkan serangan terhadap Israel oleh Houthi yang berbasis di Yaman, menjadikan Jerman tidak dapat lagi membenarkan pemblokiran keinginan Inggris untuk memasok jet tempur Typhoon.

Seperti diketahui, Eurofigter Typhoon digarap dalam konsorsium bersama antara BAE Systems (Inggris), Airbus Defence and Space (Perancis, Jerman dan Spanyol) dan Leonardo (Italia).

Argumen yang digaungkan oleh Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck, mengatakan bahwa serangan Hamas pada bulan 7 Oktober 2023 telah “mengubah situasi kebijakan keamanan” di Timur Tengah. “Houthi menyerang Israel dan pertahanan rudal Arab Saudi melindungi Israel,” kata Habeck dalam wawancara dengan lembaga penyiaran publik ARD.

“Pada saat yang sama, situasi hak asasi manusia di Arab Saudi masih belum memenuhi standar kami,” tambahnya. “Ini adalah situasi yang ambivalen dan tidak dapat diabaikan.” Meskipun dia mengakui bahwa pemerintah di Riyadh telah memberikan dukungan penting bagi Israel dalam beberapa pekan terakhir, Ia mengatakan situasi hak asasi manusia di Arab Saudi membuat dia terus menentang penjualan Eurofighters ke negara-negara Teluk.

Setiap penjualan pada akhirnya akan memerlukan persetujuan dari kabinet keamanan Jerman dan mungkin memerlukan waktu beberapa tahun untuk membuat dan mengirimkan pesawat tersebut, Steffen Hebestreit, kepala juru bicara Scholz, mengatakan pada konferensi pers rutin pemerintah Jerman pada hari Senin (8/1/2024)

Ada risiko tersendiri bila membeli pesawat tempur yang lisensi produksinya dipegang oleh beberapa negara. Pasalnya bila satu negara anggota konsorsium menolak penjualan, maka otomatis penjualan kepada negara tertentu tidak dapat dijalankan, terlebih bila negara penolak tak sekedar punya hak veto, melainkan juga menguasai sektor komponen penting dalam produksi pesawat tersebut. Dan hal ini telah menjadi polemik antara Inggris dan Jerman dalam penjualan Eurofighter Typhoon ke Arab Saudi.

Pemerintah Jerman memberlakukan penghentian penjualan senjata ke Arab Saudi setelah pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada tahun 2018. Jerman mengambil pendekatan yang jauh lebih keras ke Arab Saudi, jika dibandingkan dengan sekutu utama seperti Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris.

Hampir Satu Dekade Mengoperasikan Eurofighter Typhoon, Arab Saudi Akhirnya Raih Lisensi untuk Produksi Komponen dan Suku Cadang

Arab Saudi diketahui sebagai negara pengguna Typhoon dengan jumlah yang cukup besar. Total Angkatan Udara Arab Saudi mengoperasikan 72 unit Typhoon dalam Trench 2 dan Trench 3A. Dan setelah hampir satu dekade menggunakan armada Typhoon, belum lama dikabarkan Arab Saudi mendapatkan lisensi dari BAE Systems untuk memproduksi suku cadang dan komponen di dalam negeri. (Gilang Perdana)