KAL Anakonda: Adopsi Desain Stealth, Sekilas Mirip Korvet Visby Class

Persisnya sejak Juli 2015 kapal milik TNI AL ini tak lagi berstatus sebagai kapal perang (KRI), lewat upacara penurunan ular-ular perang pada 29 September 2015 di Pangkalan Utama TNI AL IV (Lantamal IV) Tanjungpinang, menandakan berakhirnya perjalanan sejarah pengabdian suatu KRI sebagai unsur kekuatan TNI Angkatan Laut. Dari yang tadinya berstatus KRI Anakonda 868 kini menjadi KAL Anakonda II-4-61.

Baca juga: Tiga Kapal Perang TNI AL Jalani “Mutasi”

Bersama beberapa kapal perang dari Satrol (Satuan Kapal Patroli) produksi Dalam Negeri yang berbahan lambung fiberglass, Anakonda mendapatkan mutasi sebagai elemen pengamanan terbatas di sekitar pangkalan angkatan laut. Meski begitu, ada yang menarik dari sosok KAL Anakonda, bagi kami bukan dari aspek persenjataan dan spesifikasi, melainkan pola desain KAL Anakonda yang tak biasa, berbeda dengan kapal patroli TNI AL pada umumnya.

Meski diyakini tak ada kerjasama langsung, KAL Anakonda yang dibagun di galangan Fasharkan TNI AL Pondok Dayung Jakarta, punya kemiripan desain dengan korvet Visby Class yang dibangun galangan Saab Kockums. Visby Class adalah korvet dengan rudal anti kapal RBS-15 dengan kemampuan stealth milik AL Swedia. Tentunya tidak mirip persis, namun diantara keduanya terdapat guratan dan alur lambung yang senada.

Lain dari itu, dari sisi teknologi sistem senjata, navigasi, radar dan propulsi, pastinya tak elok membandingkan antara KAL Anakonda dengan korvet Visby Class. Sedikit tentang Visby Class, Konstruksi pertama dimulai pada 1996 di Kockums Galangan ‘Kalrskrona. Kapal pertama Visby (K31), diluncurkan pada bulan Juni 2000 dan diserahkan kepada FMV (Administrasi Pertahanan Materiel Swedia) pada bulan Juni 2002 untuk pemasangan senjata dan sistem tempur. Yang menarik adalah bahan lambung dengan konstruksi sandwich, terdiri dari inti PVC dengan serat karbon dan vinyl laminasi. Materi ini menyediakan kekuatan tinggi dan kekakuan, bobot rendah, tahan guncangan, memancarkan radar rendah dan jejak magnetik.

Visby Class

Baca juga: KRI Kurau 856, Meluncur Keluarga Baru Kapal Patroli PC-40 Satrol TNI AL

Kembali ke KAL Anakonda, kapal ini diresmikan sebagai KRI pada 14 April 2003, bersamaan dengan peresmian KRI Lemadang 806 dan KRI Kobra 867. Prototipe kapal ini dirancang oleh Dislitbangal pada tahun 2000-an. Guna memenuhi jumlah kapal patroli dalam jumlah besar dan berbiaya murah, kapal ini dibangun dengan konstruksi lambung berbahan fibreglass dan menerapkan desain kapal berteknologi siluman (Stealth).

Secara umum, KAL Anakonda panjang keseluruhan 36 meter, lebar 5,75 meter, sarat air 1,30 meter dan berbobot 90 ton. Kapal ini digerakkan oleh tiga mesin pokok masing-masing berkekuatan 1100 HP, mampu melaju hingga 25 knot. Dengan kecepatan jelajah 15 knot, kapal ini bisa berlayar hingga lima hari dengan 20 orang ABK. Biaya pembuatan kapal ini disebut-sebut cukup ekonomis, yakni sekitar Rp12 miliar. Jauh lebih murah ketimbang mengimpor kapal patroli dari luar negeri.

Saat menjadi KRI Anakonda 868.

Baca juga: Specialised Marine Craft – Mengenal Kapal Patroli Siluman “Stealth” AL Singapura

Saat pertama diluncurkan, KRI Anakonda 868 bercat loreng biru.

Sayangnya, desain apik dan stealth Anakonda tak diimbangi dengan kelengkapan persenjataan. Senjata utama pada haluan hanya dipasrahkan pada kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) Oerlikon 20mm/70 MK4, yang notabene merupakan kanon tua generasi Perang Dunia II. Sementara di deck buritan, bekal senjata yang dibawa berupa dua pucuk SMB (Senapan Mesin Berat) DShK-38 kaliber 12,7 mm.

Dengan konstelasi dan tantangan operasi yang meningkat, jelas bekal senjata yang dibawa KRI Anakonda 868 tak ideal lagi untuk menyandang predikat sebagai kapal kombatan. Belum lagi performa kapal yang tak ideal untu standar “KRI.” Apa yang terjadi dengan KAL Boa (d/h KRI Boa 807) di kawasan perairan Tanjung Balai Asahan pada 22 Januari 2016 bisa menjadi pelajaran berharga, saat itu ABK KAL Boa diserang puluhan orang tak dikenal (OTK) saat menyergap kapal yang diduga berniat menyelundupkan pakaian bekas ke Tanjung Balai, Sumatera Utara (Sumut). Puluhan preman membawa senjata tajam dan bom molotov melempari personel TNI AL dengan bom molotov dan senjata tajam.

Baca juga: Oerlikon 20mm/70 MK4 – Biar Lawas Tetap Jadi Andalan Satrol TNI AL

Karena kalah jumlah, personel TNI AL melepaskan tembakan peringatan ke udara sesuai dengan prosedur tetap (protap). Melihat massa semakin beringas, personel TNI AL terpaksa melepaskan tembakan ke arah kapal. Dengan dihujani bom Molotov, justru KAL Boa yang harus menjaga jarak sampai harus merapat ke alur darat untuk keluar dari kepungan preman. Dalam insiden tersebut, salah satu preman penyerang dinyatakan tewas.

KAL Boa meski punya perbedaaan desain dengan KAL Anakonda, namun keduanya adalah kapal patroli TNI AL buatan Dalam Negeri yang dibuat dari fiberglass. Pesan dari peristiwa itu, mungkin preman menganggap ‘sebelah mata’ pada sosok kapal patroli TNI AL tersebut. Perlu dicatat, kesemua senjata di KAL (eks KRI) dioperasikan full manual tanpa ada perlindungan bagi operator senjata.

Saat ini beberapa KAL lansiran terbaru (PC-28) telah mengusung senjata utama berupa SMB M2HB kaliber 12,7 mm. Namun senjata pada haluan ini telah dilengkapi sistem RCWS (remote control weapon system). Kabar terakhir, KAL Anakonda saat ini berdinas meronda kawasan Lantamal III Jakarta. (Haryo Adjie)

11 Comments