KAI Lakukan Penyambungan Komponen Fuselage dan Wing di Prototipe Jet Tempur KFX
|Penyambungan komponen fuselage dan wing (sayap) dalam produksi prototipe adalah hal penting dalam proses pembangunan suatu pesawat. Awalnya sebuah upacara akan menandai tahapan penting dalam proses pembuatan prototipe jet tempur KFX/IFX. Namun, dikarenakan pandemi Covid-19, rencana tersebut terpaksa dibatalkan. Meski begitu, pada 2 September lalu, Korea Aerospace Industries (KAI) telah berhasil melakukan tahap penyambungan komponen fuselage dan wing KFX di Sacheon.
Baca juga: Saat Menhan ‘Lirak-Lirik’ Jet Tempur dari Eropa, Bagaimana Nasib Program KFX/IFX?
Sebelumnya pada bulan Juli lalu, KAI telah menampilkan desain fuselage KFX. Tahapan penyambungan fuselage dan wing menyiratkan komitmen Korea Selatan untuk meluncurkan prototipe KFX pada April 2021. Walau masih ada tantangan dari pihak Indonesia yang belum membuka pembicaraan tentang angsuran biaya pengembangan, namun Korea Selatan nampak kekeh dalam rangkaian pemenuhan perangkat dan komponen pendukung jet tempur twin engine ini.
Seperti GE Aviation yang telah mengirimkan unit perdana mesin F414-GE-400K ke pihak KAI. Sebagai informasi, KAI telah memilih GE Aviation untuk memasok komponen mesin KFX pada Mei 2016. Dalam program pengembangan KFX/IFX yang mencapai US$8 miliar (8,8 triliun won), mencakup pengadaan 15 unit mesin uji F414 dan enam unit mesin untuk pembangunan prototipe KFX. Bahkan, kabarnya mesin F414-GE-400K nantinya akan diproduksi secara lisensi oleh Hanwha Aerospace.
Bicara tentang radar, Korea Selatan pada awal Agustus lalu telah meluncurkan prototipe perdana dari radar AESA (Active Electronically Scanned-Array) yang nantinya akan dipasang sebagai fitur standar di KFX/IFX. Radar AESA untuk KFX/IFX mulai dikembangkan pada tahun 2016 dengan melibatkan Hanwha Thales Systems dan Agency for Defense Development (ADD), lembaga litbang di bawah Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Tidak itu saja, untuk persenjataan, Korea Selatan telah pasang kuda-kuda untuk masa depan KFX. Di 28 Mei lalu, telah diumumkan rencana integrasi bom pintar GBU-12 Paveway II dari Raytheon, GBU-31/38 Joint Direct Attack Munition (JDAM) dari Boeing dan GBU-39/B Small Diameter dari Textron untuk sistem senjata KFX.
Sementara untuk rudal, Seoul juga tengah menggarap sistem rudal udara ke permukaan (air to surface missile) untuk kelak menjadi pasangan KFX. Rudal udara ke permukaan yang nantinya diproduksi di dalam negeri, nantinya bakal punya kecepatan Mach 2.5, berat 1,36 ton dan punya jarak jelajah setidaknya hingga 250 km. Bagi beberapa vendor rudal global, rupanya program KFX dipandang seksi untuk ‘branding.’
Jadwal uji terbang perdana KFX direncanakan pada tahun 2023 dan diharapkan pada pertengahan 2026, pesawat tempur hasil desain bareng Korea Selatan dan Indonesia dapat memasuki fase produksi. (Gilang Perdana)
Malu2in kalo gak mampu jangan di paksain bikin cn 235 aja bikin yg agak besar dgn mesin 4 turboprop kasih kanon biar bisa brrttt brttt.ya ampun😂😂kesannya kok korea bikin pesawat ngarakit,cari onderdil,cari mesin, pengembangan,baut2,ngelas,cari senjatanya,radar itu korea.kesannya kok Indonesia cuma numpang nama doang ya gak ngapa2in ngutang lagi wkwk hadech😂.kek lu pas sekolah lu ikut kelompok 1 ngerjain tugas tapi lu gak ngapa2in di absen lagi😂.nyesel mesti korea ngapain dulu gua ngajak lu.ya dri dulu emng gini wataknya😁 si negeri komodo
Helehh..tunggu aja bros ini proyek jangka panjang..toh kita dpt 1 prototype kita kembangkan sndri bisa kerja sama dgn Swedia atau negara lain.
Mari brsabar dan kita tnggu brsama-sama launching untuk first flying KFX yg akan dioperasikan oleh Korea Selatan dan second flying IFX yg akan dioperasikan oleh Indonesia.