Kaca Kanopi F-16 Berwarna Kuning Transparan? Ini Dia Sebabnya
Selain predikat battle proven yang telah membahana, desain F-16 Fighting Falcon yang gagah dan futuristik dipercaya menjadi magnet perhatian orang selama empat dekade bekalangan ini. Diantara yang membuat F-16 tampil beda adalah ciri khas pada rancangan kanopi. Bahkan model kanopi-nya dikemudian hari menjadi inspirasi bagi desain F-117 Nighthawk. Dan seiring eksistensi Sang Elang Penempur di Tanah Air, bila diperhatikan ada yang berbeda dari kanopi F-16, terkadang kaca pada kanopi terlihat begitu bening transparan, namun dalam beberapa kesempatan, kaca pada kanopi F-16 nampak berwarna kuning transparan.
Baca juga: GPS Guided Bomb – Harapan Implementasi Bom Pintar Untuk Indonesia
Bagi Anda yang mungkin memperhatikan boleh jadi bertanya dalam hati, apakah kaca pada kanopi jet tempur F-16 dilapisi semacam film? Faktanya tak hanya mobil Anda yang perlu lapisan film pada kaca, kaca pada kanopi kokpit F-16 pun perlu lapisan film. Karena kerap ‘dijemur’ di apron dengan paparan sinar matahari langsung, maka sengatan sinar matahari harus diredam, maklum perangkat pada kokpit terbilang sensitif dan butuh perlindungan. Untuk itulan kaca kanopi F-16 diberi gold film, atau ada yang menyebut golden canopy. Dalam prakteknya, tidak semua kaca kanopi F-16 diberi lapisan gold film.
Namun kegunaan gold film tak hanya untuk meredam panas dari sinar matahari, lebih canggih lagi gold film dirancang dapat menghantarkan enerji radiasi radar sehingga mengurangi radar cross section (RCS), terutama dari sisi bagian depan. Semakin kecil nilai RCS, maka akan semakin baik bagi jet tempur tersebut, dengan kian kecilnya nilai RCS, maka suatu pesawat akan mendekati kemampuan stealth, meski sejatinya tidak ada pesawat yang 100% tidak terdeteksi radar. Lain dari itu, gold film juga punya peran melindungi mata pilot dari efek ledakan nuklir.
Desain kanopi F-16 sejatinya mengacu pada model bubble clamshell dan dibuat dari bahan polilkarbonat. Tebal kaca kanopi F-16 hanya 0,5 inchi, namun soal ketahanan kaca produksi Texstars ini memang jempolan. Kaca kanopi F-16 mampu menahan impact dari tabrakan burung seberat 1,8 kg yang terbang dengan kecepatan 648 km per jam. Kanopi F-16 digerakkan dengan motor listrik, namun dalam kondisi darurat dapat dibuka dengan sistem engkol. (Sam)
super sekali beritanya
Bung phd
Asli atw palsu nie
Soalnya bung phd ini jgo ngitung
Ngayal
Bung Naked,
Coba sekarang skuadron fighter aktif menurut berita resmi ada berapa ?
1 skuadron Sukhoi
1 skuadron T50i
2 skuadron Hawk
2 skuadron F16
1+1+2+2+1 = 6 skuadron
Super Tucano tidak saya masukkan sebab bukan skuadron fighter.
Menurut berita resmi di 2024 akan ada 11 skuadron.
11 – 6 = 5 skuadron perlu dibeli
5 skuadron yang perlu dibeli itu terdiri dari :
1 skuadron pengganti F5.
4 skuadron baru.
Selain itu menurut berita resmi, 2 skuadron Hawk juga mau diganti.
Jadi berapa skuadron yang mau dibeli sampai 2024 ?
1 skuadron pengganti F5.
4 skuadron baru
2 skuadron pengganti Hawk.
1 + 4 + 2 = 7 skuadron baru.
Jika 1 skuadron menurut berita resmi adalah 16 unit, 7 skuadron itu ada berapa unit yang mau dibeli ?
16 x 7 = 112 unit.
Itu kalau 16 unit, namun bagaimana jika pengadaan skuadron itu sama seperti berita resmi pada pengadaan skuadron 16 di RSN yang jumlahnya 24 unit F16 ?
24 x 7 = 168 unit.
Jadi berapa pesawat tempur mau dibeli sampai 2024 ?
Antara 112 – 168 unit.
Jika saya bilang di antara 112 – 168 unit ini ada :
28 unit F16 viper
36 unit Gripen
48 unit FA-50
28 + 36 + 48 = 112
sah-sah saja bukan ?
Ataupun jika saya tambah dengan 56 heavy fighter double engine demi keseimbangan geopolitik kawasan :
16 F15
24 EF Typhoon
16 Su-35
16 + 24 + 16 = 56
112 + 56 = 168
Sah-sah saja bukan ?
Kok nggak ada IFX ?
IFX baru bisa diproduksi tahun 2026 sedang 11 skuadron ini adalah untuk tahun 2024.
Nggak ada salahnya berharap bukan ?
Apakah ini sekedar mengkhayal ?
Kalau sekedar mengkhayal nggak ada yang namanya Renstra.
Namun renstra itu ada karena ada hasil perhitungan oleh orang lain yang bukan saya tetapi gemar berhitung juga.
Xixixixi
Lha iya ngayal khan