JS Nomi (Awaji Class) Komisioning, Kapal Pemburu Ranjau dengan Lambung ‘Fiber Reinforced Plastic’
|Pada tanggal 12 Maret 2025, Angkatan Laut Jepang atau Japan Maritime Self-Defense Force (JMSDF), melakukan komisioning atas unit keempat kapal pemburu ranjau – mine countermeasures vessel (MCMV) Awaji class (JS Nomi -307) di Kota Yokohama, Prefektur Kanagawa, sebelah selatan Tokyo.
Baca juga: Unit Perdana Kapal Pemburu Ranjau City Class, BNS Oostende (M940) Memulai Sea Trial
Dibangun oleh Japan Marine United di Yokohama, JS Nomi mulai dibangun pada 19 Mei 2021 dan diluncurkan pada 23 Oktober 2023. Nama kapal ini berasal dari Kepulauan Higashi-Nomi dan Nishi-Nomi yang terletak di Teluk Hiroshima. Ini adalah kapal Jepang kedua yang menggunakan nama ini, setelah kapal pertahanan pesisir Angkatan Laut Kekaisaran Jepang sebelumnya, “Nomi.”
Kapal pertama di kelas ini, yakni JS Awaji 304, diluncurkan pada 27 Oktober 2015 dan komisioning pada 16 Maret 2017. Setelah kapal kedua JS Hirado 305, kapal ketiga JS Etajima 306 dan kapal keempat JS Nomi 306. Kementerian Pertahanan Jepang telah mengalokasikan 13,4 miliar yen ($90,5 juta) untuk tahun fiskal 2022 guna membangun kapal kelima, dan 26,3 miliar yen ($177,7 juta) untuk tahun fiskal 2024 guna membangun kapal keenam Awaji class.
Awaji class dirancang sebagai penerus Yaeyama class. Yang menarik dari Awaji class adalah lambung kapal dibuat dari plastik yang diperkuat serat – fiber-reinforced plastic (FRP). Karena banyak ranjau laut berjenis magnetik, penggunaan logam pada lambung kapal penyapu ranjau harus dihindari, dan sebelumnya, sebagian besar kapal penyapu ranjau dibuat dari kayu.
Sebagai informasi, kapal pemburu ranjau terbaru TNI AL, KRI Pulau Fani 731 dan KRI Pulau Fanildo 732 (Frankenthal class) menggunakan lambung yang terbuat dari baja non-magnetik buatan Perancis, plusdilengkapi dengan degaussing system untuk mengurangi kemagnetan.
Dengan membuat lambung FRP di Awaji class, membuat bobot standar kapal berkurang 30%, dan masa pakai lambung diperpanjang, meskipun – dimensinya hampir sama dengan Yaeyama class yang terbuat dari kayu. Awaji class punya usia operasional hingga 30 tahun, sebagai perbandingan Yaeyama class masa opersionalnya hanya 20 tahun.
Dengan bobot 690 ton, Awaji class disebut-sebut merupakan salah satu kapal FRP terbesar di dunia. Hal ini ditunjang dari Japan Marine United (JMU), yang memiliki teknologi dan peralatan konstruksi untuk kapal FRP berukuran besar.
Dikutip Naval News, disebut JS Nomi dilengkapi dengan light detection and ranging (LIDAR) surveillance systems yang dapat menemukan objek di bawah air pada jarak jauh baik pada siang maupun malam hari.
Selain itu, kapal pemburu ranjau ini dilengkapi dengan sistem pembuangan ranjau sekali pakai – expendable mine disposal system (EMDS) buatan Mitsui E&S Holdings untuk identifikasi ranjau serta sistem sonar kedalaman variabel (VDS) buatan Hitachi, yang dirancang untuk mendeteksi, menemukan, dan mengklasifikasikan ranjau.
Kapal ini juga dilengkapi dengan kendaraan bawah air otonom – autonomous underwater vehicle (AUV) Remus 600, yang dikenal sebagai OZZ-4 dan dibuat oleh Woods Hole Oceanographic Institution, untuk menemukan dan membersihkan ranjau dalam.
Untuk proteksi, JS Noumi dibekali senjata pada anjungan berupa kanon RCWS (Remote Control Weapon Station) kaliber 20 mm JM61R-MS. Kanon ini juga dapat digunakan untuk menghancurkan ranjau yang muncul ke permukaan. (Gilang Perdana)
Bedok Class – Kapal Penyapu Ranjau Angkatan Laut Singapura yang Akrab dalam Misi SAR di Indonesia