Jepang Luncurkan “Nihonbare” – Landing Craft Utility (LCU) Berbobot 2.400 Ton untuk Angkatan Darat
Bila TNI AD memiliki Dinas Pelayaran Angkatan Darat (Dislaikad) yang mengoperasikan berbagai jenis kapal, termasuk Landing Craft Utility (LCU), maka demikian pula dengan Japan Ground Self-Defense Force (JGSDF) atau Angkatan Darat Jepang, memiliki dinas sejenis yang Je LCU untuk mendukung operasi angkatan darat terutama dalam transportasi logistik, personel, dan alat tempur ke berbagai pulau.
Baca juga: ADRI-L TNI AD – Landing Craft Utility Pembawa MBT Leopard 2A4
LCU berperan penting dalam operasi amfibi, pengangkutan material ke wilayah terpencil, serta membantu operasi bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana. Dan belum lama ini ada kabar, Setoda Shipyard milik Naikai Zosen Shipbuilding Co di Prefektur Hiroshima pada 30 Oktober 2024, menjadi tuan rumah upacara penamaan dan peluncuran kapal angkut dari jenis LCU terbaru untuk Angkatan Darat Jepang yang diberi nama “Nihonbare” dengan nomer lambung 4151.
Investasi Jepang baru-baru ini pada kapal Landing Craft Utility (LCU) baru mencerminkan dorongan strategis untuk memenuhi kebutuhan mendesak akan peningkatan kemampuan transportasi ke pulau-pulau terpencil yang penting secara strategis di Laut Cina Timur, tempat logistik tradisional mengalami kesulitan.
Seperti dikutip Armyrecogntion.com, pulau-pulau di barat daya Jepang, bagian dari Kepulauan Ryukyu, merupakan wilayah kritis tempat ketegangan geopolitik meningkat, terutama dengan aktivitas di sekitar Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan. Area-area ini berada di garis depan prioritas pertahanan Jepang, yang telah mengarah pada fokus pada dukungan logistik dan operasional yang efisien, khususnya untuk pengerahan pasukan dan upaya pasokan ulang yang cepat.
Strategi pertahanan Jepang telah bergeser untuk menangani tidak hanya keamanan teritorial tradisional tetapi juga respons yang cepat dan terkoordinasi terhadap tantangan zaman baru, seperti mobilisasi militer yang cepat dan bantuan kemanusiaan.
LCU yang diperbarui diharapkan dapat meningkatkan interoperabilitas dengan pasukan sekutu, khususnya Amerika Serikat, yang memfasilitasi operasi gabungan di area yang membutuhkan kemampuan amfibi. Misalnya, latihan baru-baru ini menunjukkan bagaimana aset amfibi Jepang dapat bekerja sama dengan aset AS, seperti kendaraan pengangkut Korps Marinir, untuk melaksanakan logistik yang kompleks dan operasi taktis di Indo-Pasifik.
LCU baru ini mendukung penekanan Jepang pada kesiapan bantuan kemanusiaan dan bencana. Lokasi Jepang membuatnya rentan terhadap bencana alam, dan kemampuan untuk mengerahkan bantuan dan personel dengan cepat ke area yang terkena dampak di seluruh rantai kepulauannya semakin penting. Keterbatasan armada lama dalam hal kapasitas dan jangkauan kargo sering kali menyebabkan respons yang lebih lambat atau jangkauan logistik yang tidak memadai, yang menggarisbawahi perlunya kapal modern yang serbaguna.
Landing Craft Utility (LCU) adalah kapal amfibi yang dirancang untuk mengangkut pasukan, kendaraan, dan peralatan langsung dari kapal ke pantai, yang memainkan peran penting dalam operasi di mana pelabuhan tradisional tidak tersedia atau berada di daerah yang diperebutkan. Dengan desain dasar yang datar, LCU dibangun untuk pendaratan di pantai dan memiliki area kargo yang besar dan terbuka yang dilengkapi dengan jalur landai di depan untuk memfasilitasi pembongkaran kendaraan dan personel dengan cepat.
Mampu membawa muatan yang signifikan, LCU mengangkut segala sesuatu mulai dari pasukan hingga peralatan berat seperti tank dan truk, menjadikannya sangat diperlukan dalam misi penyerangan amfibi dan logistik. Meskipun bukan kapal tercepat, jangkauan dan daya tahannya yang stabil memungkinkannya untuk beroperasi terus-menerus antara kapal dan garis pantai, memastikan aliran sumber daya yang andal.
USAV Harpers Ferry, Landing Craft Utility Milik Angkatan Darat AS Tiba di Lampung
Selain skenario pertempuran, LCU adalah aset serbaguna yang digunakan dalam misi kemanusiaan dan bantuan bencana, mengirimkan tim bantuan dan darurat ke daerah dengan infrastruktur terbatas.
LCU sering kali dikerahkan bersama kapal amfibi yang lebih besar, seperti Landing Platform Dock (LPD) dan Landing Helicopter Dock (LHD).
LCU Nihonbare memiliki panjang sekitar 80 meter dan bobot standar sekitar 2.400 ton. Kapal ini akan memiliki awak sekitar 30 orang. Kapasitas angkutnya beberapa ratus ton, dan dapat mengangkut selusin kendaraan atau selusin kontainer 20 kaki. Kapal ini dapat mencapai kecepatan tertinggi 15 knot.
Serna Class Landing Craft Utility – Andalan Operasi Pendaratan Amfibi Rusia
Kapal ini memiliki kemampuan untuk berlabuh, yang memungkinkannya untuk berlabuh dan meninggalkan dermaga atau area berpasir, dan untuk memuat dan menurunkan kendaraan dan perbekalan langsung dari tanjakan di haluan. Biaya pembangunannya sekitar 4,1 miliar yen ($27 juta).
Naval News menyebut, sepuluh kapal pengangkut akan dikerahkan bersama unit tersebut pada akhir Maret 2028. Secara khusus, akan ada empat kapal LCU dengan tipe yang sama dengan Nihonbare, dua kapal pengangkut berukuran sedang dengan bobot standar lebih dari 3.500 ton, dan empat unit maneuver support vessels (MSV). (Gilang Perdana)
ADRI-L TNI AD: Landing Craft Utility Pembawa MBT Leopard 2A4
kenapa lebih mahal buatan Indonesia yg harga perunitnya Rp.53 milyar. Buatan jepang cuma Rp.41 milyar/unit ? Apa ada komisi ?