Jadi Latar dalam Pidato Presiden Joko Widodo, PT PAL Perlihatkan Adopsi Dua Teknologi Meriam Kapal, Produksi Rusia dan Barat
Ada satu hal yang luput dicermati saat peluncuran Kapal Cepat Rudal (KCR) 60m keenam KRI Panah 626 pada 20 April 2022 lalu. Menjadi latar peluncuran yang dilakukan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, bersanding tiga KCR 60M produksi PT PAL Indonesia, dari kiri ke kanan, yaitu KRI Sampari 628, KRI Tombak 629 dan yang terbaru KRI Panah 626.
Baca juga: Presiden Joko Widodo Luncurkan Kapal Cepat Rudal 60M keenam – KRI Panah 626
Ketiga kapal perang yang bersanding sejajar tersebut adalah inti yang diperlihatkan oleh PT PAL Indonesia. Namun, bila dicermati, momen tersebut ikut menyiratkan kesiapan PT PAL dan Satuan Kapal Cepat TNI AL dalam mennggunakan dua plaform teknologi pada sistem senjata.
Bila di -zoom pada foto latar Presiden Jokow Widodo saat berdiri di mimbar peluncuran kapal perang, nampak bahwa KRI Sampari 628 dan KRI Tombak 629 berbeda dengan KRI Panah 626. Hal itu terlihat jelas pada penempatan senjata utama pada haluan. KRI Sampari 628 dan KRI Tombak 629 mengadopsi meriam AU-220M, sementara KRI Panah 626, dan sebelumnya KRI Kapak 625 mengadopsi meriam Bofors 57 MK.3.
Meski sama-sama meriam kapal (naval gun) di kaliber 57 mm, keduanya berasal dari dua blok yang berbeda. AU-220M adalah rancangan dan produksi JSC Central Research Institute Burevestnik, Rusia. Sebaliknya, Bofors 57 MK.3 adalah rancangan dan produksi BAE System Bofors, Swedia, yang notabene mengacu pada standar senjata NATO.
Lantaran ada perbedaan plaftom senjata barat dan timur, maka turunan senjata pada KRI Sampari 628 dan KRI Tombak 629 dengan KRI Panah 626 dan KRI Kapak 625, ikut berbeda. Yang paling mudah dilihat, KRI Tombak 629 dengan KRI Panah 626 membawa dua peluncur rudal anti kapal C-705 buatan Cina. Sedangkan KRI Panah 626 dan KRI Kapak 625 dipersiapkan untuk membawa dua peluncur rudal anti kapal Exocet 40MM B3 buatan MBDA, Perancis.
AU-220M vs Bofors 57 MK3
Berdasarkan keterangan dari Burevestnik, modul meriam (tanpa awak) AU-220M dirancang untuk kapal perang yang bobotnya tidak kurang dari 150 ton. Meriam ini dipasang pada superstruktur haluan kapal dan suite sensor terletak di bagian belakang kubah.
Meriam AU-220M dipersenjatai dengan meriam otomatis 57 mm dengan kecepatan tembak 100-120 peluru per menit. Modul meriam digabungkan ke magasin amunisi yang dapat menampung hingga 148 amunisi. Jarak tembak maksimum meriam mencapai 14,5 km. Meriam AU-220M memiliki sudut elevasi antara -7 dan +85 derajat, sedangkan dudukan meriam memberikan sudut azimuth -160 – +160 derajat.
Modul meriam AU-220M punya berat 5 ton, berat akan bertambah sekitar 3,5 ton ketika magasin meriam terisi penuh. Munisi 57 mm pada AU-220M bisa menjadi smart munition, dimana proyektil memiliki empat sirip yang terlipat dalam casing dan dikendalikan oleh aktuator di bagian hidung proyektil. Munisi juga dilengkapi sensor laser untuk mengarahkan proyektil ke targetnya.
Sementara Bofors 57 M3, dengan pola single remote, kendali tembakan meriam ini dilakukan lewat Fire Control System. Jika ngadat, kendali tembakan dapat dilakukan lewat Local Control Equipment yang dapat ditempatkan dari beragam sudut kapal. Sistem penembaka bersifat full otomatis, computerised loading system dapat menangani 120 munisi yang siap tembak. Namun secara keseluruhan, sistem Bofors 57 mm MK.3 dapat memuat sampai 1.000 munisi.
Baca juga: PT PAL Indonesia Resmi Jadi Mitra MRO Meriam dari BAE Systems Bofors
Jarak tembak maksimum Bofors 57 mm MK.3 mencapai 17.000 meter, dengan kecepatan 4 proyektil per detik yang dapat ditembakan. Kecepatan luncur proyektil melesat 1.035 meter per detik. Sudut laras punya elevasi mulai dari -10 sampai 77 derajat. Bobot sistem senjata tanpa munisi adalah 7 ton, sedangkan bila disematkan 1.000 munisi, bobot keseluruhan bisa mencapai 14 ton. Laras Bofors 57 mm MK.3 harus diganti bila telah mencapai 5.300 kali tembakan. (Haryo Adjie)
Mau tanya sama admin, misal ni kapal KCR 60 ketembak rudal anti tank yg digotong drone, tenggelam ndak kapalnya, kalau lihat dimensi dan bobot kapal memang 50-50 mungkin, terimakasih
Pertanyaan yang sulit dijawab
apa yang menarik dan luput dari pengamatan bung pengamat?.
itu sudah tercantum dari buku dan panduan garis besar pertahanan nasional yaitu mengutamakan senjata dan sista pertahanan(defence)terlebih dahulu dan lebih mengutamkan pembagunan dan kerja sama didalam negri.seperti rudal dan lainya yang diproduksi tidak untuk dijual(export)tapi untuk pemakaian tni.
jadi jangan heran kalou kita tidak tau senjata sekelas S series atau bahkan satan sudah masuk lini produksi.
Mohon maaf lahir batin yoo dhik..
!!!
@Indonesia Jaya: mana ada meriam bisa nembakin peluru 120 butir perdetik, bisa meleleh itu Laras. Hhhhhhhhhh, kalo 100-120 peluru per menit itu baru benar, 1 detik cuman bisa nembakin 2 peluru. Kalah jauh buatan Rusia sama buatan Swedia. Hhhhhhhhhh
Setuju banget klau Indonesia bisa punya kcr ini 50 unit. Secara kcr ini bisa di produksi dlm negeri. Tinggal nanti di upayakan up grade dgn teknologi siluman
120 peluru per menit bambang bukan per detik, per detiknya 2 peluru.
pesawat Sam Simbad sadral mistral 3 RC di atas brigade kapal ….seumur umur ada ilmu baru ini, ada bagian kapal namanya brigade kapal. Setahu ku ada haluan, buritan, anjungan/bridge. Kalau maksudnya bridge…itu isinya peralatan untuk kemudi dan navigasi kapal.
Untuk kontrol tembakan/tempur beda
Hal yg menarik dan kadang luput dari perhatian pengamat militer dan strategi dari luar negeri adalah Indonesia berusaha memperbanyak KCR khususnya KCR 60 yg dipersenjatai dg rudal anti-kapal. KCR-60 pada dasarnya bisa berlayar sampai ZEE dg persediaan yg cukup tapi tidak untuk patroli dalam waktu yg lama. Kehadiran kapal Eskorta ini lebih ditujukan sebagai pemukul yg kecil tapi berbahaya, dg sistem NCW yg terpadu diharapkan armada KCR ini mampu menghalau armada kaprang musuh dgn tonase yg lebih besar seperti Fregat atau bahkan Destroyer. Jika Indonesia memiliki 50 kapal sejenis dgn persenjataan lengkap niscaya bakal membuat musuh kuat sekalipun akan berpikir 2 kali untuk menyerbu wilayah perairan Indonesia.
Gak imbang. Yang satunya 120 peluru per detik, yang lawannya cuma 4 peluru per detik. Jelas banget siapa yang menang.
Coba kalo kcr 60M TNI AL diupgrade dibekali water jet bisa ngebut, hull mounted sonar bisa endus benda asing di kedalaman laut dan rudal anti pesawat Sam Simbad sadral mistral 3 RC di atas brigade kapal selain bisa tembak kapal musuh, pesawat terbang musuh bisa di tembak…
Pertamax