Jadi Eksportir Drone Tempur Terbesar di Dunia, Inilah Strategi Cina Taklukan Pasar Global

Bila kualitas yang jadi acuan, kebanyakan negara mungkin mengidamkan pembelian drone tempur/kombatan – Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV) ke Amerika Serikat dan Israel. Namun, sudah barang tentu urusan kualitas harus dinomerduakan, pasalnya AS dan Israel punya standar dan aturan ketat untuk penjualan drone tempur. Negara dengan kocek besar belum tentu mendapat izin membeli drone dari dua negara itu. Dan saat itulah, Cina muncul sebagai pemasok alterlatif, yang kini dinobatkan sebagai eksportir UCAV terbesar di dunia.

Baca juga: Cina Tampilkan Perdana CH-6, Drone Tempur HALE Pertama dengan Dua Mesin Jet

Kebangkitan industri drone di Cina harus diakui begitu pesat, tak hanya bicara di lingkup militer, dunia drone sipil juga mendapat porsi pengembangan yang besar. Dan ketika Cina didapuk sebagai pengekspor drone tempur terkemuka di dunia, maka menjadi pertanyaan, bagaimana cara Cina dapat begtu cepat mendominasi pasar drone di dunia, tentu saja bukan sebatas faktor pembatasan dari AS dan Israel.

Data dari laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), disebutkan Cina telah mengirimkan sekitar 282 drone tempur ke-17 negara dalam satu dekade terakhir, menjadikannya pengekspor pesawat bersenjata terkemuka di dunia. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat hanya mengirimkan 12 drone tempur pada periode yang sama, itu pun hanya ke Perancis dan Inggris.

Sementara Cina, dalam satu dekade terakhir mampu memasarkan drone tempur , mulai dari dari Arab Saudi, Myanmar, Irak, Ethiopia, Maroko, Mesir, Aljazair, Uni Emirat Arab (UEA), Pakistan, Serbia dan Indonesia.

Dominasi Cina atas pasar global untuk drone tempur selama dekade terakhir sebagian disebabkan oleh upaya besar yang didanai Pemerintah Cina sendiri, yang berupaya meningkatkan angkatan bersenjata negara itu ke “standar kelas dunia.”

“Sejauh ini, fokus utama program drone Cina adalah mereplikasi kemampuan negara lain,” ujar Akhil Kadidal, seorang reporter penerbangan di Janes. Ini termasuk kemampuan pengawasan, serangan dan peperangan elektronik. Ia mencatat bahwa drone tempur terlaris Cina, Caihong 4 (CH-4), hampir identik dengan MQ-9 Reaper buatan AS, sedangkan Wing Loong 2 yang populer mirip dengan Predator MQ-1 yang juga buatan AS.

Ingin tampil lebih memukau dari drone tempur buatan AS. Seperti Wing Loong 2 dan 3, diklaim Cina bahwa kedua drone ini tidak hanya lebih cepat dari drone sekelas produksi AS mereka, tetapi dikatakan mampu membawa muatan senjata yang lebih besar.

Selain serupa dalam desain dan kemampuan dengan drone buatan AS, drone Cina juga jauh lebih murah, membuatnya lebih menarik bagi pembeli global. Misalnya, CH-4 dan Wing Loong 2 diperkirakan berharga antara US$1 juta dan US$2 juta, sedangkan Reaper berharga US$16 juta dan Predator US$4 juta.

Dikutip dari Aljazeera.com, label harga drone yang lebih murah berarti negara pembeli yang tertarik juga dapat membeli drone dalam jumlah yang lebih besar.

Kemudahan Pembiayaan
Cina juga menawarkan syarat pembayaran yang fleksibel kepada negara pembeli yang tertarik. “Perusahaan Cina menyadari bahwa negara-negara di Afrika Utara tidak kaya, dan memungkinkan mereka untuk tidak bsia membayar tunai, tetapi dengan cicilan, terkadang bahkan untuk menukar drone dengan sumber daya alam lokal seperti mineral,” kata Zhou Chenming, seorang analis dari Beijing, mengatakan kepada South China Morning Post.

Kontrol Ekspor yang Ketat dari AS
Lebih dari faktor lainnya, analis mengatakan negara-negara beralih ke drone Cina karena kontrol ekspor yang diberlakukan oleh AS. Washington membatasi penjualan drone tempurnya dengan mengacu ke Missile Technology Control Regime (MTCR), sebuah perjanjian yang dibuat pada tahun 1987 untuk membatasi proliferasi platform yang mampu mengirimkan senjata kimia, biologi, dan nuklir.

Dilaporkan menolak permintaan untuk penjualan drone tempur ke Yordania, Irak, dan UEA, memaksa negara-negara ini untuk membeli drone tempur dari Cina sebagai gantinya.

Baca juga: Perfoma Dianggap Tak Memuaskan, Yordania Ingin Jual Drone Tempur CH-4B Rainbow

Kebebasan Penggunaan
Cina memberlakukan lebih sedikit batasan pada penggunaan drone tempur. “Ini berarti negara-negara yang membeli drone tempur Cina dapat mengopersasikan sesuai keinginan mereka, bahkan jika itu melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia,” ujar Franz-Stefan Gady, peneliti senior di IISS.

Bagi Cina, penggunaan drone negara lain di medan perang memberikan umpan balik yang berharga untuk menyempurnakan kemampuan produknya. (Bayu Pamungkas)

5 Comments