Italia Tuding Inggris Tak Mau Berbagi Teknologi Kunci, Indikasi Pecah Kongsi Dalam Pengembangan GCAP?
|Meski bukan berarti pecah kongsi, rupanya ada ketidaknyamanan di antara negara anggota konsorsium pengembangan jet tempur generasi keenam – Global Combat Air Programme (GCAP). Yang mana, Italia menuding Inggris tidak mau berbagi teknologi kunci untuk pengembangan GCAP.
Baca juga: Inggris Terbuka Bila Kanada Ingin Bergabung ke dalam Global Combat Air Program (GCAP)
Seperti dikutip Reuters, Minggu lalu, Italia melontarkan tudingan terhadap Inggris terkait dugaan penolakannya untuk berbagi teknologi utama untuk pengembangan jet tempur generasi keenam yang baru, yang dikenal sebagai GCAP, yang juga mengikutsertakan Jepang sebagai mitra.
Itu bukan sembarang tudingan, pasalnya komentar dilontarkan pejabat di level tinggi pemerintahan, yaitu dari Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto, yang menyatakan dalam menanggapi pertanyaan media: “Tidak ada lagi yang dapat menganggap dirinya kelas satu atau kelas dua dan yang ingin mempertahankan warisan lama. Beberapa penghalang keegoisan harus dirobohkan. Italia telah merobohkannya sepenuhnya, Jepang hampir sepenuhnya. Bagi saya, Inggris tampaknya jauh lebih enggan untuk melakukannya, dan itu adalah kesalahan, karena keegoisan adalah musuh terburuk bangsa-bangsa.”
Menanggapi pernyataan Menteri Crosetto, Kementerian Pertahanan Inggris berpendapat bahwa pengembangan program GCAP merupakan “contoh utama” dari program yang dilakukan bersama, seraya menambahkan bahwa pesawat tersebut akan menjadi yang terdepan dalam rekayasa modern.
Perlu dicatat bahwa baik pihak Italia maupun Inggris tidak menyebutkan komponen teknologi mana yang menjadi penyebab perselisihan, sehingga tidak memungkinkan dilakukannya analisis yang lebih mendalam terhadap tuduhan dari Italia.
Italia Umumkan Kemungkinan Gandeng Arab Saudi dalam Proyek Jet Tempur Generasi Keenam (GCAP)
Penting juga untuk diingat bahwa pengembangan GCAP dipimpin oleh perusahaan Inggris BAE Systems, perusahaan Italia Leonardo, dan Mitsubishi Heavy Industries dari Jepang. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, tujuan ketiga pemerintah tersebut adalah agar perusahaan-perusahaan ini menyelesaikan desain dan pembuatan platform tepat waktu untuk pengiriman awal pada tahun 2035. Pada saat itu, Angkatan Udara Inggris dan Aeronautica Militare dari Italia bermaksud untuk memensiunkan armada jet tempur Eurofighter mereka—yang saat ini dilengkapi dengan F-35B—sementara Angkatan Udara Bela Diri Jepang akan mengganti Mitsubishi F-2.
Hingga tuduhan tersebut muncul, program tersebut tampaknya berjalan tanpa masalah besar dalam hal kerja sama mitra. Indikasi yang jelas dari hal ini adalah perjanjian tahun 2023 yang menetapkan partisipasi yang setara di antara kontraktor dari tiga negara dalam pengembangan GCAP, menggantikan proyek Tempest yang dipimpin Inggris sebelumnya dengan proyek dengan partisipasi internasional yang lebih besar.
Kemudian program GCAP yang dapat diperluas lebih jauh jika Arab Saudi memutuskan untuk bergabung. Bagi Menteri Crosetto, masalahnya jelas: “Pilihan Jepang menjadi kunci dalam hal ini, seperti halnya Arab Saudi, yang membutuhkan pertumbuhan teknologi dan memiliki lebih banyak sumber daya daripada ketiga negara kita.”
Untuk memahami minat Arab Saudi dalam proyek tersebut, kita harus kembali ke awal Maret 2023, ketika Menteri Pertahanan Inggris saat itu Ben Wallace diterima oleh Menteri Khalid bin Salman dalam kunjungan resmi. Seperti yang dicatat Menteri Crosetto, kontribusi keuangan Arab Saudi yang besar akan sangat penting untuk proyek GCAP yang membutuhkan dana sangat besar untuk pengembangan.
Namun, laporan media Inggris kini menunjukkan bahwa selain keinginan sebelumnya untuk memperdalam hubungan dengan Riyadh, ada kekhawatiran baru tentang bagaimana langkah tersebut dapat memengaruhi pengaruh Inggris dalam program GCAP. (Gilang Perdana)
Inggris Bangun Jet Tempur Stealth Tempest dari Komponen Daur Ulang Panavia Tornado
tiru saja Cina tanpa konsorsium2an dah mabur tu pesawat gen 6 nya, nunggu khabar jika J-10C mampu tundukkan F16 di laga udara mungkin layak utk dipertimbangkan bagi kita langsung pesan J-36 tak perlu repot-repot lagi harus naik kelas 4 dan kelas 5 lagi langsung kelas 6
Yah sama aja Inggris dan Prancis.
Widya,
Soal fulus di sini sebenarnya bukan ribet dan njelimet tapi lebih tepat kalo disebut seret. Banyak mau ini dan itu tapi kemampuan minim, bargaining power juga loyo. Bagai makan buah simalakama. Maju kena mundur juga kena. Semuanya karena otak dagang kepingin lompat teknologi dengan biaya seminim mungkin tapi ternyata sumber daya manusia belum mampu. Buktinya tuh RX 450 masih gitu-gitu aja selama puluhan tahun masih belum produksi massal jadi Rhan 450.
“Hingga tuduhan tersebut muncul, program tersebut tampaknya berjalan tanpa masalah besar dalam hal kerja sama mitra.”
Sepertinya mustahal apabila benar-benar pecah kongsi, program bersama kolaborasi perusahaan Inggris BAE Systems, perusahaan Italia Leonardo, dan Mitsubishi Heavy Industries dari Jepang tetap satu komitmen dengan pemerintah mereka untuk mengejar ‘deadline’ penyelesaian design dan pembuatan platform tepat waktu untuk pengiriman awal jet tempur generasi 6 itu pada awal 2035 nanti, dana yang telah digelontorkan pun akan sia-sia dan tak mungkin kembali jika hal terburuk itu sampai terjadi.
@eko: FCAS (Future Combat Air System) adalah program kolaborasi antara Prancis, Jerman, dan Spanyol, sedangkan GCAP (Global Combat Air Programme) adalah kolaborasi antara Inggris, Italia, dan Jepang. Beda negara beda proyek tapi satu tujuan secara awam saja bisa kita lihat tidak ada yang tumpang tindih.
@Periskop: ada bedanya, terutama dalam hal ‘fulus’ di sini rada ribet cenderung jelimet, sedangkan yang di sono duitnya kenceng tapi terbentur soal kepercayaan sesama mitra program
mirip indonesia dengan kf21
di eropa FCAS & GCAP ini kok kyknya tumpang tindih ya? jgn2 nanti malahan gagal semua ato bakal gabung semua jd satu