Intip dari Dekat Full Mockup Lockheed Martin F-35 Lightning II
Kehadiran sosok pesawat tempur generasi ke-5 memang kerap dinanti publik, meski tak melakukan flight demo, hadirnya jet tempur multirole stealth macam F-22 Raptor dan F-35 Lightning II dalam pameran dirgantara selalu mampu membetot perhatian. Di Singapore Airshow 2016 yang berlangsung 16 – 21 Februari lalu, Paman Sam memang membawa duo fighter stealth. Keduanya mampu menjawab kejenuhan pengunjung yang saban tahun selalu disajikan display penempur jenis F-15SG dan varian F-16 Fighting Falcon AU Singapura.
Baca juga: [Polling] F-15SG RSAF – Lawan Tanding Terberat Sukhoi Su-27/30 TNI AU
AU AS membawa dua unit F-22 Raptor ke Singapura, karena merupakan pesawat yang kadar ‘rahasia’-nya masih sangat tinggi, panita memberi pagar pembatas yang jaraknya ‘agak’ jauh dari pengunjung. Parameter pagar F-22 pun dijaga ketat langsung oleh personel AS. Nah, berbeda dengan F-35, pesawat stealth besutan Lockheed Martin yang pengembangannya didukung Northrop Grumman dan BAE Systems ini ditampilkan ‘cukup bebas’ untuk publik, meski ada pagar pembatas, pengunjung masih dapat berfoto pada jarak dekat, bahkan diberi kesempatan untuk menengok bagian dalam kokpit.
Tentu perlakukan beda soal keamanan antara F-22 dan F-35 ada alasannya, bila F-22 wujudnya adalah real pesawat tempur, sebaliknya F-35 yang ditampilkan di Singapore Airshow 2016 hanyalah full mockup. Meski full mockup, kita dapat melihat perbandingan utuh pesawat tempur dalam ukuran dan dimensinya sebenarnya. Sebelumnya, full mockup juga pernah ditampikan pihak Eurofighter pada pesaswat tempur Typhoon di fasiltas hangar PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
Bagi banyak kalangan, F-35 adalah pesawat tempur yang sangat atraktif, inilah pesawat yang mampu terbang dan lepas landas secara hybrid, alias bisa melakoni bak pesawat tempur konvensional dengan menggunakan landas pacu, tapi bisa juga berlaga seperti halnya jet AV-8B Harrie yang menganut teknologi VTOL (vertical take off and landing). Kecanggihan ini tentu berpulang pada keberadaan mesin, dalam hal ini Pratt & Whitney menyematkan sistem pendorong (propulsi) F135 ke F-35. Secara khusus, mesin dengan nozzle yang digerakkan ini juga ikut ditampilkan.
Baca juga: Thrust Vectoring – Teknologi Dibalik Kelincahan Manuver Sukhoi Su-35 Super Flanker
F-35 Lightning II memiliki satu tempat duduk dan bermesin tunggal. Didesain untuk beragam misi. Misi yang secara tradisional dilakukan oleh sejumlah kecil pesawat khusus, seperti intelijen, pengawasan dan pengintaian, serta misi serangan elektronik sekarang dapat dilakukan oleh satu skadron F-35.
Pesawat jet tempur F-35 dikembangkan, diproduksi, dan didukung oleh perusahaan-perusahaan terkemuka dibidang kedirgantaraan dimana Loockhead Martin merupakan kontraktor utama. Northrop Grumman dan BAE Systems membangun bagian tengah dan belakang badan pesawat.
Pilot F-35 lebih mudah mendeteksi keberadaan musuh, sembari mencari dan melacak, pesawat ini memiliki kemampuan mengacak radar lawan. Fitur stealth atau siluman pada F-35 membuat pesawat ini nyaris tak terdeksi oleh radar. Avionik canggih memberikan pilot akses seketika (real-time) ke informasi ruang pertempuran dengan cakupan 360 derajat. Data dikumpulkan oleh sensor pada F-35 untuk kemudian segera dibagikan kepada komandan di laut, di udara, atau di darat.
Helmet Mounted Display System F-35 memberikan informasi penting kepada pilot dalam peperangan, termasuk posisi, arah, kecepatan angin, ketinggian, serta informasi dan peringatan penargetan. Informasi disajikan lebih baik dibanding helm tradisional sehingga mengurangi beban kerja dan meningkatkan respon pilot. Selain itu, fitur Distributed Aperture System (DAS) menampilkan tangkapan enam kamera inframerah. Kamera-kamera tersebut dipasang di sekitar pesawat dan terhubung dengan helm. Hal ini memungkinkan pilot untuk “melihat” melalui badan pesawat.
Dari segi biaya, Lockheed Martin mengklaim jet tempur generasi kelima ini lebih ekonomis dengan harga terjangkau. Sejak pertama diproduksi, harga F-35 telah turun hingga 55 persen. Perusahaan berkomitmen mengurangi biaya produksi terhadap produk baru sehingga harga lebih murah dibanding produk sebelumnya. Berdasarkan informasi dari situs resminya (diakses Senin 26 Januari 2015), biaya untuk Low Rate Initial Production (tidak termasuk mesin) F-35A: US$98 juta, F-35B: US$104 juta, dan F-35C: US$116 juta. Harga F-35A yang dibeli pada 2018 dan dikirimkan pada tahun 2020 akan menjadi 85 juta USD atau setara dengan 75 juta dolar AS saat ini (26 Januari 2015).
Direktur pencarian pelanggan internasional Lockheed Martin, Dave Scott, mengatakan, kepercayaan komunitas internasional terhadap pesawat program Joint Strike Fighter (JSF) itu, makin tumbuh setelah Jepang memutuskan membeli F-35. Selain Jepang, negara calon pelanggan potensial pesawat berkemampuan mengelak dari deteksi radar itu adalah Korea Selatan, yang sudah mengajukan permohonan proposal penawaran, dan Singapura, yang menjadi salah satu partisipan kerja sama keamanan JSF. Di luar kedua negara itu, Lockheed Martin sempat menyebut Indonesia dan Thailand sebagai pasar potensial. (Haryo Adjie)
mending sukhoi 35 menurut ane dari pada f 35 yang masih banyak masalah di teknologinya seengaknya generasi 4,5 lebih ngejamin soal kualitasnya dan lagi rusia kan nga pernah embargo kita bisa kita bilang kwan yang baik saya berharap sih jangn f 35 tapi S 35 pikirkan juga soal embargo arah politik dan lain lain dan lagi lebih murah s 35 dengan kecanggihan di atas pesawat tempr rata rata di dunia tentunya masih di bawah f 22 mungkin tapi menurut saya dengan kecanggihan pesawat dan daya jelajahnya cukup buat negara kita apalagi kita beli 2 skuadron sambil menunggu kfx/ifx dan sambil jaga jaga apabila pecah perang di lcs
fungsinya beda dimana su-35 utk air superiority sdgkan f-35 untuk deep strike. lawan sejati su-35 adalah f-15 silent eagle
IMHO, F35 ini nasibnya masih belum jelas, melihat dari progres pengembangannya dan keungulannya, bbrp negara sponsor udah mulai ragu, kanada merencanakan batal, militer aussie nego us minta f22, singapur sendiri baru mau beli stlh harganya turun, bahkan usaf tahun ini mengurangi pembelian f35. Biaya pengembangan f35 sudah tembus usd 1000 milyar, sangat sukar menekan harga satuan apalagi ada ygbatal beli.
Banyak ahli bilang kemampuan tempur f35 utk dogfight sangat buruk, bahkan terbukti kalah dg f16d, f35 kalah dalam energi utk manuver. Klaim mereka bilang dogfight sdh tak diperlukan, dg teknologi stealth dan radar aesa mrk tembak musuh dr jarak jauh. Masalahnya, banyak negara2 pesaing spt eropa, cina, dan rusia mulai mengembangkan teknologi radar yg dapat mengendus f35 dr jarak yg lebih jauh. Radar berbasis uhf, vhf, dan 3d/volume, dapat mendeteksi f35 dari jarak yg lebih jauh. Radar kapal pkr10514, smart mk2 bisa mengendus f35 dari jarak 50 sd 80km tergantung cuaca.
Terima kasih buat infonya Mas Budiman 🙂
Astaga, sampe Aussie nego F22 gegara F-35 yang belum jelas nasibnya
*Padahal cuma US yg boleh punya ini
Salam bung adMin, bnyak yg brpendapat klo F-35 itu joint project yg bnyak buang biaya dan trus sering lambat, hmpir ga bda jauh sma proyek KFX/IFX apa mungkin klo TNI akan mengakusisi Pak-fa ? Trus klo bsa request posting untuk informasi masalah klasifikasi prbedaan antara pesawat gen 4,5 dan 5 donk bung admin
Salam juga Bung Joni, oke mengenai request-nya dipersiapkan dulu ya. Untuk TNI kemungkinan mengakuisisi Pak-Fa rasanya sangat tipis, mengingat pernyataan Pak Menhan Ryamizard yang menyebut setelah Su-35, pemerintah belum ada rencana lagi untuk pengadaan pesawat tempur baru 🙂
Sekedar info :
Beragam tipe F-35 sebagai berikut :
– F-35A (Pesawat dengan tipe CTOL alias lepas landas dan pendaratan secara konvensional, di Amerika digunakan oleh US Air Force)
– F-35B (Pesawat dengan tipe STOVL alias lepas landas di landasan pendek dan pendaratan secara vertikal, digunakan oleh US Navy dan biasanya ditempatkan di kapal pendarat amfibi macam jenis LHD atau LHA atau afdol dioperasikan di kapal induk yang memiliki jenis peluncuran pendek (tanpa ketapel))
– F-35C (Pesawat yang didesain khusus untuk pendaratan di kapal induk yang memiliki peluncur ketapel alias CATOBAR, jelas digunakan oleh US Navy juga)
tapi cockpit F 35 tuh yang yang paling keren, kalau sedan ini mercedes S class…. gila display glass nya kerenn, kaya Ipad ditempelin…as simple as that but yet so fully high tech
Masak negara kita mau beli F35, SU35 aja belinya ketengan, kata pak RR belinya nyicil takutnya kalau ada yg lebih canggih kita beli biar gak ketinggalan jaman. PREEEET…
Kita (Indonesia) nggak ada rencana, nggak ada keinginan, dan tidak ada dana utk beli F-35 mas 🙂 Yang coba nawarin hanya pihak Lockheed, sekedar cari2 peluang.
Kecil sekali bang & hampir pasti mustahil ini pesawat bakal di koleksi,,pesawatnya saja masi bermasalah sana-sini,F-22 yg sudah operasi penuh jg kabar nya bermasalah..lagian kalo beli F-35 trus peluru nya di kasi sidewinder dimana hebat nya.hahaha….
Mending buat melengkapi pesanan Su-35 biar genap 1 skuadron..