Insiden USS Pueblo, Amerika Serikat Minta Pengembalian Kapal Mata-mata yang Ditahan Korea Utara

(Foto: Alain Nogues/Corbis Historical)

Lepas dari isu senjata nuklir, ada banyak hal yang membuat hubungan Korea Utara dan Amerika Serikat tak kunjung membaik, salah satunya terkait insiden USS Pueblo (AGER-2). Pasalnya, keberadaan kapal mata-mata itu terus melukai perasaan sekaligus mempermalukan citra Amerika Serikat di mata internasional. Dan mengenang 55 tahun insiden USS Pueblo, Washington kembali melayangkan permintaan yang mustahil dikabulkan Pyongyang, yakni agar USS Pueblo dapat dikembalikan ke AS.

Baca juga: Buntut Penyusupan Drone Intai Korea Utara, Seoul Incar “Sky Spotter” dari Israel

Dari laman Telegraph.co.uk (24/1/2023), Amerika Serikat telah menuntut agar Korea Utara mengembalikan USS Pueblo, sebuah kapal mata-mata yang disita paksa pada tahun 1968 dan ditambatkan di Pyongyang sejak saat itu sebagai objek wisata.

Greg Steube, seorang anggota DPR dari Partai Republik, mengajukan resolusi minggu lalu yang meminta Korea Utara untuk mengembalikan USS Pueblo, tepat pada hari Senin lalu yang menandai peringatan 55 tahun penangkapan USS Pueblo oleh militer Korea Utara pada 23 Januari 1968.

Dalam insiden USS Pueblo, Amerika Serikat bersikeras bahwa kapal itu beroperasi di luar perairan Korea Utara, yakni di Laut Jepang ketika didekati dan ditembaki oleh empat kapal patroli Korea Utara dan dua jet tempur MiG-21. Salah satu dari 83 awak USS Pueblo tewas dalam kontak senjata.

Unsur kekuatan tempur Amerika Serikat apesnya tidak dapat berbuat banyak saat USS Pueblo disergap, dimana kapal intai tersebut harus pasrah ketika ditarik paksa ke Pelabuhan Wonsan. Keseluruhan awak USS Pueblo (82 orang) kemudian ditahan oleh Korea Utara, sementara AS menyebut penahanan awak USS Pueblo merupakan bentuk pelanggaran hukum internasional.

82 awak USS Pueblo akhirnya dipulangkan melintasi Zona Demiliterisasi 11 bulan setelah kapal mereka ditangkap, dengan Komandan Lloyd Bucher kemudian mengatakan dia telah menjadi sasaran eksekusi pura-pura oleh regu tembak, dalam upaya untuk memaksa dia mengaku secara ilegal memasuki perairan Korea Utara. Dia kemudian menandatangani pengakuan ketika anak buahnya diancam akan dieksekusi.

Para kru dan keluarga mereka mengajukan gugatan ganti rugi pada tahun 2018 atas “pelecehan mental dan fisik” yang mereka alami di Korea Utara, dengan keputusan pengadilan AS yang memenangkan mereka pada tahun 2021.

Pyongyang diperintahkan untuk membayar US$2 miliar sebagai ganti rugi, atau minimal US$3,35 juta untuk setiap awak kapal sebagai kompensasi. Dan seperti bisa ditebak, Korea Utara jelas mengabaikan keputusan pengadilan AS tersebut.

Dari perspektif yang berbeda, Korea Utara mengklaim USS Pueblo dengan sengaja memasuki perairan teritorialnya dan oleh karena itu pasukannya dibenarkan untuk menaiki dan mengambil kendali kapal tersebut.

Insiden Pueblo menjadi peristiwa bersejarah yang menyoroti kemenangan perang heroik Korea pada 1950-an. Insiden Pueblo juga digunakan Korea Utara untuk melakukan propaganda kemenanga perang dan kekalahan AS dalam konfrontasi.

Sekilas tentang USS Pueblo, merupakan kapal intai atau kapal mata-mata, meski begitu resminya kapal ini adalah kapal penelitian lingkungan dari Banner Class. Dibangun oleh Kewaunee Shipbuilding and Engineering, USS Pueblo diluncurkan pada 16 April 1944 dan masuk kedinasan pada 7 April 1945.

Baca juga: KRI Hang Tuah – Terkena Serangan Bom, Inilah Korvet Yang Karam di Lepas Pantai Balikpapan

Dari spesifikasi, USS Pueblo punya berat kosong 550 ton dan berat penuh 895 ton. Kapal ini punya panjang 54 meter dan lebar 9,8 meter. USS Pueblo ditenagai dua mesin diesel GM Cleveland Division 6-278A 6-cyl V6, yang mampu membawa kapal ini melaju 12,7 knots.

Untuk persenjataan, USS Pueblo yang menjalankan fungsi intelijen, hanya dipersenjatai dua pucuk senapan mesin berat kaliber 12,7 mm. Yang jelas tidak bisa mengimbangi kontak senjata dengan pihak Korea Utara. (Abdi Waluyo)