Inilah Plus-Minus, Bila Indonesia Membeli Frigat Bremen Class dari Jerman
|Melanjutkan kabar seputar frigat Bremen Class yang bisa jadi benar-benar diakuisisi oleh Indonesia, maka sebagaimana alutsista bekas pakai, tentu semua ada plus-minusnya. Dan berkaca dari pengalaman mendatangkan kapal perang bekas pakai di era Orde Baru, dimulai dari korvet Claud Jones, frigat Tribal Class dan frigat Van Speijk, berikut ada beberapa hal yang bisa dirangkum bila kelak Bremen Clsss hadir sebagai arsenal Satuan Kapal Eskorta (Satkor) TNI AL.
Baca juga: Isi Kekosongan di Lini Frigat, Indonesia Lirik Frigat Bremen Class Milik AL Jerman
Keuntungan
1. Kualitas Kapal
Sudah bukan rahasia umum, bila kualitas konstruksi dan baja kapal buatan Jerman termasuk yang terbaik di dunia. Meski tidak terkait langsung, bila membicarakan kemajuan teknologi perkapalan Turki dan Korea Selatan, maka kedua negara itu awalnya ‘berguru’ dari Jerman dan mendapatkan kemampuan lewat transfer of technology.
2. Kapal Perang Unggulan Jerman dan NATO
Pada masanya di dekade 80/90-an, Bremen Class adalah kapal kombatan NATO di garis depan. Karena predikat tersebut, maka beragam persenjataan dan sistem elektronik yang terpasang bukan kw2. Bila kelak Bremen Class hadir di Indonesia dalam kondisi full armament, maka kapal perang ini bisa menjadi efek deteren di kawasan.
3. Implementasi Cepat
Salah satu keunggulan dari pengadaan kapal perang bekas pakai adalah, kecepatan dalam implementasi. Meski diperlukan program rekondisi sebelum dibawa ke Indonesia, namun diperkirakan itu tidak akan makan waktu lama (sepanjang kapal laik jalan).
4. Sistem Persenjataan Lengkap
Masih terkait poin nomer dua, hakikat dari kapal perang adalah sistem persenjataan yang melekat. Dan bila selama ini, Indonesia terkesan ‘kesulitan’ untuk melengkapi persejantaan di kapal perang barunya (frigat Martadinata Class), maka saat Bremen Class tiba, besar kemungkinan sebagian persenjataan yang ada ikut diboyong. Bahkan amunisi untuk kanon/meriam, bisa jadi akan diikutkan dalam paket yang dibawa ke Indonesia, ini berkaca dari pengadaan korvet Parchim Class dari Jerman Timur.
5. Biaya Akuisisi
Bila dilepaskan dari biaya upgrade peralatan/persenjataan dan pelatihan awak, maka selain implementasi cepat, biaya pengadaan kapal perang bekas tentu secara keseluruhan akan lebih murah.
Kerugian
1. Tidak ada ToT
Sebagaimana pengadaan alutsista bekas, terlebih untuk status kapal perang yang akan dipensiunkan dari negara asal, maka sulit bagi negara pembeli untuk menerima ToT (transfer of technology). Dalam aspek bisnis, nilai pengadaan yang murah, juga tak menguntungkan bagi sisi manufaktur.
2. Usia Kapal dan Biaya Perawatan
Kian tuanya masa operasional kapal, akan berimbas pada meningkatnya biaya perawatan. Pada Bremen Class yang akan dijual Jerman pada tahun 2021, yaitu F214 Lübeck, kapal perang ini diluncurkan dari galangan Nordseewerke di Emden pada 15 Oktober 1987 dan mulai masuk kedinasan AL Jerman pada 19 Maret 1990. Nah, silahkan dihitung sendiri seberapa tua usia kapal perang ini.
3. Rudal Harpoon dan Sea Sparrow
Taring utama dari Bremen Class akan mengerucut pada rudal anti kapal Harpoon dan rudal hanud jarak sedang Sea Sparrow. Nah, untuk kedua jenis senjata tersebut, sepertinya tidak termasuk dalam paket yang bisa diboyong langsung oleh Indonesia. Maklum, pengalihan jenis senjata (jual kembali) produk alutsista buatan AS, membutuhkan proses dan persetujuan dari Washington. Atau minimal, peluncur kedua rudal dapat diterima Indonesia pada saatnya nanti.
4. Biaya Upgrade
Meski Bremen Class adalah kapal perang NATO dan sistem elektronik kapal perang TNI AL mengacu ke standar NATO, namun biaya upgrade pada kapal perang perlu dipersiapkan, terutama pada upgrade combat management system, yang tentu tidak murah.
5. Hanya satu kapal
Berbeda saat TNI AL mendatangkan perusak kawal Claud Jones, frigat Tribal Class dan Van Speijk Class, dimana dibeli bekas dalam jumlah lebih dari dua unit, maka Bremen Class untuk Indonesia hanya satu unit. Pasalnya dari delapan unit Bremen Class yang pernah dibuat, tinggal F214 Lübeck yang saat ini aktif.
Baca juga: Tribal Class TNI AL – Frigat Multi Peran Warisan Perang Malvinas
Dengan pengadaan hanya satu unit, akan membawa kerentanan pada aspek suku cadang, lantaran tidak bisa dilakukan opsi kanibalisme perangkat seperti halnya pada pengadaan kapal perang TNI AL terdahulu.
Dalam periode purna tugas suatu jenis kapal perang, biasanya dilakukan secara bertahap hingga kapal penggantinya tiba, dan itu telah dilakukan TNI AL pada proses ‘memensiunkan’ frigat Van Speijk Class yang totalnya ada enam unit. (Haryo Adjie)
seharusnya indonesia menghilangkan kebiasaan membeli alutsista bekas. jangan samapai alutsista hancur sebelum diapakai perang. sepertihalnya kapal bekas jerman timur. seharusnya kualitas alutsista dibanding kuantitas alursista.
Kata siapa ? TNI-AL sekarang kapalnya baru semua. KRI Marthadinata, LPD, LST. namun membuat kapal baru itu butuh waktu setidaknya 5 tahunan. dari tahap disain sampai siap tempur. Itu belum dihitung tahap negosiasi harga dan ToT yang alot seperti dengan DAMEN untuk lanjutan KRI Marthadinata
Iver Hunfield saja sekarang masih tahap re-disain dan kerangka kerja, belum lagi PT. PAL masih antri pesanan yang belum jadi LPD dan KCR-60
Apalagi ada Covid-19 pasti molor
Maka dibutuhkan Interim Readiness Frigate (IRF) atau pembelian Figate siap pakai untuk mengisi kekosongan
Secara prinsip kita dukunglah kalau memang bisa dan boleh dibeli ni Bremen Class tapi upayakan full armory, di laut Natuna Utara kalau kita bersikap sopan dianggap takut dan lemah, bukti nyata semua laut milik negara2 Asean yg sopan dan “mengupayakan diplomasi” gak dianggap sama Cina dan penguasaan LCS berjalan dengan cepat dan massive, butuh kapal perang yg sanggup konfrontasi dengan cina, tentara India di gunung saja habis dikepruki pakai tongkat berpaku, curang menurut cina adalah sah dan diwajibkan penting bisa kuasai
Yang bakal diambil itu bukan yang masih aktif tetapi yang memang sudah pensiun dari Marine Bundeswehr. Jadi saat kita akuisisi nanti dalam keadaan tanpa rudal alias rudal dibeli terpisah. Menilik jangka waktu pakai Van Speikk class kita maka Bremen class yang sudah pensiun itu masih bisa dipakai 15 – 20 tahun lagi. Perkiraan 4 – 7 unit Bremen class bergantung kondisi. Saya berharap 7 unit. Sesudah itu Bremen second selesai diakuisisi saya berharap 5 unit Lafayette class bekas juga dibeli mulai tahun 2023. Lafayette class masih bisa dipakai 25 – 30 tahun lagi. Fregat berbasis Iver tetap dibuat 4 unit per 5 tahun.
Yang menarik kapal2 patroli kita dari nomor lambung KRI 8xx juga akan dipasang rudal berjarak kira2 150 km. Jadi bukan hanya fregat, korvet dan KCR saja yang bakal dipasang rudal tetapi bahkan kapal2 patroli kita KRI 8xx juga akan dipasang rudal. PC 40 kita mirip ukurannya dengan KCR 40. Andaikata realisasi dari kebijakan pertahanan negara tahun 2020 (KEP/104/M/I/2020) diberlakukan juga atas kapal2 PC 40 kita maka kita tidak butuh rudal pertahanan pantai lagi sebab peran pertahanan pantai akan diambil oleh KCR dan PC 40.
Bukankah yg sudah pensiun di scrapped?
Yang di scrapped 2 unit, yang bakal jadi sasaran tembak 1 unit.
8 – (2+1) = 8 – 3 = 5
Masih ada sisa 5 unit cukup untuk sementara menggantikan van speijk class 5 unit yang mau pensiun.
Meriam pakai meriamnya van speijk sebab meriam van speijk tersebut dibeli hampir bersamaan dengan meriam yang dipasang di 4 unit sigma Diponegoro class.
@tukang ngitung
Meriam 76 nya VS dan Sigma cuma sama wujud luarnya tapi beda versi master……ada bbrp kemampuan di 76 nya Sigma yg tdk dimiliki 76 nya VS 🤷
Maksa amat tung, sodaranya bremen kan udah dikiloin, Dan PC mau dikasih rudal?, biar gak beli bramos ya, Kan udah dipesen kemaren sama babeh waktu ke delhi,
Tungtungtung aca aca………hhhh
Kata siapa Brahmos udah dipesen ? Lha wong cuma dilihat doang, Pak menhan ke india itu untuk kerjasama program ketahanan pangan kok.
Situ aja yang ke GR an.
Saya lebih percaya dokumen kebijakan pertahanan negara yang beliau tandatangani Januari 2020 lalu.
Jelas2 di situ disebut “Kapal
Frigat, Kapal Korvet, Kapal Cepat Rudal, Kapal Patroli yang
dipersenjatai dengan peluru kendali minimal jarak 150 km,…”.
Kapal patroli kita yang KRI 8xx itu termasuk kapal PC 40. Jadi kalo kapal2 ini diberi rudal anti kapal, masih belum perlu rudal anti kapal permukaan untuk pertahanan pantai itu.
Coba sini Dhek, ada gak berita Indonesia jadi pesen Brahmos. NO LINK = HOAX loh.
Lho Lafayatte yg mau dimodernisasi 3 unit masih tetep dipake AL Perancis yang mungkin dijual cuma 2 unit, gimana ceritanya berharap 5 unit, itu dibaca gak sih artikel Jane’s nya tertariknya cuma 1 kok Lubeck kok ini berharap 7 unit wkwkwkwkwk pantesan dibungkan sama Mr Cromwell di defence.pk
Sudah-sudah ……jangan pernah kau ucapkan kalimat itu lagi rhoma 😤😤😤
Kamu benar-benar mengacaukan hati @tukang ngitung 🤧
Yudha,
Apa situ juga nggak baca komen saya selanjutnya yang bilang kalo yang di scrap 2 dan dijadikan sasaran tembak 1, sehingga tinggal 5 ?
Berita dari Jane’s apalagi yang nulis Rizwan Rahmad tak pernah saya anggap serius sebab si Rizwan beberapa kali salah dalam pemberitaannya, apalagi hanya 1 kapal yaitu Lubeck yang mau diakuisisi saya hanya tertawa saja.
Patokan hitungan saya adalah dokumen yang dikeluarkan kemhan yaitu kapal berudal minimal 150 km.
Jika hanya 1 lubeck dan 4 iver apalagi tambahan 2 pkr ketendang sampai sesudah 2024 itu tidak akan memenuhi jumlah yang sudah digariskan yaitu kapal2 berudal 150 km. Makanya saya juga perlu Lafayette 5 unit yang pasti akan dipensiunkan mulai 2023, soal 3 unit yang diupgrade itu akan menambah nilai jual jika dibanding dengan tidak diupgrade.
Coba hitung luas laut Indonesia dengan ZEE nya dibagi jarak 150 km itu maka akan ketemu angka 90.
Tahu nggak peribahasa bahasa Jawa “sing waras ngalah”. Jadi itulah yang saya gunakan pada Cromwell. Lagipula Cromwell bukan orang yang terlibat renstra. Jika dia benar2 terlibat renstra pasti konten konfidensial dan sensitif tidak akan dia upload bahkan ke blog asing sebab pasti dia akan memegang teguh kerahasiaan. Bagi saya Cromwell adalah anak kecil yang tidak tahu membedakan mana yang pantas diupload dan mana yang tidak pantas. Info yang dia dapat langsung diumbar begitu saja ke blog asing yang jelas2 memihak kepada musuh potensial kita yaitu RRC. Itu sebabnya saya tidak kembali ke blog yang jelas2 bersekutu pada pihak RRC. Rasa nasionalisme saya melarang saya untuk kembali memberi komentar ke blog asing itu.
paham kau Yudha?
Wkwkwkwk saya ketawa aja deh. Ini artikel indomiliter mengenai Bremen Class ga bakal muncul kalau bukan referensi dari tulisan Rizwan Rahmad, terus mau bilang ga dianggep serius segala ya terus ni artikel di indomiliter jelas2 merujuk ke tulisan Rizwan Rahmad gimana sih ? Kamu baca gak jurnal berbahasa Inggris ttg La Fayette Class itu 3 unit yg di modernisasi ya masih akan dipakai Marine Nationale bukan ” menambah nilai jual ” lha yg 3 itu ga dijual kok ??? Kamu mundur dari defence.pk karena hampir semua netizen udah capek baca tulisan2 angka2 yg ga jelas, saya baca kok adu argumen kamu vs Cromwell dan netizen lain di 15 – 19 Agustus 2019, emang bukan bagian dari Renstra tapi jelas partisipan disitu orang yg lebih tahu dari kamu, terlibat di Inhan terkait, staff di Kemenhan atau Sales dari perusahaan2 asing yg pasti lebih tahu daripada hitung2 karangan kamu.
Ane belum liat itu diskusi Bung TN di Defence PK. Tapi ane tetep menghormati Bung TN walopun kadang ada hitungan yg kurang tepat. Ane lebih berpikir kalo bulan kondisi mendesak harusnya Indonesia lebih memilih buat beli Harpoon varian udara biar bisa dipasang di F-16 Indonesia buat melengkapi R-31P yg udah ada di Flanker TNI-AU. Kalopun Indonesia nantinya jadi beli Typhoon, Kemenhan harus gerak cepat buat akuisisi Strom Shadow. Jumlah senjata Anti Kapal varian udara yg dimiliki akan lebih memberikan efek deterren daripada puluhan kapal perang Destroyer. Kalo Destroyer ane lebih milih mereka difungsikan sebagai AAW Ships daripada Multirole Kombatan.
Gk percaya artikel Jane’s tpi sok-sok an di pk.defense bikin prediksi pengadaan pesawat TNI AU lewat terawang plat nomor kendaraan personil TNI AU.. BAHAHAHAHA kang ngitung tpi kok malah cocokologi
Makanya ga jelas dia untung ini bukan defence.pk dan untung dia ga berani berani lagi muncul di defence.pk, maksudnya itu grup kan isinya beda sama formil2 lain udah serius beneran pembicara2 nya ini dia berani banget muncul sembari bawa2 cocoklogi nya pantesan aja pada marah disana.
Di beli aja daripada gk punya yg gede, masak di natuna isi tjiptadi doang sering ditabrak lgi kan kasian. Sekalian klo bisa lambungnya diperkeras buat maen tabrak-tabrakan sama cost guard china. Biar gk kayak insiden AL Venezuela.
klo untuk sekedar mengisi kekosongan gap dengan masa operasional 5-10th masih wajarlah, asal kondisi kapal laik operasional, full armament, dan harga akuisisinya juga masuk akal.. krn membangun kapal baru seukuran frigat besar juga butuh waktu paling tidak 2-3 tahun hingga kapal benar-benar siap operasional.. sementara konstelasi konflik di Laut Cina Selatan mungkin butuh persiapan yang segera.
Janganlah KRI Kelas BEKAS PAKAI.
Jangan samakan bangun kapal baru dengan bikin lontong balap…pesan sekarang besok jadi
Beli kapal bekas tetap perlu perbaikan dan upgrade dulu sebelum digunakan. Seperti rudalnya pasti akan dicopot oleh negara penjual akibat berbeda dengan yang dipakai TNI sehingga perlu dipasang baru. Tergantung besar upgrade, bisa satu tahun baru bisa dipakai.
yakali bisa sanggup iver aja 5 tahun mulai dari 2021 artinya kelar 2026 kita butuh banyak kapal jangka pendek jangka panjang ada kontrak iver ama pkr sigma
Untuk mengantisipasi kekosangan gap, tergantung budgetnya. Bila pembelian bremen ini murah atau hibah tidak menjadi soal untuk diakuisisi tinggal biaya maintenance dan upgradenya. Kalau lebih mendesak lagi bisa diakuisisi pertahanan lepas pantai dan drone laut. Namun sangat utama untuk melihat program pertahanan kedepannya jangan sampai budget kita terkuras untuk produk yang serba instan. Program strategis nasional seperti rudal dan drone harus dioptimalkan selain program kemandirian dalam pembuatan alutsista seperti kapal perang dan kapal selam.
#Galangan Indonesia cuma pajangan.
Semua galangan di Indonesia super sibuk mas….
PT.PAL : pesanan LPD dan PKR TNI-AL, pesanan LPD UEA belum dikerjakan, Tambah nanti si Iver, belum lagi pesanan Sipil
Swasta : LST antri terus ditambah, belum lagi KAL TNI-AL terus diproduksi
Jangan kuatir semua perusahaan Strategis Sekarang Super Sibuk
Bingung yak sama netizen pengamat militer dadakan. Asal njeplak komen. Lebih sotoy berasa punya intelijen
Setuju bossman, sesuai saran boss nanti galangan lokal bikin Kapal dikasih roket ama Rudal. Dikira gampang apa bikin Kapal perang. Asal ngapung kasih Rudal atau meriam selesai.?
Kalau ada duit lengkapi dulu semua KCR dengan CMS, Radar, Netric, Missile, Sewaco, dll nya. Jangan kosongan mulu. Itu Korvet upgrade lagi kalau perlu.
Tpi jgn lupa bossman byr pajak npwp jgn telat utk sumbang negara.
Kho unit terkhir kan memang masih aktif,
Dan yang diincer pak menhan kan memang unit yang sudah tidak berdinas di jerman,
Tapi masih ngepung di galangan mereka 7 biji,
Jadi emang perlu biaya ekstra buat perbaiki dan upgrade,
Jadi ceritanya mau mengulang kesuksesan pembelian parchim dan lst eks jerman timur yg masih melaut sampe skrg,
Btw klo beli barang bekas dari jerman dari dulu kyanya selalu terealisasi dgn baik deh yaa,
Mudah2an yg ini juga,
Yaa minimal kalo mau adu banteng sama frigate cina di lst gk kalah gertak lah,
Klo persenjataan jangan banyak berharap,
Judulnya juga yangg penting bisa dipake patroli dulu.
Bisa dateng kilat ekspress
Katanya negara ini bisa buat kapal,bisa buat rudal R-HAN,bisa buat tank cuma katanya ya?tapi masih impor?.saran saya nih kenapa gak di perbanyak tu kapal buatan anak negeri katanya cintai produk dalam negeri,lawong pemerintah aja gak cinta produk dalam negeri masyarakatnya di suruh2.tiru tu tiongkok semua buatan dalam negeri.masih suka impor pengen Indonesia gitu gitu aja?,gak pengen endonesa maju?