Inilah Boeing RC-135 Rivet Joint, Pesawat Intai Inggris yang ‘Dipepet’ Rudal Sukhoi Su-27 Rusia

Nama Boeing RC-135 Rivet Joint kembali mengemuka, setelah pesawat intai yang dioperasikan Angkatan Udara Inggris (Royal Air Force) ini, terlibat insiden dengan dua jet tempur Angkatan Udara Rusia Sukhoi Su-27 yang sedang berpatroli di kawasan Laut Hitam. Insiden yang terjadi pada 29 September 2022 itu, mengemuka setelah salah satu Su-27 mencegat dan melepaskan rudal beyond visual range di dekat RC-135.

Baca juga: Tak Ingin Krisis Rudal Kuba Terulang, AS Kerahkan Pesawat Intai Boeing RC-135 Rivet Joint ke Kuba dan Venezuela

Buntut dari insiden itu, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace melayangkan protes kepada Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, Wallace mengatakan apa yang dilakukan jet tempur Rusia sangat membahayakan dan tidak dapat dibenarkan, Ia menyebut bahwa RC-135 adalah pesawat yang tidak dipersenjatai.

RC-135 Rivet Joint yang terbang dari pangkalannya di RAF Waddington di Inggris, bertemu dengan dua Su-27 Rusia yang membayanginya selama total sekitar 90 menit. Ini adalah prosedur yang sangat standar untuk penerbangan semacam ini di wilayah udara internasional. Namun, salah satu dari Flanker Rusia itu melepaskan rudal di sekitar pesawat Rivet Joint. Sementara Kremlin menyebut bahwa insiden itu terjadi karena adanya ‘kerusakan teknis’ yang menyebabkan rudal meluncur secara tidak sengaja.

RC-135

Lepas dari kontroversi yang kadung memanas, menarik perhatian adalah sosok Boeing RC-135 Rivet Joint. Sebagai produk yang dirancang pada era Perang Dingin, Rivet Joint beberapa kali debutnya terkait dengan gesekan AS/NATO dengan kepentingan Rusia.

Boeing RC-135 adalah pesawat intai dengan basis Boeing 707, asainya pesawat pengintai empat mesin ini digunakan guna mendukung misi pengumpulan data intelijen. Dari sejarahnya, RC-135 diluncurkan pada tahun 1961 dan tergolong sarat teknologi tinggi.

Pemasok perangkat di RC-135 terbilang vendor-vendor papan atas, sebut saja ada General Dynamics, Lockheed, LTV, E-Systems dan L3 Technologies. Kebisaan pesawat ini adalah mengumpulkan berbagai macam sinyal elektronik di suatu daerah, dan menganalisa dengan cepat serta bertindak (seperti menggunakan jammers onboard). Sementara pesawat pendukung dalam misi intai ini adalah Boeing KC-13S Stratotanker, yang notabene juga dibangun dari basis Boeing 707.

Total ada 32 unit Boeing RC-135 Rivet Joint yang diproduksi, dan dioperasikan oleh Amerika Serikat dan Inggris. Diawaki oleh dua pilot dan dua navigator, RC-135 umumnya membawa 21 – 27 personel (mission crew), jumlahnya bergantung pada misi.

Baca juga: (Lagi) Jet Tempur Rusia Intercept Pesawat Intai AS dan Swedia di Laut Baltik

Boeing RC-135 Rivet Joint punya panjang 41,35 meter, dan lebar bentang sayap 39,88 meter.
Berat maksimum saat tinggal landas mencapai 146.284 kg. Rivet Joint ditenagai 4 × CFM International F-108-CF-201 turbofan engines dengan tenaga 98 kN. Kecepatan maksimum pesawat intai ini 933 km per jam, mampu terbang sejauh 5.552 km (tanpa air refueling) dan terbang maksimum sampai ketinggian 15.000 meter. (Gilang Perdana)

2 Comments