Inilah Alasan Korvet Fatahillah Class Belum Dipasangi Rudal Anti Kapal (Lagi)

Meski telah dilakukan sejumlah modernisasi, namun dirunut dari usia, ketiga korvet Fatahillah Class – KRI Fatahillah 361, KRI Malahayati 362 dan KRI Nala 363 sudah tak bisa dibilang muda lagi, pasalnya ketiga korvet buatan Wilton Fijenoord, Schiedam, Belanda ini sudah diterima Indonesia sejak 1979. Lewat perawatan yang baik dan modernisasi pada sistem sensor dan radar (di KRI Fatahillah 361 dan KRI Malahayati 362),  kapal kombatan ini masih mampu memberikan efek deterens.

Baca juga: Terma SCANTER 4100 – Radar Intai Terbaru Untuk KRI Fatahillah 361

Seperti pada Latihan puncak TNI AL Armada Jaya 2019/XXXVII di perairan laut Jawa, KRI Nala 363 dapat membuktikan efektivitasnya saat melakukan latihan peperangan di laut. Sebagai informasi, KRI Nala 363 masih menggunakan sistem kendali senjata dan sistem pendorong asli atau orisinil bawaan dari Belanda, yaitu dua pendorongan yang terdiri dari mesin diesel dan gas turbin. Kondisi ini berbeda dengan KRI Fatahillah yang sistem kendali senjata sudah diperbarui dengan sistem pendorong dua mesin diesel.

Untuk sistem senjata, baik meriam utama Bofors 120 mm pada haluan, roket anti kapal selam Bofors ASR 375mm, torpedo triple tube 324 mm, dan kanon Bofors 40 mm di buritan, kesemuanya masih dalam kondisi baik dan siap digunakan sewaktu-waktu. Namun tak semua sistem senjata utuh seperti dahulu saat diterima. Persisnya ketiga korvet Fatahillah Class kini tak dibekali rudal anti kapal.

KRI Nala 363 saat melakukan penembakan MM 38 Exocet

Sumber Indomiliter.com dari lingkungan TNI AL menyebutkan bahwa sudah sejak lama rudal anti kapal MM38 Exocet tak lagi serviceable. Kondisi itu bukan lantaran kemampuan rudal yang tak baik, melainkan MM38 statusnya memang sudah discontinued. Dari beberapa literasi, disebut lifetime rudal Exocet mencapai usia 20 tahun. Pihak pabrikan, MBDA (d/h Aerospatiale) sudah menghentikan jalur produksi MM38 pada tahun 2002.

Mengutip dari sumber SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute) Arms Transfers Database, Indonesia pada tahun 1976 melakukan penandatanganan kontrak pembelian 60 rudal MM38 Exocet dengan rentang kedatangan pada 1979 – 1981. Dari delapan kapal perang TNI AL yang mengusung rudal MM38 Exocet, kesemuanya diketahui telah melakukan uji tembak dengan firing test terakhir pada tahun 2003.

Mengingat modernisasi masih dilakukan, termasuk upgrade pada sistem radar, menjadikan netizen banyak yang bertanya mengapa korvet Fatahillah Class tidak dipasangi rudal anti kapal jenis baru?

Dari penuturan sumber Indomiliter.com, dijelaskan bahwa ketiga korvet Fatahillah Class memang tidak direncanakan untuk dipasangi rudal anti kapal lagi. Bila dahulu ada kabar akan dipasang rudal anti kapal besutan Cina – C-705/C-802 atau bahkan MM40 Exocet nampaknya dugaan itu meleset. “Hingga nantinya pensiun, Fatahillah Class tidak ada rencana untuk dipasangkan rudal anti kapal,” ujar sumber Indomiliter.com.

Mungkin di beberapa kapal perang, seperti KCR (Kapal Cepat Rudal) Mandau Class masih nampak peluncur MM38 Exocet, tapi kondisinya saat ini fire control system rudal MM38 Exocet sudah tak dapat dioperasikan.

Tak dipasanginya rudal anti kapal di korvet Fatahillah Class kemungkinan lebih kepada hal teknis, dimana tidak efektif dan efisien untuk memasang jenis rudal baru pada platform kapal yang sudah cukup tua. Disisi lain, dengan keterbatasan anggaran yang ada, TNI AL lebih memilih melengkapi arsenal rudal di kapal perang keluaran baru.

Tak kenal maka tak sayang, MM38 Exocet adalah lambang superioritas TNI AL di dekade 80-an. Rudal anti kapal kelas medium range ini dapat melesat dengan kecepatan Mach 1 untuk menghantam sasaran di jarak 40 km. Terbang dengan moda sea skimming, rudal ini mengandalkan sistem pemandu inertial navigation dan fase akhir menggunakan active radar. MM38 Exocet punya bobot total 735 kg dan hulu ledak 165 kg.

Baca juga: Ini Dia! 6 Perangkat Canggih Yang Ditanam di KRI Malahayati 362 dalam Proyek MLM

Buat netizen yang penasaran seperti apa sosok MM38 Exocet, dapat melihat dummy rudal ini yang kini menjadi monumen di gerbang Markas Komando Armada I di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. (Haryo Adjie)

22 Comments