Update Drone KamikazeKlik di Atas

Inggris Sukses Uji Coba DragonFire – Sistem Hanud Berbasis Laser Berbiaya Murah, Sekali Tembak ‘Hanya’ Rp160.000

Sistem hanud (pertahanan udara) berbasis laser DragonFire produksi Qinetiq yang telah dipesan oleh Australia, belum lama ini dikabarkan telah sukses diuji coba. Qinetiq, kontraktor pertahanan asal Inggris, yang juga dikenal sebagai pemasok target drone untuk Arhanud TNI AD, disebut telah berhasil menembakkan senjata laser berkekuatan tinggi terhadap sasaran udara untuk pertama kalinya.

Baca juga: Qinetiq Pasok Dragonfire untuk Australia, Sistem Hanud Laser Anti Rudal Hipersonik

Dikutip bbc.com (20/1/2024), uji coba ini diharapkan akan membuka jalan alternatif bagi penggunaan rudal hanud yang berharga mahal untuk menembak jatuh sasaran seperti drone yang diproduksi dengan biaya murah. Kementerian Pertahanan Inggris menyebut DragonFire dalam uji coba berhasil tepat untuk mengenai koin £1 dari jarak satu kilometer.

Uji tembak laser DragonFire dilakukan di Hebrides Range, Skotlandia. Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengatakan teknologi sistem hanud berbasis laser ini dapat mengurangi “ketergantungan pada amunisi yang mahal, sekaligus menurunkan risiko kerusakan tambahan (collateral damage)”.

Proyek Dragonfire bergerak selangkah lebih dekat ke produksi setelah tes yang sukses di laboratorium pertahanan Porton Down pada bulan November 2022. Dragonfire ditembakkan dari jarak jauh untuk menunjukkan keakuratannya. Laser ini mampu mengerahkan daya sekitar 50kW dan dapat menembus lapisan baja.

Kementerian Pertahanan mengatakan Angkatan Darat dan Angkatan Laut Inggris sedang mempertimbangkan untuk menggunakan teknologi ini sebagai bagian dari kemampuan pertahanan udara mereka di masa depan.

Meskipun persenjataan laser mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah, Angkatan Laut AS telah memasang sistem serupa di beberapa kapal perusak. Namun, rudal hanud lebih banyak digunakan daripada laser untuk menembak jatuh drone selama konflik dengan Houthi di Laut Merah saat ini.

Faktanya, rudal hanud harganya bisa jauh lebih mahal dibandingkan drone yang dapat mereka hancurkan, dengan biaya jutaan poundsterling dibandingkan beberapa ribu poundsterling. Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan menembakkan sistem DragonFire selama 10 detik setara dengan biaya menggunakan pemanas biasa selama satu jam, dengan biaya pengoperasiannya kurang dari £10 per tembakan, atau hanya sekitar Rp160.000.

Senjata energi terarah laser atau Laser-directed energy weapons (LDEW) menggunakan sinar cahaya yang kuat untuk menembus targetnya dan dapat menyerang dengan kecepatan cahaya. Jangkauan sistem DragonFire masih dirahasiakan tetapi merupakan senjata Line of Sight, yang berarti dapat menyerang target apa pun yang terlihat dalam jangkauan.

Teknologi senjata laser kini sedang dikembangkan oleh Defence Science and Technology Laboratory (Dstl) bersama beberapa mitra industri, atas nama Kementerian Pertahanan. Kepala eksekutif Dstl, Dr Paul Hollinshead mengatakan: “Uji coba ini telah membuat kita mengambil langkah maju yang besar dalam mewujudkan potensi peluang dan memahami ancaman yang ditimbulkan oleh senjata energi terarah.”

Sistem senjata DragonFire adalah hasil investasi gabungan sebesar £100 juta antara Kementerian Pertahanan dan industri.

Pengembangan senjata laser terjadi di tengah meningkatnya penggunaan drone dalam peperangan, yang terlihat selama konflik antara Ukraina dan Rusia.

Berangkat dari potensi ancaman di masa depan, Australia telah memberikan kontrak kepada Qinetiq untuk mengembangkan dan memasok sistem hanud berbasis laser untuk menetralisir serangan rudal hipersonik dari Cina.

Australia Uji Coba Senjata Laser Anti Drone dari Platform Kontainer

Qinetiq sejauh ini telah mempelopori rencana untuk mengembangkan directed energy weapon untuk menghancurkan rudal hipersonik. Qinetiq tidak sendiri dalam pengembangan DragonFire, melaikan juga dengan menggandeng Leonardo UK dan MBDA Systems.

Qinetic menyebut beberapa negara menyatakan tertarik dengan teknologi ini karena menawarkan tantangan yang kredibel untuk apa yang disebut rudal hipersonik, yang bergerak dengan kecepatan lebih dari 3.800 mil per jam dan sulit dihantam dengan persenjataan fisik atau hanud konvensional. (Gilang Perdana)

One Comment