Inggris Kirim MBT Challenger ke Ukraina dengan Munisi Depleted Uranium, Putin Ingatkan Ada Konsekuensi Serius

Di tengah kecamuk perang yang tak berkesudahan, ada pesan khusus dari Presiden Rusia Vladimir Putin kepada pemerintah Inggris yang dikenal sebagai donatur utama persenjataan ke Ukraina. Yakni agar Negeri Britania tidak memberikan munisi dengan material Uranium Terdeplesi – Depleted Uranium (DU) kepada Ukraina. Tentu menjadi pertanyaan, mengapai sampai Putin meminta secara khusus kepada Inggris? Apa yang ditakutkan Putin?

Baca juga: Ambisi Joe Biden Kirim MBT M1 Abrams ke Ukraina Terhalang Isu Depleted Uranium, Apa Itu?

Dalam konteks efektivitas pertempuran, penggunaan munisi depleted uranium dipandang mujarab, pasalnya penggunaan munisi ini menjadikan senjata menjadi lebih kuat, seperti untuk menembus lapisan armor pada kendaraan lapis baja.

Depleted uranium digunakan sebagai bahan dalam selongsong atau proyektil, yang biasanya digunakan pada senjata berat seperti meriam tank dan meriam anti-pesawat. Depleted uranium digunakan karena sifatnya yang sangat padat dan keras, sehingga mampu menembus baja yang digunakan pada kendaraan tempur modern.

Munisi yang menggunakan uranium terdeplesi biasanya memiliki kemampuan penetrasi yang lebih baik dibandingkan dengan munisi konvensional, dan dapat menembus lapisan baja dengan lebih mudah.

Namun, penggunaan depleted uranium juga membawa risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, penggunaan munisi dengan depleted uranium harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan.

Munisi (proyektil) tanpa selongsong.

Dalam hal ini, Rusia telah memperingatkan Inggris untuk tidak memberikan selongsong uranium yang habis sebagai amunisi untuk tank yang dikirim ke Ukraina, dengan mengatakan munisi tersebut mengandung “komponen nuklir”.

Dikutip dari BBC.com (24/3/2023), Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan akan memasok depleted uranium ke angkatan bersenjata Ukraina untuk digunakan pada 14 unit MBT Challenger 2 yang dikirim ke Kiev. Dikatakan penggunaan munisi tersebut akan memungkinkan awak tank Ukraina untuk menembak target musuh dari jarak yang lebih jauh.

Depleted uranium adalah uranium yang terjadi secara alami, yang telah dilucuti dari banyak – tetapi tidak semua – dari materi radioaktifnya. Ini adalah produk limbah dari proses pengayaan uranium untuk digunakan dalam pembangkit listrik tenaga nuklir dan senjata nuklir.

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan munisi depleted uranium dikembangkan oleh AS dan Inggris pada tahun 1970-an. Jenis munisi ini pertama kali digunakan dalam Perang Teluk pada tahun 1991, dan kemudian di Kosovo pada tahun 1999, dan selama Perang Irak pada tahun 2003.

Sementara, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada kantor berita AP bahwa Rusia juga memiliki persediaan senjata depleted uranium, meskipun tidak diketahui apakah telah menggunakannya di Ukraina.

“Munisi uranium tidak bisa dianggap sebagai senjata nuklir,” kata Dr Marina Miron, dari Kings College London. “Mereka tidak dimaksudkan untuk meracuni orang. Mereka digunakan karena kemampuannya menembus armor.”

Ketakutannya adalah jika fragmen munisi itu mendarat di tanah, mereka dapat mencemari tanah,” kata Dr Miron. “Itulah mengapa AS dan sekutu NATO memicu kontroversi ketika mereka menggunakannya di Kosovo.” Majelis Umum PBB memerintahkan peninjauan dampak kesehatan dari senjata depleted uranium pada tahun 2007, dan badan-badan internasional telah melakukan beberapa peninjauan lebih lanjut.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Pencemaran Lingkungan pada tahun 2019 menunjukkan kemungkinan hubungan antara penggunaan senjata depleted uranium dan cacat lahir di Nasiriyah, Irak. Sebuah laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) tahun 2022 menyatakan kekhawatiran tentang kemungkinan penggunaan depleted uranium di Ukraina, memperingatkan hal itu dapat menyebabkan “iritasi kulit, gagal ginjal dan meningkatkan risiko kanker”.

Tak kendor pada tekanan Putin, Kementerian Pertahanan Inggris balik menegaskan bahwa penggunaan munisi depleted uranium yang dikirim ke Ukraina tidak dilarang oleh perjanjian internasional apa pun.

Vladimir Putin telah memperingatkan bahwa jika Inggris benar-benar mengirim depleted uranium ke Ukraina, “Rusia harus menanggapinya, mengingat bahwa Barat secara kolektif sudah mulai menggunakan senjata dengan komponen nuklir,” kata Putin.

Secara teori, ketika munisi dengan depleted uranium menghantam target, maka uranium dapat membakar dan menghasilkan partikel-partikel kecil yang terdispersi di sekitarnya. Partikel-partikel ini dapat terhirup atau tertelan oleh manusia, dan jika terakumulasi dalam tubuh, dapat menyebabkan kerusakan pada organ dan jaringan, serta meningkatkan risiko kanker.

Baca juga: AS Pastikan Kirim MBT Abrams Varian M1A2 ke Ukraina, Namun ada Tapinya

Depleted uranium juga merupakan zat radioaktif yang memiliki waktu paruh yang sangat panjang, yang berarti bahwa zat ini akan tetap berbahaya selama ribuan tahun. Depleted uranium dapat mencemari tanah dan air, serta mengancam keberlangsungan ekosistem di sekitarnya. (Bayu Pamungkas)

6 Comments