Ilmuwan Cina Uji Coba Efisiensi Afterburner untuk Jet Tempur, Diklaim Hemat Hingga 99 Persen
|
Afterburner tak bisa dilepaskan dari operasional jet tempur, pasalnya kinerja afterburner pada mesin pesawat tempur berperan besar dalam keberhasilan suatu misi operasi udara. Namun, penggunaan afterburner harus dengan perhitungan yang cermat, karena afterburner mampu menguras konsumsi bahan bakar secara signifikan.
Sebagai ilustrasi, jet tempur bermesin tunggal F-16 Fighting Falcon bisa kehabisan bahan bakar hanya dalam waktu sekitar 5-10 menit jika menggunakan afterburner secara penuh. Itu bisa terjadi karena konsumsi bahan bakar dapat meningkat hingga 150 hingga 250 persen lebih banyak dibandingkan kondisi tanpa afterburner. Bahkan dalam kondisi afterburner penuh (max afterburner), konsumsi bisa melonjak hingga 400-500 persen lebih tinggi dibandingkan mode jelajah.
Pilot biasanya hanya menggunakan afterburner dalam waktu singkat, seperti saat lepas landas, pengejaran cepat, atau mendaki ke ketinggian tinggi dalam dogfight. Menggunakan afterburner secara terus-menerus singakt kata akan sangat membatasi jangkauan operasi karena konsumsi bahan bakar yang ekstrem.
Sebagai catatan, afterburner adalah perangkat tambahan pada mesin jet, terutama mesin turbofan atau turbojet, yang digunakan untuk meningkatkan daya dorong dengan cara menyuntikkan bahan bakar tambahan ke aliran udara panas yang keluar dari turbin mesin.
Berangkat dari kasus di seputaran penggunaan afterburner yang rakus bahan bakar, ilmuwan dari Cina tengah melakukan uji coba yang berpotensi dapat mengubah persepsi tentang kinerja afterburner.
Seperti dikutip South China Morning Post – teknologi yang dikembangkan oleh ilmuwan dari Aero Engine Academy of China di Beijing.dapat memberikan mesin jet tempur tingkat daya dorong yang belum pernah ada sebelumnya saat afterburner diaktifkan.
Menurut uji coba di darat, teknologi baru ini meningkatkan efisiensi afterburning hingga 99 persen, menyamai efisiensi bahan bakar untuk kondisi kecepatan jelajah jarak jauh. Teknologi ini juga mengurangi getaran mesin hingga 80 persen di bawah beban operasional maksimum, sehingga meminimalkan risiko kerusakan pesawat.

Saat afterburner diaktifkan, bahan bakar dapat langsung disuntikkan ke dalam asap knalpot tanpa melewati ruang bakar, sehingga memberikan pesawat daya dorong tambahan yang substansial dan instan. Namun, hal ini juga mengurangi efisiensi pembakaran hingga sekitar 90 persen dan menghasilkan getaran yang dapat memengaruhi stabilitas mesin.
Angkatan Udara AS (USAF) menetapkan bahwa afterburner dari jet tempur stealth F-35 hanya dapat digunakan terus-menerus selama sekitar satu menit untuk menghindari potensi kerusakan. Bahkan F-22 Raptor yang lebih bertenaga dengan dua mesin, mengalami konsumsi bahan bakar tiga kali lipat saat afterburner diaktifkan, dengan asap knalpot berubah menjadi merah dan terkadang mengeluarkan asap hitam karena pembakaran yang tidak sempurna.
Untuk mengatasi tantangan ini, tim ilmuwan Cina yang dipimpin oleh insinyur Wang Shiqi menciptakan nosel bahan bakar yang inovatif. Bahan bakar berdenyut bergerak sepanjang jalur berbentuk Z di dalam nosel dan dikeluarkan pada sudut yang berbeda. Desain ini memastikan bahwa tetesan bahan bakar membentuk bentuk kipas, memungkinkan pencampuran yang lebih baik dengan udara. (Gilang Perdana)