Ilmuwan Cina Kembangkan AI Inframerah yang Bisa Mengalahkan Pilot (Manusia) dalam Pertempuran Udara
|Drone (UCAV) mengalahkan pesawat tempur berawak dalam pertempuran udara? Sepertinya masih dianggap skeptis, pasalnya masih banyak yang belum yakin bahwa drone yang didukung teknologi kecerdasan buatan (Artificial intelligence/AI) mampu mengalahkan kepiawaian pilot dalam bermanuver.
Mengutip The South China Morning Post (12/3/2025), dalam terobosan untuk membentuk masa depan pertempuran udara, ilmuwan dari Cina mengklaim telah meniadakan keunggulan taktis terakhir manusia atas kecerdasan buatan (AI) dalam pertempuran udara.
Dijelaskan secara rinci dalam sebuah studi yang diterbitkan akhir tahun lalu, metode tersebut menggabungkan pencitraan inframerah canggih dengan pemodelan prediktif yang digerakkan oleh AI untuk mengantisipasi gerakan lawan dengan mendeteksi gerakan sayap-ekor pada pesawat tempur lawan.
Ini adalah pengembangan yang dapat membuat jet tempur yang paling lincah sekalipun, seperti F-15 Eagle buatan AS – hampir tidak berdaya. Hal tersebut diutarakan tim ilmuwan dari Northwest Institute of Mechanical & Electrical Engineering, yang berpusat di kota barat laut Xianyang, yang merupakan bagian penelitian utama dari Norinco, pabrikan senjata ternama di Cina.
Sebelum ini, AI belum dapat mengalahkan kemampuan pilot pesawat tempur, terutama kesulitan AI dalam memperhitungkan manuver non linear yang secara tiba-tiba dapat dilakukan oleh pilot manusia. “Pilot manusia mengandalkan insting dan ketidakpastian, tetapi setiap manuver fisik memiliki prekursor mekanis,” tulis Lin dan timnya dalam makalah tersebut.
Ilmuwan Cina dipimpin oleh insinyur senior Lin Zhiwei, mengatasi keterbatasan AI dengan berfokus pada mekanika fisik pesawat musuh. Dengan menggunakan jaringan saraf YOLOv8 yang dimodifikasi, sistem tersebut menganalisis citra inframerah untuk mendeteksi deformasi tingkat milimeter di permukaan kendali lawan – seperti kemudi F-15 sepanjang 1,5 meter (lima kaki) atau elevator sepanjang dua meter (6,5 kaki) dalam manuver terbangnya.
Awal tahun 2020, peneliti Pentagon mengadu seorang pria melawan AI dalam simulasi game pertarungan udara untuk melihat apakah algoritma kecerdasan buatan dapat mengalahkan pilot F-16. Hasilnya algoritma AI, yang dikembangkan oleh Heron Systems dapat mengalahkan pilot F-16 lewat 2000 jam pengalaman terbang dalam simulasi pertarungan udara sebanyak lima kali.
Jaringan memori jangka pendek atau long short-term memory (LSTM) yang disempurnakan dengan mekanisme pembobotan perhatian menerima pengamatan waktu nyata ini, yang memungkinkan AI mengantisipasi gerakan sebelum gerakan tersebut benar-benar terwujud.
Metode prediksi baru ini dapat mengurangi kesalahan penargetan hingga di bawah dua meter. Ini merupakan peningkatan sepuluh kali lipat dibandingkan metode prediksi tradisional, sehingga sulit bagi pilot manusia untuk mengakali algoritma AI. (Gilang Perdana)
Mitsubishi Heavy Industries Tampilkan Dua Model Drone dengan Teknologi Kecerdasan Buatan