Ikuti Langkah Singapura, Polandia Kombinasikan AEW&C dengan Aerostat Low Level Airborne Ground Surveillance System
|
Dengan menjadi donatur untuk logistik dan persenjataan bagi Ukraina, maka secara langsung Polandia berpotensi untuk ikut terlibat peperangan dengan Rusia, terlebih kondisi geografi Polandia yang berbatasan langsung dengan Ukraina. Guna mencengah terkena serangan rudal atau rudal ‘nyasar’ S-300 seperti beberapa waktu lalu, pemerintah Polandia kini tengah mengajukan pembelian Aerostat Low Level Airborne Ground Surveillance System ke Negeri Paman Sam.
Dari akun Twitter, Menteri Pertahanan Polandia, Mariusz Błaszczak pada hari Jumat (26/5/2023), menyebut telah mengajukan permintaan resmi untuk pembelian Aerostat. “Hari ini kami telah mengirimkan Surat Permintaan untuk akuisisi Aerostat dalam program ‘Barbara’ untuk Angkatan Darat Polandia. Kami ingin memaksimalkan kemampuan di bidang radar pengawasan darat udara,” tulisnya di Twitter.
Sebelumnya, Juru bicara Badan Persenjataan Polandia, mengatakan kepada Badan Pers Polandia bahwa Aerostat akan menjadi salah satu elemen dari sistem pengawasan radar, yang juga akan mencakup pesawat airborne early warning and control (AEW&C) Saab 340. Polandia diwartakan berencana untuk mengakuisisi dua pesawat AEW&C dengan radar Erieye tersebut dari Swedia.
Dziś wysłaliśmy zapytanie ofertowe LOR dotyczące pozyskania rozpoznawczych aerostatów “Barbara” dla Wojska Polskiego. Chcemy maksymalnie zwiększyć nasze możliwości w zakresie radiolokacyjnego rozpoznania przestrzeni powietrznej i nawodnej. pic.twitter.com/iNCreZA6Ve
— Mariusz Błaszczak (@mblaszczak) May 26, 2023
Juru bicara Bada Persenjataan Polandia menjelaskan bahwa radar yang dipasang di pesawat AEW&C Saan 340 dan Aerostat memiliki keunggulan dibanding radar intai yang ditempatkan di darat (ground radar). AEW dan Aerostat dapat mendeteksi objek terbang rendah memasuki wilayah udara Polandia yang beroperasi di bawah cakrawala radar berbasis darat.
Menurut kajian dari US Air Force Life Cycle Management Center (AFLCMC), penggelaran radar intai di permukaan (ground radar) kurang efektif di beberapa negara, seperti Arab Saudi, pasalnya dari kontur geografis yang berupa kombinasi gurun dan perbukitan, menjadikan cakupan atau coverage dari ground radar tidak optimal, serta tidak ekonomis karena membutuhkan banyak kehadiran stasiun radar untuk menutup blank spot.
Aerostat pengintai adalah pesawat stasioner yang diisi dengan gas yang lebih ringan dari udara. Dikerahkan di berbagai lokasi dan dilengkapi dengan radar yang sesuai, Aerostat dapat memantau wilayah udara Polandia dan mengumpulkan data objek yang terbang rendah.
Aerostat dilengkapi dengan Sky Dew elevated radar system. Aerostat Air Defence Radars sebelumnya sudah lebih dulu digelar AS untuk melindungi wilayah Arab Saudi yang kerap panen serangan drone kamikaze dari Yaman.

Model kombinasi sistem pertahanan udara yang mengkombinasikan Aerostat dan pesawat AEW sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Singapura.
Baca juga: Militer Cina Gunakan Aerostat, Jadi Bukti Kehadiran HAPS di Laut Cina Selatan
Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) sejak lama telah mengoperasikan empat unit armada Gulfstream G550 CAEW (Conformal Airborne Early Warning and Control). Namun, punya pesawat intai canggih dan drone MALE dirasa masih kurang, AU Singapura merasa perlu untuk memantau dan mendeteksi potensi ancaman di udara dan permukaan dalam waktu 24 jam terus-menerus, yang kemudian adopsi Aerostat menjadi solusinya. (Gilang Perdana)
Beli beli beli terus padahal belum tentu digunakan eman2 duitnya, S300 nyasar ya resiko nge group dgn yg perang ganti saja amandemen UU nya ikut spt kita “turut serta aktif dalam menjaga perdamaian dunia” aman sudah ndak perlu latah bingung takut diserang. Untungnya Tuhan beri perlindungan alami lautan luas sebagai benteng pertahanan Nusantara musuh datang bisa langsung kepantau kalau ndak ketiduran.