Ikuti Langkah Perancis dan Inggris, Ini Alasan Cina Tinggalkan Desain Senapan Serbu Bullpup
|
Selain Perancis dan Inggris, negara besar yang juga memutuskan untuk mengganti penggunaan senapan serbu berdesain bullpup adalah Cina. Bila Inggris mengganti SA80 dengan KS-1 dan Perancis mengganti FAMAS dengan HK416, maka Cina juga memutuskan beralih ke penggunaan senapan serbu berdesain konvensional.
Baca juga: Tinggalkan Desain Bullpup, Inggris Berencana Ganti Senapan Serbu SA80 dengan KS-1
Bila selama ini prajurit Cina dikenal menggunakan senapan serbu bullpup Norinco QBZ-95-1, maka kini secara bertahap digantikan oleh QBZ-191 yang juga produksi Norinco (China North Industries Corporation). Militer Cina mulai meninggalkan desain senapan serbu bullpup dan beralih ke desain senapan serbu konvensional karena beberapa alasan, yang utamanya terkait dengan ergonomi, operabilitas, dan pengalaman lapangan.
Dalam aspek egonomi dan kenyamanan, desain bullpup menempatkan magasin di belakang pegangan dan pemicu, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi beberapa pengguna, terutama dalam situasi tembak-menembak yang berkepanjangan. Pemindahan magasin pada bullpup yang terletak di belakang bisa lebih sulit dan memakan waktu dibandingkan dengan desain konvensional di mana magasin berada di depan pegangan.
🇨🇳PLA bullpup QBZ-95/Type 95 (above with ‘5.8×42mm DBP87’ cartridge) & QBZ-191/Type 20 (below with ‘5.8×42mm DBP-191’ cartridge) assault automatic rifle comparison (via wb/史凝眸) pic.twitter.com/xB77tXyJub
— Jesus Roman (@jesusfroman) August 3, 2023
Sementara dari aksesibilitas, senapan serbu konvensional lebih mudah diakses dan digunakan oleh personel militer dengan berbagai tingkat pelatihan dan keahlian. Penggunaan desain senapan serbu konvensional memastikan bahwa semua personel, baik yang kidal maupun yang tidak, dapat mengoperasikan senjata dengan lebih mudah tanpa modifikasi tambahan.
Desain konvensional lebih cocok untuk pemasangan rel Picatinny dan berbagai aksesoris seperti scope, lampu, dan pegangan tambahan, yang meningkatkan fleksibilitas dalam berbagai situasi tempur.
Lain dari itu, umpan balik dari pasukan di lapangan menunjukkan preferensi untuk desain konvensional, karena kemudahan penggunaan dan keandalan, seperti desain konvensional menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam berbagai kondisi medan tempur, termasuk dalam kondisi pertempuran jarak dekat dan pertempuran di area perkotaan.
Baik QBZ-95 maupun QBZ-191 mengadopsi kaliber yang sama, 5,8×42mm. QBZ-95 menggunakan peluru 5,8×42mm, yang dikembangkan khusus oleh China untuk menggantikan peluru 7,62×39mm. Sementara QBZ-191 juga menggunakan peluru 5,8×42mm, tetapi biasanya dengan varian yang lebih baru seperti DBP10, yang memiliki peningkatan performa dibandingkan dengan peluru DBP87 yang digunakan dalam QBZ-95.
Cina Latih Polisi Solomon Islands dengan Senapan Serbu Bullpup Norinco QBZ-95-1
Pengembangan QBZ-95 dan QBZ-191 memiliki rentang waktu yang cukup signifikan. QBZ-95 dikembangkan pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an, dan mulai diperkenalkan pada tahun 1995. QBZ-95 mulai digunakan oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) pada akhir 1990-an. Dan QBZ-191 dikembangkan sekitar pertengahan hingga akhir 2010-an, diperkenalkan pada tahun 2019, dan mulai terlihat dalam layanan aktif dan latihan militer pada awal 2020-an.
Mengingat pengembangan QBZ-95 dimulai pada akhir 1980-an dan QBZ-191 pada pertengahan hingga akhir 2010-an, rentang waktu pengembangan dari konsep awal hingga pengenalan operasional juga berkisar sekitar 30 tahun.
Perbedaan waktu pengembangan antara QBZ-95 dan QBZ-191 mencerminkan perkembangan teknologi senjata dan perubahan kebutuhan militer selama periode lebih dari dua dekade. Perubahan ini menunjukkan evolusi dalam desain senapan serbu untuk memenuhi tuntutan modern dalam hal ergonomi, modularitas, dan performa tempur. (Gilang Perdana)
Ganti Senapan Serbu FAMAS dengan HK416, Inilah Alasan yang Diambil oleh Militer Perancis
Tambahan dari saya, konsekuensi desain bullpup itu yg paling fatal adalah ketinggian visier, terlalu menjulang tinggi. Jarak antara visier dengan laras terlalu besar. Kalau tanpa alat bidik okelah, no problemlah. Namun bagaimana jika bullpup dipasangi pembidik optik misalnya teleskop atau red dot? Disetting untuk nembak kepala dari jarak 200 meter, eeee ketemu musuh jarak 50 meter. Penyimpangannya terlalu besar. Maka kita harus pintar2 menaksir jarak, kita bidik arahkan ke area atas pala target agar kena palanya. Begitu juga jika musuh ternyata berjarak 300 m, kita tinggikan arah bidikan, ke udara di atas palanya. Mumet.
Sulitnya menyetel akurasi scope. Mengapa? Karena jarak antara laras senapan dan scope menjadi semakin jauh, oleh karena itu akurasi pun akan terganggu dalam jarak yang berbeda. Jadi, perbedaan jarak tembak dan naik turunnya peluru menjadi sangat signifikan.
Sulit digunakan untuk baku tembak jarak dekat karena seperti poin pertama tadi, jarak antara laras senapan dan scope akan sangat mempengaruhi akurasi pada jarak yang berbeda. Apalagi pada jarak dekat, jadi jika anda sudah menyetel pada jarak 200-300 m seperti biasa, maka anda akan kebingungan saat harus menembak neo nazi di jarak 50– 100m. Misalnya saat sedang berburu neo nazi yg ngumpet dekat Anda, Anda harus menyetel ulang scope/red dot sesuai kebutuhan jarak, karena jika buruan terlalu dekat maka peluru akan jatuh di bawah titik akurasi. Bisa dipahami nggak kira2 kuliah singkat dari saya ini yaaa? Nggak beda2 jauhlah dengan bedil angin guys. HAHAHAAA….