Ikuti Langkah Jepang dan Perancis, Jerman Kini Mulai Beralih dari Teknologi AIP ke Baterai Lithium-Ion untuk Kapal Selam
Dinamika teknologi kapal selam berkembang pesat, bila beberapa tahun lalu, hampir semua negara menganggap AIP (Air Independent Propulsion) sebagai kiblat kemajuan teknologi sumber energi kapal selam konvensional, maka belakangan ada perubahan persepsi, bahwa teknologi baterai Lithium-Ion (Li-ion) dipandang lebih baik ketimbang AIP dalam beberapa aspek.
Setelah Naval Group dari Perancis yang lebih duiu mengembangkan baterai Li-ion pada Scorpene Evolved dan Barracuda class, maka ada kabar kejutan dari Jerman, bahwa pabrikan kondang kapal selam dari kota Kiel, Thyssenkrupp Marine Systems (TKMS) kini mulai beralih untuk mengadopsi baterai Li-ion pada produksi kapal selam konvensionalnya, maklum selama ini TKMS mengandalkan AIP pada produksi seri kapal selam Type 214,, Type 218, Type 212, Type 212 dan modifikasi pada Type 209.
Populasi kapal selam produksi TKMS berikut varian lisensi yang diproduksi Turki dan Korea Selatan, saat ini telah menguasai lebih dari separuh armada kapal selam konvensional di seluruh dunia. Melekat sebagai sistem integral pada Type 214, Jerman menggunakan sistem AIP berbasis sel bahan bakar (fuel cell) sebagai fitur standar, yang belakangan dapat diadaptasi serta modifikasi ke seri kapal selam produksi TKMS lainnya.
Seperti dikutip Swzmaritime.nl (15/10/2024), disebut bahwa sejatinya TKMS telah meneliti pengembangan sistem baterai Li-ion miliknya sendiri sejak tahun 2015. Baterai pertama perusahaan tersebut kini akan dipasang di kapal selam Type 212A milik Angkatan Laut Jerman.
Baterai lithium-ion dianggap sebagai mode penyimpanan energi yang paling modern. Dibandingkan dengan teknologi baterai konvensional, asam timbal (lead acid), baterai ini menawarkan keuntungan yang signifikan – di bidang baterai kapal selam, misalnya, peningkatan kinerja dan perbaikan operasional kapal yang signifikan.
COO TKMS Dirk Steinbrink mengatakan, “Thyssenkrupp Marine Systems kini memasuki pasar dengan teknologi utama – yaitu cara paling efisien untuk menyimpan energi. Dengan demikian, kami mengambil peran perintis di antara galangan kapal di Eropa dan, pada saat yang sama, melengkapi kapal selam kami dengan berbagai keunggulan operasional.’
Proyek pengembangan baterai lithium-ion TKMS tuntas pada September 2023 memastikan bahwa teknologi tersebut dapat dipasang di atas kapal selam dengan cara yang berisiko rendah untuk meningkatkan kinerja. Pada 26 Juli 2024, fase penjualan dengan Federal Office of Equipment, Information Technology and In-Service Support of the Bundeswehr (BAAINBw) dan Angkatan Laut Jerman telah selesai, pada hari itu, kontrak untuk pengiriman baterai lithium-ion parsial mulai berlaku.
Baterai parsial tersebut kini akan dipasang di kapal selam Type 212A milik Angkatan Laut Jerman untuk menunjukkan keunggulan teknologi dan kinerjanya. Integrasi pertama baterai, dan juga demonstrasi teknologinya, dijadwalkan pada awal tahun 2028.
Meski TKMS mengklaim sukses dalam pengembangan baterai Li-ion, tapi pabrikan Jerman itu sudah kehilangan momentun, pasalnya Jerman telah tertinggal. Faktanya, pabrikan tersebut tidak memiliki kendali penuh atas baterai baru ini, sementara Mitsubishi Marines dengan Taigei class buatan Jepang, dan Naval Group, dengan Scorpene Evolved dan Blacksword Barracuda, sudah memasarkan teknologi baterai Li-ion lebih dulu.
Bukan cuma Jepang, Perancis Juga Punya LIBRT, Baterai Li-ion untuk Kapal Selam Scorpene Class
Kapal selam Soryu class Jepang yang sebelumnya menggunakan teknologi AIP, kini telah beralih ke baterai Li-ion dalam beberapa unit terbaru. Keberhasilan Jepang dalam mengintegrasikan teknologi ini menunjukkan bahwa transisi dari AIP ke baterai Li-ion sudah dimulai dan berfungsi dengan baik dalam operasi nyata.
Itulah sebabnya TKMS baru saja meminta Bundesmarine (Angkatan Laut Jerman(, untuk melengkapi salah satu dari enam kapal selam Type 212A yang beroperasi dengan baterai jenis ini, untuk menyelesaikan pengembangannya, memastikan berfungsinya sistem dengan baik, dan dengan demikian dapat mengintegrasikannya dengan kapal selam lain yang diproduksi oleh pabrikan, termasuk Type 212 CD yang ditujukan untuk Bundesmarine dan Angkatan Laut Norwegia.
Dari AIP ke Baterai Lithium-Ion
Beberapa galangan kapal dan produsen kapal selam mulai berpikir untuk beralih dari teknologi Air Independent Propulsion (AIP) ke baterai Lithium-Ion (Li-ion). Ada beberapa alasan mengapa peralihan ini menarik perhatian industri maritim, terutama dalam konteks kapal selam konvensional (non-nuklir). Berikut adalah faktor-faktor yang mendorong pergeseran ini:
1. Peningkatan Teknologi Baterai Lithium-Ion
Baterai Lithium-Ion memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan baterai timbal-asam konvensional, yang memungkinkan kapal selam untuk menyimpan lebih banyak energi dalam ruang yang sama. Hal ini memungkinkan kapal selam beroperasi lebih lama di bawah air tanpa harus naik ke permukaan, mendekati kemampuan endurance yang ditawarkan oleh AIP.
Li-ion dapat memberikan daya yang lebih tinggi, memungkinkan kapal selam untuk beroperasi pada kecepatan yang lebih tinggi, yang merupakan kelemahan AIP. Kapal selam yang menggunakan baterai Li-ion bisa tetap cepat, fleksibel, dan tetap sulit dideteksi, yang memberikan keuntungan signifikan dalam operasi militer modern.
2. Waktu Isi Ulang Lebih Cepat
Baterai Li-ion bisa diisi ulang jauh lebih cepat dibandingkan dengan baterai konvensional, mengurangi waktu kapal selam berada di permukaan. Meskipun kapal selam dengan AIP tidak perlu muncul ke permukaan untuk waktu yang lama, mereka masih bergantung pada bahan bakar AIP yang terbatas dan memerlukan infrastruktur yang kompleks untuk pengisian ulang.
Dengan Li-ion, pengisian baterai bisa dilakukan lebih cepat, memungkinkan kapal selam untuk segera kembali beroperasi di bawah air tanpa jeda yang terlalu lama.
JS Oryu SS511 – Kapal Selam Diesel Listrik Bertenaga Baterai Lithium Ion Pertama di Dunia
3. Fleksibilitas Operasional yang Lebih Tinggi
Baterai Li-ion memungkinkan kapal selam untuk bermanuver lebih cepat dan berakselerasi dengan lebih baik dibandingkan dengan kapal selam AIP, yang dibatasi oleh output daya yang lebih rendah. Dalam situasi tempur atau misi yang dinamis, kapal selam bertenaga Li-ion dapat bergerak lebih gesit dan responsif.
Dengan daya baterai yang lebih besar dan pengisian yang lebih cepat, kapal selam bertenaga Li-ion bisa digunakan untuk berbagai jenis misi, termasuk patroli jangka pendek, intersepsi cepat, atau operasi di perairan yang lebih dalam dan jauh dari pangkalan.
4. Sederhana dalam Pemeliharaan
AIP, meskipun unggul dalam stealth dan endurance, memerlukan sistem yang kompleks seperti oksigen cair, hidrogen, atau bahan bakar kimia yang perlu penanganan khusus. Ini meningkatkan biaya pemeliharaan dan memperpanjang waktu perawatan. Baterai Li-ion, di sisi lain, lebih mudah dalam hal pemeliharaan dan tidak memerlukan bahan bakar khusus yang memerlukan infrastruktur tambahan.
Selain itu, baterai Li-ion tidak mengalami efek memori, yang berarti siklus pengisian bisa dilakukan lebih fleksibel tanpa mengurangi kapasitas baterai secara signifikan.
5. Keamanan dan Risiko
Meskipun baterai Li-ion menawarkan banyak keunggulan, ada kekhawatiran terkait keselamatan, terutama risiko overheating atau kebakaran akibat kerusakan baterai dalam lingkungan kapal selam yang tertutup. Namun, teknologi baterai terus berkembang, dan sistem pengamanan canggih sedang dirancang untuk mengurangi risiko ini.
Negara seperti Jepang telah berhasil mengatasi tantangan ini dengan sistem pendingin dan proteksi yang canggih dalam kapal selam mereka yang menggunakan baterai Li-ion.
Power ARK 100 – Trimaran “Power Bank Raksasa” untuk Charge Baterai Kapal Selam Diesel Listrik
6. Tantangan Biaya dan Pengembangan
Meskipun penggunaan baterai Li-ion pada akhirnya bisa lebih efisien, biaya pengembangan dan implementasi awalnya cukup tinggi. Teknologi ini masih relatif baru dalam konteks kapal selam, sehingga membutuhkan investasi besar untuk pengujian, pengembangan, dan pemasangan pada armada kapal selam. Seiring waktu, efisiensi dalam pengoperasian dan pemeliharaan kemungkinan akan mengurangi biaya keseluruhan, terutama karena baterai Li-ion lebih mudah dirawat daripada sistem AIP yang lebih kompleks. (Bayu Pamungkas)
Jepang Luncurkan Taigei Class, Kapal Selam Diesel Listrik Bertenaga Baterai Lithium Ion (Lagi)
Akhirnya pergantian Presiden pun Tiba. Saatnya boost pembelian alutsista yg sempat tertunda seperti FREMM,Scorphene, Mogami, Soryu dan F-35.
min, coba bahas mv3 garuda limousine yang dipakai prabowo gibran seusai pelantikan 🙏
Die deutsche uboot type 206…
https://youtu.be/GMDQ-DwfJMw?si=MYakIvPLatkA3jLJ