Ikuti Langkah Cina, Turki Kembangkan Drone Anka Sebagai “BTS 4.5G”

Mengikuti apa yang dilakukan oleh Cina, Turki dikabarkan juga tengah mengembangkan drone yang dilengkapi dengan perangkat pemancar BTS (Base Transceiver Station). Drone yang digunakan adalah Anka-S yang dilengkapi payload berupa konsol kapsul BTS 4.5G. Dengan bekal konsol BTS, drone Anka dapat mengintegrasikan ULAK’s 4.5G base station.

Baca juga: Pertama Kali, Cina Sukses Uji Coba Aerial Base Station Multi Layanan dan Operator Seluler

Kabar uji coba drone Anka-S yang dilengkapi konsol BTS pertama kali diwartakan lewat akun Twitter Ismail Demir, Kepala Direktorat Industri Pertahanan Turki. Disebutkan bahwa uji coba dilakukan untuk memeriksa kemampuan drone produksi Turkish Aerospace Industries (TAI) dalam mengirimkan video, audio, dan data melalui satelit dari operator Türksat.

Drone yang dilengkapi dengan kapsul BTS ini diklaim berhasil membangun komunikasi di ketinggian rendah dan menengah. Sistem BTS yang ditempatkan pada drone tidak hanya dapat digunakan oleh militer. Lebih dari itu, integrasi BTS pada drone akan memungkinkan terbukanya akses komunikasi di daerah yang terdampak bencana.

Ismail Demir mengatakan, bahwa proyek ini akan terus berlanjut. “Tahap selanjutnya adalah menguji drone BTS di ketinggian yang lebih tinggi,” ujar Demir.

Anka-S mengusung mesin turbopropeller PD170 dengan tenaga 150 HP. Uniknya mesin ini sanggup minum dari bahan bakar diesel dan avtur JP-8. Bilah baling-baling terdiri dari tiga dan disematkan di bagian belakang. Sebagai drone MALE, Anka-S dapat terbang selama 24 jam non stop di ketinggian 9.200 meter di atas permukaan laut.

Teknologi kendali dan avionik Anka sudah disokong synthetic aperture radar (SAR), inverse SAR (ISAR) dan ground moving target indicator (GMTI) radar untuk mendeteksi, identifikasi, dan penjejakan pada sasaran bergerak di permukaan. Pada bagian hidung Anka-S terlihat lebih besar, lantaran ini merupakan radome yang di dalamnya terdapat airborne satellite communications (SATCOM) antenna dari jenis ViaSat VR-18C high-power.

Konsep Aerial base station (ABS) atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV)-Mounted Base Station (BS) sejatinya telah lama dikembangkan di negara-negara maju. Mengandalkan wahana tanpa awak, baik berupa drone maupun balon udara, ABS digadang sebagai penjembatan akses komunikasi di wilayah rural dan solusi tanggap komunikasi darurat saat terjadi bencana alam. Namun, konsep ABS yang selama ini dikembangkan masih terbatas.

Disebut terbatas, lantaran masih didominasi pada lingkup uji coba yang belum melibatkan peran penuh dari operator seluler. Belum lagi, batasan akses ABS selama ini masih mentok di lingkup teknologi 2G dan 3G.

Dalam hal ini Cina menjadi pelopor, pada 20 Juni 2022, Sichuan Xichuan Shield Department, mengumumkan bahwa pihaknya berhasil menerbangkan drone MALE (Medium Altitude Long Endurance) Shuangxiao UAV dalam misi yang diklaim baru pertama kali di dunia.

Baca juga: Super Drone TNI AD – Andalkan Tangki Bahan Bakar Cadangan dan Kendali via BTS

Drone Shuangxiao yang dilengkapi dua mesin turboprop membawa Jiuquan Fan Piercing Terminal, yakni perangkat high altitude base station, yang akan mendapatkan verifikasi lewat uji coba. Sichuan Xichuan Shield Department menyebut inilah uji coba aerial base station pertama di dunia yang mampu meng-handle transmisi dari beberapa operator seluler.

Bukan itu saja, ini juga pertama air base station mampu menangani beberapa layanan seluler berbasis 2G, 3G dan 4G. Yang termasuk layanan seluler mencakup voice, SMS dan mobile data

One Comment