Ikuti Jejak PBY Catalina, Angkatan Laut Perancis Pernah Gunakan Nord Noroît, Pesawat Amfibi Produksi Dalam Negeri
Meski namanya tak sekondang PBY-5A Catalina buatan Consolidated Aircraft, Amerika Serikat, namun Perancis pasca Perang Dunia II pernah memproduksi pesawat angkut amfibi yang punya profil mirip PBY Catalina. Yang dimaksud adalah Nord Noroît, produksi Nord Aviation. Dan tepat hari ini, 76 tahun silam, Nord Noroît melakukan penerbangan perdananya.
Baca juga: PBY-5A Catalina – Legenda Pesawat Intai Amfibi
Penerbangan pertama Nord Noroît dilakukan di Issy-les-Moulineaux, Perancis. Lokasi ini merupakan tempat yang penting dalam sejarah penerbangan Perancis karena memiliki fasilitas penerbangan yang sering digunakan untuk uji coba pesawat. Penerbangan perdana ini berlangsung selama sekitar 30 menit. Waktu ini cukup standar untuk penerbangan uji pertama, di mana fokus utamanya adalah memeriksa stabilitas dasar, sistem kontrol, dan performa mesin.
Latar belakang pengembangan Nord Noroît terkait erat dengan kebutuhan militer dan strategi maritim Perancis pasca-Perang Dunia II, yang mana Perancis berusaha membangun kembali kekuatan militernya, termasuk armada udara maritim yang modern. Saat itu, pesawat amfibi dianggap penting untuk misi pengintaian maritim, patroli anti-kapal selam, dan pencarian serta penyelamatan (SAR), terutama untuk menjaga wilayah koloni dan perairan yang luas.
Keberhasilan pesawat amfibi seperti Consolidated PBY Catalina yang digunakan selama Perang Dunia II menjadi inspirasi bagi banyak negara, termasuk Prancis. Namun, Perancis ingin mengembangkan pesawat dengan desain lokal yang sesuai dengan kebutuhan khusus Aéronavale (Pusat Penerbangan Angkatan Laut Perancis).
Pengembangan Nord Noroît dimulai pada 1946 dengan desain sayap tinggi (high-wing) yang ideal untuk stabilitas di atas air. Pesawat ini dirancang untuk menggunakan mesin radial Wright R-2600 Cyclone, yang sudah terbukti andal dan tersedia dalam jumlah besar setelah perang.
Beberapa revisi dilakukan setelah penerbangan perdana, terutama untuk meningkatkan kinerja mesin dan aerodinamika saat lepas landas dari air. Salah satu tantangan teknis adalah memastikan struktur tahan terhadap tekanan dan korosi akibat operasi di air asin.
Hanya 21 unit yang diproduksi karena pergeseran strategi militer Perancis, di mana helikopter mulai menggantikan pesawat amfibi untuk banyak peran maritim. Nord Noroît tetap digunakan hingga awal 1960-an sebelum dipensiunkan.
Nord Noroît diawaki oleh 6 orang, termasuk pilot, kopilot, operator navigasi, dan teknisi. Pesawat amfibi ini dapat mengangkut hingga 20 orang (dalam konfigurasi evakuasi darurat) atau beban kargo ringan.
Nord Noroît dapat dipersenjatai, meskipun kapasitas persenjataannya terbatas karena pesawat ini dirancang lebih untuk peran pengintaian maritim, SAR, dan transportasi dibandingkan untuk pertempuran langsung. Pesawat ini dapat dilengkapi dengan senapan mesin kaliber 12,7 mm di posisi tertentu untuk pertahanan diri, terutama pada misi patroli maritim atau operasi di wilayah berisiko.
Pesawat ini juga memiliki ruang untuk membawa bom kecil, peledak laut, atau torpedo ringan di bagian bawah lambungnya. Persenjataan ini dirancang untuk operasi anti-kapal selam (ASW – Anti-Submarine Warfare) atau anti-kapal permukaan. Kapasitas muatan persenjataan diperkirakan mencapai 1.000 kg.
Dalam praktiknya, persenjataan pada Nord Noroît tidak terlalu banyak digunakan. Fokus utama pesawat ini adalah patroli, SAR, dan pengangkutan, sehingga hanya beberapa varian yang pernah diuji dengan persenjataan lengkap.
Dari spesifikasi, Nord Noroît punya berat kosong: 13.800 kg dan maksimum berat lepas landas 21.500 kg. Pesawat ini
punya kecepatan maksimum: 325 km/jam, kecepatan jelajah: 240 km/jam dan jarak jangkauan maksimum 2.800 km. Sementara ketinggian operasional maksimum: 6.500 meter.
Nord Noroît memang tidak mencapai popularitas seperti PBY Catalina, yang diproduksi dalam jumlah besar dan digunakan oleh banyak negara. Namun, pesawat ini tetap menjadi bagian penting dari sejarah penerbangan Perancis, menunjukkan inovasi dan kemampuan industri mereka pada masa itu. (Sam Yusuf)