Ikuti ‘Jejak’ F-22 Raptor, Jet Tempur Rafale India Sukses Tembak Balon Udara Mata-mata di High Altitude
|Seolah mengikuti jejak penempur stealth F-22 Raptor, rupanya jet tempur Dassault Rafale juga telah membuktikan kemampuannya dalam menembak balon udara mata-mata di ketinggian tinggi (High Altitude Balloon). Angkatan Udara India (Indian Air Force) menggunakan Rafale untuk menembak jatuh target balon mata-mata Cina.
Mengutip Business Today (6/10/2024), operasi tembak jatuh balon tersebut telah berlangsung beberapa bulan lalu dengan menggunakan jet tempur Rafale di bawah wilayah tanggung jawab Komando Udara Timur.Angkatan Udara India (IAF) berhasil menunjukkan kemampuannya untuk menetralkan target balon mata-mata di ketinggian lebih dari 55.000 kaki (16.764 meter) di sepanjang garis depan timur India, kantor berita ANI melaporkan pada hari Minggu.
Sumber mengatakan kepada kantor berita tersebut bahwa balon yang fungsinya mirip dengan balon mata-mata Cina yang ditembak jatuh oleh Angkatan Udara AS pada awal tahun 2023 digunakan untuk latihan tersebut. Meskipun ukurannya lebih kecil, balon tersebut dilengkapi dengan muatan dan ditargetkan menggunakan rudal dari inventaris Angkatan Udara India.
Pada kasus penembakan balon udara mata-mata Cina di lepas pantai Carolina Selatan pada 1 Februari 2023, F-22 Raptor menggunakan rudal udara ke udara AIM-9X Sidewinder, sementara untuk kasus (latihan) Rafale dengan balon mata-mata ini, tidak dijelaskan jenis rudal udara ke udara yang digunakan.
Kemampuan tembak balon mata-mata di ketinggian tinggi diuji saat Kepala Staf Angkatan Udara saat ini, Marsekal Udara AP Singh, menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Udara, dan Marsekal Udara SP Dharkar, Wakil Kepala Staf saat ini, bertanggung jawab atas Komando Udara Timur. Saat itu, Marsekal Udara Surat Singh, yang kini menjabat sebagai Komandan Udara Timur, menjabat sebagai Direktur Jenderal Operasi Udara.
Penampakan balon mata-mata, serupa dengan yang melintasi kawasan Amerika Serikat, rupanya pernah terjadi di wilayah Kepulauan Andaman dan Nicobar, meskipun tidak ada tindakan segera yang diambil saat itu.
Sejak itu, Angkatan Udara India telah mengembangkan prosedur operasi standar untuk mengatasi ancaman udara semacam itu di masa mendatang, dengan tujuan untuk merespons balon pengintai dengan cepat dan efektif.
Bukan Perkara ‘Mudah’ Menembak Balon Udara di Ketinggian Tinggi
Ketimbang menggunakan rudal udara ke udara yang harganya mahal, logikanya menembak balon udara ke udara akan lebih efisien jika menggunakan kanon yang ada di jet tempur. Misi menembak jatuh balon sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh jet tempur CF-18 Hornet milik Angkatan Udara Kanada.
Hampir 26 tahun silam, sebuah balon cuaca besar (seukuran bangunan 25 lantai) telah membuat kelabakan sepasang jet tempur CF-18 Hornet yang mencoba menembak jatuh. Faktanya, sudah 1.000 peluru dari kanon Gatling M61A1 Vulcan 20 mm telah ditembakkan ke arahnya, namun, balon tidak kunjung jatuh.
Sebagai catatan, kanon Gatling M61A1 pada F/A-18 Hornet ditempatkan pada bagian hidung, dan dalam sekali terbang, jet tempur twin engine itu membawa satu drum magasin yang berisi 578 peluru kaliber 20 mm.
Associated Press melaporkan pada saat itu, sekitar Agustus 1998, balon penelitian ozon melewati Kanada, melewati Samudra Atlantik, dan melalui wilayah udara Inggris sebelum memasuki wilayah udara Islandia dan kemudian melayang ke utara.
Meski helium perlahan telah bocor, tapi balon besar itu tak kunjung meletus atau meledak, balon masih awet berada di udara. Seorang juru bicara militer Kanada mengatakan kepada BBC bahwa sulit untuk membidik balon, meskipun ukurannya kira-kira sebesar bangunan 25 lantai, dan kegagalan untuk menjatuhkannya bukanlah hal yang memalukan.
Dengan CF-18 Hornet yang terbang cepat, maka sangat sulit untuk menembak balon. CF-18 dilaporkan dilengkapi dengan rudal udara ke udara Sidewinder, tetapi pilot menahan diri untuk tidak menggunakannya. “Warga tidak akan menghargai jika rudal meledak di atas kepala mereka,” ujar juru bicara AU Kanada. Juga, mungkin menghabiskan beberapa ratus ribu dolar untuk sebuah rudal udara ke udara, hanya untuk menembak jatuh balon yang akan hanyut di air.
Buntut dari balon helium setinggi 91 meter itu mendorong pengawas lalu lintas udara untuk mengalihkan dan menunda penerbangan transatlantik. (Gilang Perdana)