IFF Bird Slicer: Absen di F-16 Fighting Falcon TNI AU
Radar AN/APG-66 pada jet tempur F-16 A/B Fighting Falcon TNI AU secara teori mampu mengendus sasaran dari jarak 150 km. Seperti pada insiden di atas Bawean tahun 2003, setelah dipandu dari radar GCI (Ground Controlled Intercept), dua unit F-16 dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi yang ditugaskan melakukan pengejaran pada black flight akhirnya dapat mengenali identitas sang penyusup, yakni F/A-18 Hornet dari USS Carl Vinson yang tengah berlayar di Laut Jawa. Namun pengenalan identitas F/A-18 Hornet dilalukan lewat pengamatan langsung sang pilot, alias memanfaatkan darto (radar moto – bahasa Jawa berarti mata).
Baca juga: F-16 C/D Block 52ID – Welcome The New Indonesian Fighting Falcon
Meski tidak terkait langsung dengan babak akhir dari suatu duel pertempuran di udara, kemampuan mengenali identitas lawan menjadi poin penting bagi pilot. Dengan mengetahui lebih dini siapa potensi lawan yang akan dihadapi, situational awareness pilot akan lebih maksimal, obyek tak dikenal pada layar radar atau HUD (Head Up Display) bisa memberi informasi lebih presisi terkait lawan. Dengan begitu, pilot bisa lebih mempersiapkan strategi dalam meladeni pertarungan bila kondisi memaksa, dan yang lebih penting pilot dapat melaportkan pada komando di atas tentang situasi lebih detail.
Dan perangkat identifikasi pada sasaran, apakah itu kawan atau lawan, akrab disebut sebagai IFF (Identification Friend or Foe). Dan sayangnya perangkat IFF ini belum hadir di elemen jet tempur TNI AU, termasuk pada F-16 A/B dan C/D Block 52ID. Padahal jika di compare dengan F-16 milik Thailand dan Singapura, F-16 milik kedua negara tetangga sudah dilengkapi antena IFF yang terintegrasi.
Keluarga F-16 melengkapi antena IFF dalam wujud empat sirip kecil yang disematkan di bagian depan kokpit. Karena desain yang unik, IFF yang masuk ke dalam Advanced IFF (AIFF) ini juga dikenal dengan sebutan “bird slicer.” Tidak ada keharusan F-16 keluaran baru yang bisa dipasangi AIFF, pasalnya F-16 versi ADF (Air Defence Fighter) dari Block 10/15 yang telah di upgade banyak yang sudah dipasangi bird slicer. F-16 ADF adalah versi yang digunakan oleh US Air National Guard. Biasaya instalasi bird slicer dilakukan bersamaan pada program MLU (Mid Life Update). Sementara untuk F-16 lansiran terbaru, seperti di Block 60 , AIFF sudah melekat sebagai standar fitur yang ditawarkan dan diintegrasikan pada radar.
Baca juga: Tawarkan F-16 Viper ke Indonesia, Lockheed Martin Hadirkan Simulator Kokpit


Bird slicer pada dasarnya serupa dengan transponder pesawat sipil untuk mengenali dan memberi tahu suatu posisi pesawat. Namun karena digunakan untuk kebutuhan militer, transponder IFF dilengkapi enkripsi pada sinyal, tujuannya agar proses identifikasi pada sasaran dapat berlangsung senyap, apakah sasaran di depan lawan atau kawan?
Jenis antena AIFF yang digunakan di F-16 umumnya merujuk ke AN/APX-109 produksi Northrop Grumman. Transponder AN/APX-109 mengintegrasikan fungsi interrogator, receiver-transmitter reply evaluator, synchronizer, transponder, COMSEC units, dan control functions ke dalam single package untuk menghemat bobot dan ruang. Tanpa adanya kemampuan IFF, dalam suatu pertempuran udara, baik dalam skenario dog fight (duel jarak dekat) dan beyond visual range (tempur jarak jauh), sangat rentan terjadi salah tembak pada pesawat tempur kawan atau bahkan pesawat penumpang sipil. Bila F-16 Thailand dan Singapura sudah dipasangi bird slicer, idealnya F-16 TNI AU juga harus dipasangi perangkat IFF ini. (Gilang Perdana)
lha iya kenapa selalu membeli alutsista dengan spesifikasi paling rendah .. biar dapat untung atau gimana jg ga tau
kapal perang kurang rudal dan CIWS , t 50i korea kurang radar ( pake darto radar moto ) , semuanya serba kurang .. ehh f16 di korupsi jenderal teddy .. payah
Udah bosen denger kabar kabur. Mau yg rencana beli su 35 bm , mana yg kapal selam kelas kilo gram, mana yg ini itu. Akhirnya Cuman pengin doang. Pdhl negara lain udah ketar ketir takut. Dan mereka udah beli yg canggih2 tu alutsista karena takut sama wacana Indonesia yg Cuman mau beli doang? Hahah. Negaraku dimana harga diri mu?
Sudah penyakit akut ,cara belanja ALUTSISTA TNI begini . Yang kita dapatkan selalu dengan spec minimalis ,kurang inilah-kurang itulah ….
Apalagi koment menhan sangat meremehkan perang .Dalam salah satu tanya jawab di media menhan kita ditanya tentang alutsista dengan enteng menjawab ” mau perang dengan siapa? Yang kita butuhkan adalah alat perang yang bisa juga di gunakan untuk kemanusiaan misal pesawat angkut ,kapal angkut kendaraan angkut militer ….dst”
Ya untuk misi kemanusiaan TNI kita terbaik di asean karena punya kendaraan angkut yang banyak tapi lemah dalam urusan perang . Seharusnya malah diutamakan alutsista untuk perang ,untuk misi selain perang di nomor duakan . Kalau tujuannya lebih banyak untuk kemanusiaan dengan lebih fokus ke ke kendaraan angkut ganti saja dengan departemen sosial dan bencana .
Bung Komerat,
Menhan kita sekarang ini mantan jendral lho. Jadi dia lebih banyak pengalaman tempur dan strategi daripada kita para military fan boys.
Soal Jendral bilang “Kita mau perang sama siapa ” itu bukan berarti dia meremehkan, namun sebaliknya dia berupaya mencegah perang.
Coba kalo Jendral bilang “Ayo kita perang” bisa geger kawasan dan yang susah juga kita para military fan boys dan terutama rakyat akan sengsara.
Salah satu strategi perang adalah dukungan logistik yang kuat. Kapal2 kita dan pesawat angkut kita sangat kurang mumpuni dalam menghadapi soal logistik ini. Maka alutsista yg berhubungan dengan logistik itulah yang diutamakan terlebih dahulu.
Senjata canggih tapi logistik memble sama saja kalah sebelum bertanding.
Selain itu Menhan kita juga bilang utamakan alutsista untuk SAR. Apa bung Komerat sudah lupa bahwa kita keteteran saat Tsunami Aceh dan juga saat pencarian pesawat Air Asia pakai alutsista apa saja ? Bukankah kapal2 kita kurang tahan hadapi amukan laut karimata dan helikopter kita juga kurang stabil terhembus angin kencang saat mencari korban Air Asia ? Negara2 yang membantu kita mencari korban Air Asia gunakan alutsista apa ? Kapal2 besar yg stabil hadapi gelombang tinggi seperti destroyer dan helikopter multirole yang tangguh terhadap angin kencang dengan peran ASW seperti Sea Hawk MH60R.
Mengapa peran ASW dibutuhkan sedang kita tidak mencari kapal selam melainkan bangkai pesawat ? ASW punya alat deteksi logam sedang bangkai pesawat dari logam.
Jadi tolonglah melihat apa yang tersirat di balik apa yang tersurat.
Haha.. pembenaran ya gan?
Ud biasa alutsista dibeli lebih inferior, bahkan dari negara2 tetangga. Contoh thailand, musuh siapa? Mau perang dengan siapa? Alutsista lebih premium.
Bukan pembenaran bung John, tetapi coba diingat2 lagi masa pembelian F16 itu di periode siapa saja, menhannya siapa saja.
Lha si A,B,C yang salah masa si D yang dijelek2in.
Saya nggak menyalahkan RR dalam pembelian alutsista jaman lalu .Saya cuma kecewa karena sama saja dengan pejabat dari kalangan militer sebelumnya .
Contoh Sukarno yang Non militer berani menyatakan perang pada penguasaan Inggris di semenanjung Malaya ,sementara banyak jendralnya yang mbalelo malah diam -diam memboikot kebijakan Sukarno .Habibie berani mengancam akan menembak pespur Austalia jika masuk wilayah RI .Mega dengan caranya juga berani mbalelo pada AS . Bandingkan dengan Suharto ,yang diam saja prajurit RI dihukum mati di Singapure ,pemerintah Malaysia tetap mengadakan pembangunan di Sipadan dan ligitan padahal dalam status QUO . SBY mendiamkan saja Singapure latihan militer di Natuna bahkan bawa konco-conconya sekalian . Media yang heboh sementara SBY diam saja,padahal jelas didalam wilayah RI . pencurian ikan di biarkan saja bahkan mentrinya yang ditegur karena menahan kapal ikan asing . Kapal perang /pesawat tempur Malaysia selalu masuk ambalat cuma di bayangi .Bandingan dengan Jokowi yang non militer lebih berani dan tegas daripada pejabat dari kalangan militer . Karena dia militer jadi sangat tahu resiko perang ,padahal senjata perang tidak harus ditembakkan tapi bisa digunakan sebagai bagian dari strategi untuk mencegah lawan menggunakan kekerasan . Contoh Korut dia gunakan NUKe hanya untuk menakut-nakuti saja .Saya sangat yakin jika perang betulan itu dia punya nuke tak akan dia gunakan .
Siapa bilang LPD tak bisa mengatasi cuaca buruk ,bahkan diklaim tahan dengan kondisi cuaca terburuk sekalipun . Bagaimana alutsista punya deterrent (alat pencegah ) perang jika kondisinya selalu downgrade .???
Benar Bung Komerat
pejabat dari SIPIL biasanya lebih garang daripada pejabat MILITER.
Ketidaktahuan mereka tentang militer, Justru menjadi PRESSURE yang kuat ke tubuh Militer.
Cara gampangnya Boss kita kalau sedang memerintah.
Wes pokok e besok harus jadi ………..
Wes pokok e jadinya harus begini ………
…………..
Wes pokok e kapal PKR kita harus komplit dan siap TEMPUR ………
Wes pokok e Heli kita di Produksi di PT.DI ……….
Sedang kalau dari MILITER sendiri, karena sudah tahu Alutsista, sering di “Utak Atik”
Ah …yang ini jangan dulu …gampaaaang
Ah…yang ini tidak penting …jangan dipasang
Jadilah Alutsista kita yang tidak komplit terpasang…karena di UTAK-ATIK
Setuju Bro ,justru karena dia sangat tahu dalam beberapa tahun kedepan tak akan ada perang ,maka dia berani ”menyunat ” spec alutsista atau membiarkan saja karena menurutnya tak penting-penting amat .Dia sangat paham toh menurut info intelejennya di perkirakan tak akan ada perang dalam tempo dekat . Jadi punya spec alutsista ala kadarnya nggak masalah .
Padahal alutsista yang komplit dan canggih bisa mencegah perang ,minimal musuh berfikir ribuan kali jika mau kampanye militer.Kita sudah rasakan sendiri saat lemah saudara kandung malah jadi musuh karena tahu kekuatan kita ,contoh saat Ambalat didatangi kapal perang jiran .
Sampai saat ini menurut saya menhan terbaik yang pernah kita punya adalah pak PUR .Padahal bukan dari kalangan militer malah seorang insinyur lulusan ITB . tapi punya visi jelas dan pemahaman yang baik dalam merencanakan alutsista . Pemerintahan sekarang masih menikmati hasilnya . Walau sudah 2 tahun lebih belum ada kebijakan yang fenomenal dari MENHAN jaman JOKOWI . Yang kita butuhkan hanya penajaman dari visi pak Pur dan itu belum terlihat.
Pejabat militer dijaman KEMERDEKAAN jelas jauh berbeda di JAMAN SEKARANG INI
Dijaman kemerdekaan dulu, akan mengorbankan seluruh JIWA dan HARTA disumbangkan ke Tanah Air
Kalau sekarang, Jauh, sejauh bumi dan langit
sekarang lebih memikirkan DIRI, GOLONGAN danKELUARGA ,serta POLITIK nya
Contohnya :
Kok bisa, ada kontrak Helikopter AW101, Pejabat tingginya kok tidak tahu.
SANDIWARA MACAM APA INI YA …………????
Bukan Pak Purnomo. Tapi Pak Juwono Sudarsono, Menhan sebelumnya Purnomo, yg menyiapkan visi panjang pertahanan. Konsep & perencanaan MEF TNI itu lahirnya di era Juwono yg intinya postur pertahanan harus dibangun dengan visi jangka panjang berdasar ancaman & batas minimal kekuatan kekuatan yg harus dicapai. Bukan sekadar pengadaan sesaat (jangka pendek) sebagaimana yg biasa terjadi sebelumnya. MEF yg jangka panjang ini lalu diterjemahkan dalam 3 tahap MEF yg lalu dieksekusi menhan setelahnya ketika memasuki periode kedua pemerintahan SBY & bertepatan dgn ekonomi Indonesia yg semakin baik.
Pak Purnomo sendiri dipilih menggantikan Juwono Sudarsono salah satu alasan utamanya untuk menyelesaikan persoalan pasokan energi di TNI mengingat ada banyak sekali tunggakan BBM TNI ke Pertamina. Pak Purnomo sebelumnya menjabat ESDM & disiplin ilmunya memang di bidang energi (baik ketika di ITB maupun sekolah di AS).
Sebelum Pak Juwono tidak ada yg namanya perencanaan kekuatan TNI yg mikirnya 20-30 tahun ke depan. Sebelum2nya lebih kayak tambal sulam atau karena kebutuhan mendesak. Menhan yg sekarang meskipun Jendral jagoan lapangan (yg mimpin DOM Aceh era Presiden Megawati) tapi bukan administrator & eksekutor yg baik. Dalam hal ini Pak Purnomo masih lebih baik ato sekalian aja mantan KSAD yg sukses datengin 100 Leo 2 plus bonus2 dgn biaya total nggak jauh dgn 1 batalyon Pendekar 😀
Betul bung Errik ,peletak dasar perencanaan jangka panjang oleh mentri sebelum Pak Purnomo Yusgiantoro yaitu Bp Juwono Sudarsono . Dengan berdasarkan itu di pertajam dan di percepat oleh Pak PUR dengan terobosan bikin program tot kapal selam ,ifx,rudal dan lainnya .Satu yang belum berhasil adalah TOT bikin rudal dengan China .sampai sekarang masih nggak jelas . Seharusnya program Tot bikin rudal ini yang dikejar oleh MENHAN sekarang .Bikin terobosan baru kerjasama dengan Iran,turky ,rusia,ukraine,atau brazil yang juga lagi berusaha untuk dapatkan tehnologi rudal kan bisa joint dalam pengembangan bersama .
Soal pertahanan nampaknya digarap di periode kedua Pemerintahan Jokowi. Saat itu PR2 infrastruktur udah banyak yg selesai & pemerintah bisa fokus benahi pertahanan & isu2 hukum (kasus2 HAM, dsb). Saat ini fokus Jokowi membangun fondasi kekuatan pemerintahan & kestabilan ekonomi. Kemungkinan besar ini sebab mengapa RR masih dipertahankan meski berkali-kali bikin blunder (misal soal Bela Negara yg masih tanda tanya, soal pernyataan di simposium ’65 tandingan Lemhanas yg seperti melawan Presiden, soal pernyataan SU-35 yg nggak tepat & bikin spekulasi, dsb).
Di periode kedua nanti baru pemerintah jor-joran soal pertahanan. Termasuk melengkapi fitur2 kayak di F-16. Tapi dengan penekanan kuat soal ToT & pengembahan industri lokal plus: pengawasan & transparansi. Bukan nggak mungkin nanti menhannya si A……….. XD..
@errick
Aduuuuh “A” siapa ya?
Agus…anies…ani…ato jangan2 yang dimaksud adalah…ahok????
Kita tdk pasang IFF, ngirit. Cukup berdoa semoga pesawat yg didepan sana bukan musuh
sementara kita berdoa dan memperhatikan sosok pesawat dengan mata sendiri ,rudal lawan sudah sampai ,yang lebih bahaya duel dengan kawan sendiri . Kalau di hubungi dengan radio misal pesawat arah pukul 6 kamu kawan apa lawan ? sebenarnya dia lawan tapi di jawab kita sohib loh sambil me release missile. habis lah duluan .
@komerat
Kalo jamnya pake yang digital gimana kita tau posisi lawan bang…?
Ha..haa istilah jam itu hanya di gunakan untuk menentukan posisi .Misal saya bilang posisi jam 6 ada musuh , artinya musuh ada tepat di belakang saya. Karena saya seolah-olah ada pas di poros tengah jam .Kalau saya bilang posisi musuh arah jam 9 misalnya berarti sejajar dengan sebelah kiri saya …
pd ngeles nih
kita tdk bisa blanja alutsista seenaknx krn adanx uu ketahanan ekonomi yg mwajibkan cadangan devisa 2 kali lipat apbn
prmasalahannx kalo mengerucut krn perencanaan alutsista dlm mef trutama tni au sdh salah tdk sprt tni al & tni ad. krn banyak pihak yg ikut bikin kacau plus bbrp procurement yg saling mengacaukan satu sama lain sprt contoh
1. aw101 yg s4 bikin heboh. kekacauan disebabkan oleh penerbad yg meminjam puma & super puma dlm jangka waktu setahun tp nyatanx sampe skrg blm balik ditambah cougar yg pengirimannx belum beres
2. keputusan tni au mengupgrade t-50 jd fa-50 yg membuat hawk 109 yg kini di ska 12 akan dipindah ke skadik trmasuk menghidupkan 3 unit korban kanibalisasi
3. pembelian 5 unit a-400m trnyata bkn inisiatif tni au tp kemenkeu. tni au lbh ke super herky
4. polemik su-35 yg makin kacau. kini ada perang dingin antara tni au yg ngotot su35 vs kemhan, kemenkeu & kemen bumn yg menginginkan typhoon ato f-15 demi kesinambungan kfx/ifx
Hahaha…
Saya malah bersyukur jika banyak kementerian dan lembaga negara beli pesawat angkut sekelas A400M ataupun heli angkut berat sekelas Chinook atau yg di bawahnya sekelas NH90 dll.
Mau itu kemen BUMN atau Kemenhub atau kemenkeu atau BASARNAS atau BAKAMLA atau KKP atau Kemen PU, terserah, sehingga anggaran untuk beli pesawat maupun heli angkut berat dengan standar militer, anggaran pembiayaannya itu bisa dibagi ke beberapa kementerian atau lembaga negara.
Pesawat2 angkut itu dioperasikan oleh pilot2 AU sehingga saat dibutuhkan untuk perang atau bencana dapat langsung dimobilisasi untuk angkut pasukan dan perlengkapan militer lainnya.
Itulah yang namanya off budget…
Bukan diambil dari anggaran pertahanan tetapi diambil dari anggaran lain.
Bravo
Waduh bung ,kalau pakai budget masing -masing ya nggak masalah .Yang jadi masalah itu semua di bebankan ke anggaran TNI . Silakan depsos/bakamla/basarnas beli pesawat sesuai keperluannya tapi gunakan anggaran sendiri . kalo off budgeting itu maksudnya nggak tercantum dalam alokasi anggaran ,tapi nyatanya di beli menggunakan sumberlain yang tak tercatat dalam casflow ,misal bersumber dari hibah ,hasil dari pungli dan setoran lain yang tak tercatat .
Dari penjelasan bung AYAM JAGO terbaca kemenhan tidak mementingkan superioritas udara saat ini tapi lebih mempertimbangkan keberlangsungan program IFX. Karena sama-sama penting yang satu urgent untuk keadaan sekarang dan yang satunya juga urgent diputuskan sekarang maka terpaksa ambil keduanya SU35 hukumnya wajib tapi nggak usah banyak -banyak tapi harus lengkap dengan senjata tercanggih di tambah suku cadang mesin dsb ,.Pembelian cukup max 8 unit saja . Sementara untuk membantu keberhasilan program IFX maka selayaknya pertimbangkan F16 VIPER ,daripada beralih ke Thypoon.Setidaknya kita hanya bergantung ke Amerika saja dari pada ke eropa dan juga sekaligus ke AS .Bagaimanapun juga tehnologi AS akan tetap ada di IFX sekalipun kerjasama dengan eropa .
Itulah yang terjadi kalau USER ikut campur dalam urusan negara
KACAU !!!
Seperti pemimpin pemimpin yang lalu, User hanya menyampaikan Specifikasi saja, Penentuan pesawat ada berada di tangan Pemerintah
Karena ada banyak faktor yang mempengaruhi pembelian Alutsista yang sangat mahal
Yang terjadi sekarang tidak, User secara langsung menunjuk Pesawat, terkesan TITIPAN
..setidaknya kita dan generasi mendatang akan tahu jawabannya bila tni au tidak bisa ‘berkembang’ atau menjadi besar. ini semua karena banyak kepentingan…! gak usah mimpi punya airforce deh…cuma simbol aja..
Ya mungkin dari sekarang,mungkin ada pemikiran2 dari kalian semua..Yang mungkin dapat membantu kebuntuan tersebut..Monggo..Dikasih jalan2 terbaik,atau opsi..Beserta alasannya..Siapa tahu pemangku jabatan sekarang,baca di forum ini…Indonesia menjadi kuat dan berkembang secara mandiri..
A-400 itu inisiatif Kementrian BUMN untuk bikin tol udara. Pengoperasiannya bakal diserahkan ke sipil seperti Pelita dll. Kemenhan belum putuskan. Namun KSAU bilang pilotnya tetep dari TNI-AU aja agar nanti jika Kemenhan beli pilot2 TNI-AU sudah bisa bawa. Wawancaranya udah ada di Angkasa.
Tapi dari segi kebutuhan angkut militer nampaknya memang perlu ada yg lebih besar dari Hercules. Di majalah Angkasa edisi terakhir ada artikel mengenai cerita dibalik persiapan Angkasa Yudha 2016 di Natuna yg salah satunya soal kesulitan memindahkan SkyShield paskhas dimana truknya nggak muat meski udah dicopot dari senjatanya. Dgn A-400 bakal lebih mudah & cepat memindahkan pandur, truk militer & heli tempur.
Tapi entah kenapa TNI-AU lebih milih ke Super Herky.
Dulu jaman Suharto dan masih bernama ABRI ,pesawat angkut seperti herkules digunakan juga untuk komersil ,pesawat angkut transmigrasi . Mandala Airlines adalah maskapai kepunyaan ABRI ,terbang dengan biaya murah tapi fasilitas seadanya .
Entah karena TNI dilarang berbisnis atau karena kalah bersaing sepertinya tidak terdengar lagi . Jangan sampai TNI berbisnis kembali .Kalau mau disewakan saya kira nggak masalah karena langsung masuk kas negara .
Jangan sampai seperti dephub ,ngutip di jembatan timbang tapi hasilnya entah di nikmati siapa ,sementara jalan tetap saja hancur .
Wah dari Kemenham..Seharusnya..Tinggal beli aja..Masalah pespur ya stok kita ada F-16 dan Sukhoi,seharusnya di banyakin itu saja,kan jumlahnya lebih banyak…Alasan KFX/IFX…Kwkwkwwk..Kita sudah kerantai (orang Jawa bilang kekolo)lewat proyek KFX/IFX..Lewat Korsel…
Pokoke..Intine..Indonesia ora oleh tuku Sukhoi…Hahahaha(pesanan negara tertentu)..Dari jaman Ra enak..
Maaf bung ayam jago mau tanya..Opsi utk kesinambungan KFX/IFX..Hanya F15 atau typhoon ya?..Tidak utk pembelian yg Laen..Maaf kepo..Kan stock kita F-16 Ama sukhoi..Apa gak bisa beli F-16 terbaru?..Ya Kalo saya jadi kepala TNI AU saya pasti beli yg SU 35 dulu,selain menambah stock yg sudah ada juga memperkuat dengan teknologi terbaru,…Apa tidak opsi Laen pembelian alutsista yg seharga tersebut tapi dialihkan ke alutsista yg Laen..Misal pembelian F15 12 unit seharga A..Mungkin dibelikan kapal perang/tank/rudal2 utk melengkapi F-16 atau Laennya..Yg seharga tersebut..Maaf ya bung banyak tanya..xiixixix
Kira2 apa alasannya F16 kita tidak dilengkapi dengan alat IFF tsb. ?
Masih ingat berita seorang BrigJen dihukum Seumur Hidup karena Korupsi Alutsista ? silahkan anda cari di mbah Google
Itu hanya segelintir yang ketahuan
Yang belum ketahuan Sangat Banyak
Nah itu alasannya
memang semua itu pembelian jaman sby .. hehehe , seperti t50i , sekarang ksau yg baru akan merubah t50i sesuai asasinya yaitu pesawat tempur ( spesifikasi fa50) bukan pesawat aerobatik yg dibeli karena tradisi bukan inovasi membentuk angkatan udara yg modern ( pernyataan dan tujuan yg hebat dari KASAU yg baru )
Tambah lucu menurut saya
Bukan ide yang baik dan kerkesan KERE
Pesawat Aerobatik harus tetap Aerobatik
Sebagai wakil bangsa untuk Aerobatik Jet
Kalau KT-1 itu Aerobatik Propeler
Yang Benar adalah menambah lagi FA-50 secara lengkap
Aussy, brazil juga “cuma” pake pesawat propeller toh? Tapi ga terlihat kere
Sudah tepat kebijakan mengurangi jumlah tim aerobatik menjadi satu tim saja….krn konsekuensinya, (menurut standar) para pilot aerobatik serta pesawatnya selama bertugas “hanya berlatih dan berlatih” tanpa diselingi dg penugasan lain, termasuk pendidikan bg pilotnya krn akan menurunkan keseragaman intensitas latihan&mental/kesiapan diantara para pilotnya (ini temuan waktu kecelakaan 2 pesawat tim aerobatik jupiter yang menggunakan hawk mk-53 di madiun)
Dg anggaran yang terbatas, jumlah pilot baru yang bisa dicetak, jumlah pilot&pesawat yang jg sama2 terbatas, sdh benar jika saat ini tim elang biru dikonversi mjd skadron tempur tulen
Ausy ngak kere karena punya 100-an pesawat tempur sejati
Brazil ngak kere juga karena bisa beli Gripen NG lebih dari 2 lusin sekaligus tidak mencicil
Tentunya kita bisa lebih dari 2 Negara tersebut bukan ?
Sejak dulu kita punya Team Aerobatic Jet dengan Hawk MK53
sekarang malah tidak………
ini penurunan bukan ?
Aslinya kita sangat bisa membeli FA-50 lagi
Sayang manajemennya AMBURADUL dan NGAWUR
sehingga menghasilkan High-Cost
Ibarat Perusahaan sudah kolaps karena Manejemennya Ngawur
F-16 Nyungsep lagi di pangkalan Pekanbaru Riau
TS 1603, berarti F-16A pembelian tahun 1989
Ralat : F-16B (Tandem), Penyebabnya Rem Blong
Kelihatannya kerusakannya lumayan parah, karena posisi terbalik
ini bkn dari f16 ’52id’ hibah ya??….kalo iya’ mkn abis neh pespur jd bahan olok2, stlah 1 kbakar…
TS-1603, jadi F-16B tahun 1989
bukan F-16C/D 52ID
pesawat F16 tergelincir dan terbalik di lanud roesmin nuryadin .. mal function pengereman ( 14/03/2017 ) .. semoga ga total lost udah 2 yg ancur …
TS-1603, jadi F-16B tahun 1989
bukan F-16C/D 52ID
Dan tidak Hancur/Total Loss, masih bisa diperbaiki
Di Koran Kompas Rabu 15 Maret 2017 ada berita soal F-16 yg nyungsep. Di situ ditulis F-16 ini total loss. Lalu di akhir artikel ada tulisan soal berita 2016 di surat kabar AS soal warga AS yg ditangkap krn menjual suku cadang F-16 secara ilegal.
Yg dijual adalah suku cadang rem. Dan dia menjualnya ke Indonesia.
Gugling di internet masih banyak berita 2016-nya http://www.sltrib.com/news/3601240-155/utah-man-charged-with-exporting-f16
“An indictment unsealed last week alleges Williams exported two F-16 aircraft brake assemblies.”
Apa kita selama ini juga beli ilegal suku cadangnya?
Karena tidak kena embargo seharusnya dibeli secara resmi . Harus diselidiki oleh POM TNI kebagian pembelian barang . Cari jaringannya di Indonesia ungkap semua penjarakan . Siapa tahu barang yang di beli hasil rekondisi atau barang yang sudah aus /rusak dibuat seolah-olah baru .
Makasih bung errik mantap infonya.
@errick
Waktu kasau yang sebelumnya bukankah AU sdh teken kontrak dg DMGtech Holding yang berbasis di US dan UK utk menyuplai/repair spare part&komponen pespur,termasuk sukhoi family….lha kok masih ada kejadian spt ini?
Tapi soal penjualan sparepart militer scr gelap baik disini/diluar negri sdh terjadi sejak era ORBA dulu….salah satu korbannya adl Herkules yang jatuh dicondet (dimuat dimajalah angkasa beberap bulan lalu). Menurut hasil investigasi ada mafia terkoordinir yang melibatkan beberapa oknum skatek di madiun, jogja dan halim terlibat dlm penjualan sparepart militer untuk maskapi swasta.
Fakta ini (pembelian spare part f-16 scr Ilegal dr US) berbanding terbalik dg kengototan “oknum” tertentu pd periode sebelumnya utk memasukkan awe-101….lalu bgmn dg sparepartnya? Dikawasan asia-pasifik hanya jepang yang mengoperasikan awe-101.
#Baru sekarang terkuak satu demi satu…
Barang BM lebih murah, tapi mutu tidak jelas
Barang BM tanpa melalui Bea Cukai, Pajak, dst……….
Salah satu Contoh BOBROK nya pengadaan Alutsista kita
@errick
Jangankan sucad yang berupa printilan gitu…lha wong heli segede gaban aja gak ada tahu sapa yang beli?!!!!
F-16 yg kcelakaan di rusmin itu jenis blok apa?apa TS1603 tipe AB punya skuadron03 madiun..masih kah bisa di prbaiki sprti sediakala
Kemungkinan Bodi/Airframe retak/patah parah
Namun tidak Total Loss, beberapa bagian masih bisa dipakai suku cadang
@indo elite
alasan mbuketnx su-35
1. rusia ngotot menolak tot
2. uzbekistan yg sblmnx siap mnjd negara pnjamin dlm proses pmbelian su-35 tiba2 mundur
alasan mengapa muncul typhoon & f-15
1. airbus & boeing mau mmbantu dlm akses 4 teknologi kunci yg ditolak oleh pmerintah amrik. sjatinx amrik mau saja mmberi akses 4 teknologi kunci trsebut tp dgn syarat kita wajib mmbeli f-35 tp kita blm bisa mengiyakan krn mahal, logistic nightmare banget & bakalan mngganggu procurement yg akan dibangun sprt national datalink & pesawat aew&c
2. faktor arab saudi yg siap mmbantu fasilitas & sarana baik pelatihan pilot & awak darat tanpa dipungut bayaran srta siap jd negara penjamin tanpa dikenakan bunga. arab saudi mengoperasikan kedua pespur tsb
Wah, coba beli 2-2 nya baik EF Typhoon dan F15SE… 2-2 nya service ceiling lebih tinggi dari Su-35, coba kalau RI punya 48 F15SE dan 48 EF typhoon, wuih pasti sangat kuat RI nantinya.
Asyem …Rumit juga ya bung..Dalam artian rumit..Memang tiada makan siang gratis,itu saja pembeliannya typhoon dan F 15 pasti ada minimalnya…Ok jika kita beli typhoon,cocoknya disandingkan dengan apa ya..Harus cari yg lebih murah dari Viper kayakna,..Setahu saya typhoon full armament mahal,penjegalan Sukhoi yg tragis(saya tidak melihat dari d sisi ini aja lho..Xixiixixi)Sebenarnyaa Kalo Russia menolak TOT,kita beli juga gak banyak,itu juga produk baru,..Wajar..Lha utk mendapatkan 4 teknologi kunci saja harus beli F35,Kalo lihat dari sisi TNI AU…Wah kasihan banget..Dibentengi pake tembok China ini…Seumpama..Kita beli SU 35 bung..Maaf kepo lagi..Russia mau kasih TOT dengan minimal pembelian berapa unit ya(maksutnya umumnya beli berapa unit pesawat,atau tiap2 produk beda2 standartnya) apa pembelian2 sukhoi yg dahulu tidak kehitung soalnya walaupun sedikit2 tapi nambah terus kita dari 4 ke 16..Soryyy…Kepo melulu…ahahhaha
bung @ayam jago,..bukanny korsel yg deh brsedia beli f35 buat dapetin 4 teknologi tsb,..aja msh blom dpt jaminan dr amrik, makany ampe skrg perundingan mrk msh trkatung2 …aplg, skrg presiden usa deh ganti lg,..kaya’ny si trump lbh keras soal ini…
knapa kita konsen k gripen?…typhoon bukanny lbh mahal dr f15 dr segi hrga n maintenance nya…mungkin arab saudi brsedia jd pnjamin k kita,..kalo serius ama gripen…TOT dr gripen mnurut saya, yg trbaik dbanding kompetitor laennya….
cost mainteance ny jg pling kecil dibanding typhoon, f15,su35,rafale,viper…soal kemampuan jg layak disandingkan ama yg laen.
Kalo IFF Bird Slicer tdk ada trus gmn mendeteksi/berkomunikasi antara f16&su 27/30 kita??
Pdhal pswt tmpr kita sring patroli scra brsama2 antara f16&sukoi kita