Howitzer Garuda 105 – Senjata Artileri Medan di Platform Rantis Ringan 4×4
|Sebagai lambang negara, nama “Garuda” sudah jelas melekat dengan identitas Indonesia. Namun, nama Garuda tak melulu milik Indonesia. Sebagai buktinya, Bharat Forge (Kalyani Group), manufaktur otomotif, migas, pertambangan dan industri dirgantara dari India sudah sejak beberapa waktu meluncurkan apa yang disebutnya sebagai howitzer Garuda 105.
Baca juga: Atmos 2000 – Pilihan Artileri Filipina untuk Self Propelled Howitzer
Garuda 105 x 37 mm adalah ultra light weight mobile gun system yang dipasang pada rantis (kendaraan taktis) ringan. Dengan berat senjata 900 -1.000 kg, Garuda 105 menawarkan senjata artileri medan dengan teknologi soft recoil (hentakan ringan). Lantaran punya efek soft recoil, maka Garuda 105 didapuk pada rantis di kelas 4×4, seperti HMMWV atau truk ringan Tata 4×4.
Bobot normal meriam kaliber 105 mm ada dikisaran 3.200 kg, sementara Bharat Forge bisa mereduksi dengan berat senjata di sekitaran 900 kg. Bobot penuh senjata dalam suatu deployment tidak lebih dari 1.500 kg. Dikutip dari medium.com, Garuda 105 dilengkapi mekanisme piston yang dapat menyeram hingga 40 persen dari efek hentakan. Sejauh ini, Garuda 105 masih dalam tahap uji coba dan belum dioperasikan secara penuh oleh Angkatan Darat India.
Pihak Bharat Forge menyebut banyak negara yang telah menunjukkan minat pada Garuda 105. Saat ini, uji coba Garuda 105 sedang berlangsung di Amerika Serikat. Bharat mengatakan bahwa teknologi baru telah dikembangkan untuk membuat sektor pertahanan secara mandiri.
India tak sendiri dalam mengembangkan senjata jenis ini, Amerika Serikat punya 2-CT Hawkeye 105mm Mobile Howitzer System (MHS) yang memanfaatkan platform jip Humvee buatan AM General. Fitur utama dari 2-CT Hawkeye adalah penggunaan soft recoil technology (SRT) yang dirancang untuk mengurangi dampak destruktif dari recoil (efek tolak balik) howitzer 105 mm pada sasis Humvee.
Karakteristik dari self-propelled 2-CT Hawkeye yaitu waktu dari deployment hingga tembakan pertama – 1,5 menit, waktu yang diperlukan untuk mencapai target dan meninggalkan posisi menembak – 3 menit, jarak “tembakan langsung” – dua kilometer, jarak tembak maksimum – 11, 6 kilometer dengan amunisi standar dan 19,5 kilometer dengan granat berpeluncur roket. (Bayu Pamungkas)
@Rukimin, Ya kali bisa pake HT dari Natuna ke Jakarta. Intercom?? Yg bener aja Dhek. Gak sekalian pake asap atau Morse gitu??
@mbah gatol
Jika komunikasi satelit ter jamming, kan masih ada walky talky mbah atau interkom. Gak masalah, msh bisa ngobrol…👍
@Panzer, bahkan beli alutsista dan jenis alutsista yg dibeli itu juga urusan politik Dhek. Masalah hacking data itu udah bukan lagi tindakan kriminal karena yg namanya keamanan data itu pengaruh dan lingkupnya sangat kompleks termasuk keamanan dan pertahanan negara. Kalo Jaringan sistem Kohanudnas bisa dijebol dan jaringan komunikasi serta transportasi yg terkomputerisasi terganggu itu tinggal nunggu pasrah aja kalo gak bisa ngadepin serangan Siber. Bayangkan, Personil Radar udah teriak-teriak ada serangan musuh tapi kalo komunikasi satelit ter jamming, Kohanudnas dan komando gak bakal bisa bertindak, pangkalan dan Hanud bingung mau ngapain, belum sempat bertindak Istana negara sama kompleks komando militer udah rata Ama tanah. Itulah ngerinya Hacking kalo Indonesia gak siap dari sekarang dan penyerangan Siber itu tujuannya bukan untuk mencuri data tapi tes kemampuan pertahanan Siber Nasional, bisa nggak nahan, bisa nggak bales balik. Istilahnya China lagi skirmish,lagi nyoba pertempuran kecil-kecilan lawan Indonesia tapi dalam bidang Siber.
Kelihatannya dimasa sekarang sedang trend memasang senjata besar dikendaraan kecil hanya masalah waktu sampai Toyota pickup nantinya dapat meluncurkan ICBM.salut untuk admin yg tetap fokus membuat artikel soal alutsista tidak melenceng terlalu jauh hingga membahas persoalan politik atau kriminal.
When I take action, I’m not going to fire a $2 million missile at a $10 empty tent and hit a camel in the butt. It’s going to be decisive.
George W. Bush
https://en.wikipedia.org/wiki/Emblem_of_Thailand
Thailand juga punya lambang garuda
Sorry OOT bung Admin. Tolong dong,bahas kasus Peretasan 10 Kementerian/Lembaga RI oleh China dan sejauh apa kekuatan Badan Siber Nasional mengingat Siber/Cyber sudah menjadi angkatan keempat di negara-negara besar dunia. Apakah pemerintah sudah bisa mengusahakan agar kejadian pembobolan data kesehatan dan yg lainnya bisa ditanggulangi dimasa depan, apakah program pembangunan database di Indonesia sudah on the track atau masih nyimpen di Singapore?