HMAS Choules: Jadi LPD Terbesar di Belahan Asia Selatan

Tak semua alutsista mampu mengemban misi taktis dan strategis, berperan penting disaat perang dan punya kontribusi besar dalam operasi militer selain perang. Di matra laut, maskot untuk kategori diatas adalah LPD (Landing Platform Dock). Peran mulai dari kapal markas, kapal pendarat sampai rumah sakit, semua bisa di cover oleh LPD. Mengingat peran penting LPD, setelah mengoperasikan enam unit LPD, belum lama ini TNI AL kembali memesan LPD 124 meter kepada PT PAL berdasarkan kontrak 11 Januari 2017. Selain Indonesia, Singapura dan Filipina, ternyata Australia juga mengoperasikan LPD, meski hanya satu unit, LPD Royal Australian Navy menjadi yang terbesar di kawasan.

Baca juga: Landing Platform Dock TNI AL – Peran dari Kapal Markas Hingga Rumah Sakit

Yang dimaksud adalah HMAS Choules dengan nomer lambung L100. Berbeda dengan penamaan di Indonesia, meski fungsi dan perannya sama dengan LPD, label kategori yang disematkan pada kapal berbobot 16.190 ton ini adalah landing ship dock. Selain bobot yang jauh lebih besar dari LPD TNI AL (10.932 ton), HMAS Choules punya panjang 176 meter, lebih panjang dibanding LPD TNI AL di rentang 122 – 125 meter. Kebisaan membawa helikopter dalam jumlah lebih dari satu atau dua menjadi ciri khas LPD yang punya ukuran deck besar. HMAS Choules untuk yang satu ini juga unik, kapal ini tidak dilengkapi hanggar pemanen, melainkan bisa disiapkan hanggar temporer. Tapi jangan salah, yang bisa didarati HMAS Choules bukan sebatas helikopter angkut sedang, melainkan kapal ini sanggup didarati helikopter sekelas CH-47 Chinook, Leonardo AW101, bahkan helikopter Osprey bisa mendarat dengan lega di HMAS Choules.

Baca juga: LCH Balikpapan Class – Identitas Indonesia di Kapal Perang Australia

Kodratnya sebagai LPD diperlihatkan pada bagian buritan, seperti halnya KRI Makassar 590, HMAS Choules dilengkapi dock terapung yang bisa memuat dua unit LCU (Landing Craft Utility). Pada ruang belakang di bawah dek hekilopter terdapat dockwell, inilah yang menjadi identitas LPD. Fasilitas mirip dock terapung ini berfungsi untuk lalu lalang kapal pendarat. Untuk akses keluar masuk LCU menggunakan pintu palka yang terletak di bagian buritan (stern ramp) LPD.

Baca juga: Landing Craft Utility – “Kepanjangan Tangan” Gelar Operasi Amfibi LPD TNI AL

Guna mendorong pergeseran material dalam operasi tempur, HMAS Choules dapat membawa 32 MBT M1A1 Abrams, atau bisa membawa sampai 150 truk ringan. Kapasitas kargo sampai 200 ton ditunjang dengaan dua unit crane dengan masing-masing sanggup menganggkat beban 30 ton. Normalnya kapal ini dapat membawa 356 pasukan Marinir, tapi dalam kondisi khusus 700 pasukan juga dapat dibawa dalam kondisi overload.

Berbeda dengan LPD TNI AL yang disematkan senjata PSU (Penangkis Serangan Udara) kanon kaliber 40 mm, maka HMAS Choules absen dari bekal senjata. Tapi jangan salah, di era sebelumnya kapal ini justru dibekali CIWS (Close In Weapon System) berupa kanon Phalanx 30 mm dan kanon DS30B. Usut punya usut, sebelum digunakan Australia, kapal ini adalah RFA Largs Bay (L3006) milik AL Kerajaan Inggris. HMAS Choules dibangun oleh galangan Swan Hunter, satu galangan yang memproduksi KRI Arun 903, yang sebelumnya juga menjadi armada Royal Fleet Auxiliary (RFA).

Baca juga: Armidale Class RAN – Kapal Patroli Penjaga Batas Laut Teritorial Australia

HMAS Choules terlihat dalam perjalanan ferry dari Sydney menuju Manly.

Berdasarkan catatan, RFA Largs Bay (L3006) diluncurkan pada 18 Juli 2003, kemudian mulai dioperasikan pada 28 November 2006, kiprah kapal ini tak lama di Inggris, pada April 2011 RFA Largs Bay sudah tak lagi digunakan dan dijual ke Australia dengan harga 65 juta pounsterling. Dalam suatu kunjunan ke Sydney pada pertengahan tahun 2013, HMAS Choules terlihat bersandar di salah satu dermaga tak jauh dari gedung Opera House, yang kemudian diketahui lokasinya sebagai Port Jackson, bagian dari Fleet Base East RAN. Ukurannya yang masif, menjadikan kapal ini mudah dilihat meski dari kejauhan sekalipun. (Haryo Adjie)

Spesifikasi HMAS Choules:
– Displacement: 16.190 ton
– Length: 176,6 meter
– Beam: 26,4 meter
– Draught: 5,8 meter
– Propulsion: 2 × Wärtsilä 8L26 generators, 6,000 hp (4.5 MW), 2 × Wärtsilä 12V26 generators, 9,000 hp (6.7 MW)
– Speed: 18 knots (33 km/h)
– Range: 15.000 km at 15 knots (28 km/h)
– Crew: 158

22 Comments