Hawker Hunter F4 Jadi Koleksi Museum Dirgantara Mandala
Diproduksi hingga 1.972 unit, Hawker Hunter lansiran Hawker Siddeley tak pelak menjadi salah satu jet tempur asal Inggris yang paling laris. Di Asia Tenggara, tercatat hanya Singapura yang resmi mengoperasikan jet single engine ini. Namun Hawker Hunter pun punya ‘kenangan’ tersendiri dalam perjalanan sejarah perjuangan Indonesia. Digunakan oleh AU Belanda (Koninklijke Luchtmacht) pada dekade 50/60-an, armada Hawker Hunter semasa pergolakan di Irian Barat ditempatkan Belanda di Biak untuk menghadang serbuan militer Indonesia dalam Operasi Trikora dan Jayawijaya.
Baca juga: Ada Helikopter “Codot” di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta
Singkat cerita, AU Belanda menempatkan 12 unit Hawker Hunter F4 dan 12 unit Hawker Hunter F6 di Lanud Mokmer, Biak. Dan ketika Belanda kalah adu diplomasi dan terpaksa menyerahkan Papua ke tangan Indonesia, seluruh Hawker Hunter dan pesawat-pesawat lainnya seperti Lockheed P2V-7B Neptune ditarik mundur lewat jalan darat maupun udara. Namun tak semuanya bisa diboyong Belanda, ada satu unit Hawker Hunter F4 dengan nomer N-112 yang terpaksa ditinggal dan menjadi ‘penunggu’ Lanud Manuhua.
Dirunut dari eksistensinya di Papua, Hawker Hunter F4 tersebut tiba di Biak pada 6 Agustus 1960 bersama seluruh Skadron 322. Setelah bertugas mengawal wilayah udara Papua, terjadi insiden pada 20 Agustus 1962. Dalam salah satu sorti latihan penembakan, salah satu peluru meledak di sabuk pasokan peluru, yang menyebabkan ledakan seluruh peluru yang masih tersimpan di kotak magasen. Ledakan tersebut menyebabkan matinya sistem kelistrikan pesawat.
Sang pilot yang bernama Van Soest berhasil mendaratkan pesawat tempur yang rusak parah itu kembali ke Mokmer. Namun pada saat pendaratan, Hawker Hunter nahas tersebut mendarat bablas melewati landasan karena hilangnya tekanan hidrolik untuk mengerem pesawat, sehingga pesawat tempur tersebut menubruk pepohonan lalu rusak parah. Sang pilotnya sendiri selamat. Akhirnya, Hawker Hunter N-112 tersebut di parkir begitu saja di luar hanggar. Kokpit N-112 kemudian dibakar habis agar avionik yang sensitif tidak jatuh ke tangan Indonesia.
Selama bertahun-tahun badan N-112 yang tersisa teronggok begitu saja di samping hangar tua yang tak terpakai, walaupun lanud Mokmer sendiri diambil alih oleh TNI AU dengan diberi nama Lanud Manuhua. Barulah ketika ada perhatian dari pimpinan Lanud saat itu Hawker Hunter F.4 N-112 tersebut dicat kembali dengan warna aslinya, yaitu warna kamuflase AU Belanda namun dengan roundel TNI AU dan lambang pangkalan di hidungnya.
Kini atas inisiatif dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Hawker Hunter N-112 telah direstorasi di Depohar 30 Malang, dan kabarnya segera akan di instalasi untuk menjadi koleksi di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Yogyakarta, bersanding dengan rival-rivalnya, jet tempur dan pembom AURI semasa konfrontasi dahulu.
Hawker Hunter F4
Dari 1.972 unit Hawker Hunter yang diproduksi, maka 365 unit diantaranya adalah varian F4. Dan khusus yang digunakan AU Belanda, merupakan produksi Fokker atas linsensi dari Hawker Siddeley. Total jumlah Hawker Hunter yang dibuat oleh Fokker mencapai 96 unit, dan mulai digunakan pada 1955. Tak lama dari proses pemunculan perdana Hawker Hunter yang terbang perdana pada 1951 di Inggris.
Dibanding varian sebelumnya, Hawker Hunter F4 tampil dengan penambahan kapasitas tangki internal bahan bakar, dari yang sebelumnya 334 galon menjadi 414 galon, dengan penambahan 80 galon pada sisi sayap. Airframe saya juga diperkuat dengan pemasangan pylon, yang dapat membawa 100 galon tangki bahan bakar eksternal, atau bom seberat 453 kg. Produksi varian F4 kemudian dilanjutkan ke varian F6. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Hawker Hunter F4
– Engine: Rolls Royce Avon 115
– Power: 8,000lb (3.628 kg) thrust
– Crew: 1
– Wing span: 10,26 meter
– Length: 14 meter
– Height: 4,01 meter
– Empty Weight: 6.045 kg
– Maximum Weight: 8.935 kg
– Max Speed: 1.105 km per jam
– Service Ceiling: 15.240 meter
– Range: 2.655 km without tanks
– Armament: Four 30mm Aden cannons
– Bomb-load: 907 kg carried externally
Masya allah…jadi hangar pesawat di lanud manuhua itu peninggalan jaman belanda?
ditunggu update galery foto setelah ready di museum
Semua warna dibalikin ke asalnya kecuali warna di tail fin vertikalnya….
pola gambarnya sensitif ya mas ,,, keliatan modus devide et impera
Terakhir saya berkunjung ke Museum Dirgantara, C-130 dan F-27 sudah diparkir dan trotoarnya sedang dibangun. Di area utama museum sendiri sedang dijebol, kemungkinan untuk renovasi atau mempermudah akses masuk pesawat.
Saya sangat setuju dengan penambahan Hunter ini, selain menghormati para penerbang Belanda, juga menambah keberagaman koleksi Museum Dirgantara. Harapannya kedepan bisa seperti IWM Duxford yang memiliki display interaktif.
Harusnya bikin 2 museum, museum khusus pejuang & satunya khusus penjajah. Itu yg di situs gunung bansari biak goa bekas persembunyian jepang yg di bombardir amrik jg peralatannya dibiarkan terbengkalai kapan dimuseumkan?
Saya pernah mendengar cerita berita jika MiG 15 AURI pernah adu jotos dgn Hawker Hunter di udara sekitar Papua? Hasil akhir meyakinkan KL untuk mendem saja jika MiG AURI sedang wara-wiri di Papua. Entah benar atau tidak.
Yang jelas MiG-15 kita gak mungkin karena versi yang kita miliki itu UTI alias untuk latihan saja.
Memang ada MiG-17F ditempatkan di Timur dalam Operasi Trikora, namun tidak ada laporan/kesaksian dari kedua pihak kalau terjadi duel, mengingat kejadian yang sudah lama. Agak aneh apabila ada informasi yang belum muncul ke permukaan.
@morko44
Jelas gak bener, karena sampai belanda sepakat menyerahkan irian barat kepada RI…kita belum pernah menyatakan perang kepada belanda (bahkan ketika terjadi insiden laut aru) !!!
Yang terjadi adalah penyusupan pesawat transpor C-130 dan C-47 untuk mendrop pasukan di kaimana, fak-fak dan merauke…tanpa dikawal pesawat tempur ketika sudah memasuki perairan irian barat
kayaknya ini dia penantang MIG 21 AURI pada saat itu di operasi trikora….
MiG-21 pada awal Trikora masih dalam tahap yang sekarang disebutnya IOC, Selain itu ancaman pembom di Ibukota lebih besar yang membuat banyak MiG-21 untuk diparkir di Jawa. Belum lagi jarak tempuh MiG-21 yang tergolong sangat pendek. Tidak cocok untuk Operasi di Timur.
Yang ditempatkan di Timur pada saat itu MiG-17F, performanya mirip dengan Hunter dan sama2 belum memiliki radar penjejakan.