Hari ini, Sembilan Tahun Lalu, F-5E/F Tiger II TNI AU Terakhir Kali Terbang
|Pada hari ini, sembilan tahun lalu yang bertepatan dengan 28 April 2016, adalah momen yang tak akan bisa dilupakan oleh warga Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi, pasalnya saat itulah merupakan penerbangan terakhir jet tempur F-5E/E Tiger II. Persisnya dua F-5 diterbangkan untuk simulated surface attack (Phoenix Flight) sebagai misi penerbangan terakhir di langit Indonesia.
Baca juga: F-5N “Aggressor” – Bukti Kecintaan Amerika Serikat pada Keluarga F-5 Tiger
Dari akun Twitter @_TNIAU, disebutkan dua unit F-5 yang melakukan penerbangan terakhir itu adalah pesawat dengan nomer registrasi TS-0516 yang diterbangkan Letkol Pnb Abdul Haris dan TS-0512 diterbangkan Mayor Pnb I Kadek Suta. Dan, lima tahun telah berlalu, sampai saat ini belum jelas pesawat tempur pengganti untuk F-5E/F Tiger II.
Dan guna menjaga tingkat kesiapan tempur para pilot dan ground crew, satu flight (tiga unit) jet tempur asal Skadron Udara 11 dimutasi sebagai arsenal kekuatan Skadron Udara 14, yaitu dengan komposisi satu unit Su-27 (TS-2701) dan dua unit Su-30 (TS-3001 dan TS-3002).
Merujuk ke silsilahnya, Northrop mendesain pesawat ini berdasarkan hasil studi kebutuhan militer di Eropa dan Asia. Dari studi itu, paling tidak ada sejumlah faktor yang harus dipenuhi. Antara lain, pesawat tersebut harus cukup canggih dan tak ketinggalan jaman. Artinya, jet tempur itu harus bisa terbang supersonik. Harus murah, dengan menimbang kemampuan keuangan negara-negara (calon) pemakai, yang sebagian besar perekonomiannya belum kuat. Mesti mudah pula dioperasikan dan mudah dirawat.
Pada 1955, Northrop mengajukan konsep jet tempur ringan modern ke pihak Angkatan Udara AS (USAF). Penempur supersonik itu, didesain sebagai jet tempur untuk serang darat (air to ground role), sebagai bagian dari misi penyerbuan. Murah harganya,mudah pengoperasiannya, mampu take-off dan landing di landasan pendek, serta mudah perawatan. Tapi USAF menolak proposal itu. USAF tak butuh burung besi seperti itu.
Indonesia mendatangkan 12 unit F-5E dan 4 unit F-5F versi standar pada tahun 1980 lewat program Foreign Military Sales (FMS). Penempur yang masih gress itu datang dari pabrik Northrop dalam bentuk terurai, dalam dua tahap. Tahap pertama pada bulan April dan tahap kedua pada bulan Juli di tahun 1980.
Baca juga: Kowsar: Bukti ‘Kecintaan’ Iran pada Rancang Bangun Northrop F-5
Perakitan saat itu dilakukan di hanggar Lanud Iswahjudi, Madiun, yang nantinya jadi markas kawanan Macan udara itu. Tiger II resmi digunakan pada Mei 1980, masuk Skadron Udara 14 Buru Sergap, di bawah Wing Operasional 300, menggantikan F-86 Avon Sabre. Peresmiannya, ketika itu, dilakukan oleh Menhamkan Pangab Jenderal M. Yusuf. (Gilang Perdana)
Penggantinya adalah F-15EX, akan dibeli 2 skuadron. Sebagian besar wilayah NKRI termasuk ZEE nya akan dicover oleh 2 skuadron F-15EX. Pembelian F-15EX akan termasuk pada pembelian produk Boeing yang dimaksudkan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dengan Amrik.
Saya berharap produk Boeing yang dimaksudkan bukan hanya 24 unit F-15EX tapi juga 2 unit E-7 Wedgetail, 2 unit P-8 Poseidon, 12 unit Chinook dan tambahan 16 unit helikopter Apache serta 37 unit AH-6 beserta amunisi dan rudalnya serta suku cadang untuk pesawat-pesawat tersebut.
@Aa: Rafale F4 penggantinya, datang bertahap mulai awal tahun depan
Setelah 9 THN di PENSIUNKAN…hingga kini belum ada PENGGANTINYA…🙃
Mengapa F-5E/F Tiger punya kita lebih cepat dipensiunkan?
Karena umur jam terbang sudah habis.
Karena mestinya luas negeri kita termasuk ZEE kudu dilayani oleh 8 skuadron F-5E/F tapi ternyata hanya dilayani oleh 1 skuadron saja sehingga umur jam terbang cepat habis.
Kasus yang sama akan menimpa T-50 dan Super Tucano kita, masing-masing hanya 1 skuadron dan harus terbang ke mana-mana. Air frame akan mengalami kelelahan logam dan usia jam terbang akan cepat habis. Kalo unit dan jumlah skuadron tidak ditambah ya nanti bakal cepat pensiun.