Hari ini, 61 Tahun Lalu, Indonesia Menjadi Negara Pertama di Luar AS yang Mengoperasikan C-130 Hercules
|Tepat hari ini, 61 tahun lalu yang bertepatan dengan 18 Maret 1960. Indonesia tercatat dalam sejarah sebagai negara pertama di luar Amerika Serikat yang secara resmi mengoperasikan pesawat angkut C-130B Hercules. Dalam sebuah upacara di Lanud Kemayoran, Jakarta, C-130B pertama diserahkan oleh Wakil Presiden Lockheed Corp Carl Squier, kepada Menteri/Pangau Laksamana Udara Suryadarma pada 18 Maret 1960. Sejak itulah TNI AU (d/h AURI) memasuki babak baru dalam penggunaan pesawat angkut berat.
Baca juga: 56 Tahun Mengabdi, C-130B Hercules A-1303 Siap Mengudara Lagi
Karena merupakan peristiwa penting bagi sejarah penerbangan Indonesia, acara penyerahan tersebut dihadiri pula oleh Menteri Keamanan Nasional Jenderal AH. Nasution, Jenderal Kehormatan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Wakasad Mayor Jenderal Gatot Subroto, dan Mr. Henderson yang mewakili Duta Besar AS untuk Indonesia beserta stafnya.
Yang lebih menarik lagi, ternyata C-130 Hercules T-1301 diterbangkan dari AS ke Indonesia oleh awak TNI AU (d/h AURI). Penerbangan pertama ini melalui jarak lebih dari 21 ribu km dan melintasi tiga lautan besar, seperti Pasifik, Laut Cina dan Laut Jawa. Pada jaman tersebut, apa yang dilakukan awak TNI AU merupakan delivery flight terjauh yang pernah dilakukan oleh suatu Angkatan Udara.
Hingga dekade tahun 70-an, C-130 Hercules TNI AU menggunakan nomer penerbangan – T. Di kemudian hari nomer penerbangan untuk skadron angkut berat dirubah, dari “T” menjadi “A.” Maka kemudian C-130B Hercules T-1301 menjadi A-1301, dan pesawat empat turboprop ini ditempatkan pada Skadron Udara 32 yang bermarkas di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur.
Beragam operasi militer dan operasi militer bukan perang seolah tak bisa dilepaskan dari sosok pesawat ini. Di setiap gelaran kekuatan militer, terutama yang melibatkan unsur linud (lintas udara) maka dipastikan disitu ada C-130 Hercules, medan operasi Trikora, Dwikora, dan operasi Seroja menjadi tinta emas atas battle proven-nya pesawat ini.
Bicara operasi bantuan bencana alam, hingga menyemai hujan buatan pun banyak dipasrahkan pada pesawat bermesin turbo propeller ini. Menyadari kebutuhan yang tinggi akan pesawat ini, jelas TNI AU masih kekurangan Hercules dalam hal kuantitas. Dari dua skadron C-130 Hercules yang saat ini dimiliki, minimal untuk negara seluas Indonesia dibutuhkan 5 skadron Hercules.
Meski dalam hal teknologi C-130 Hercules TNI AU kini tertinggal dari punya negara tetangga. Tapi patut diacungi jempol, bahwa C-130 Hercules di Indonesia hadir dalam varian yang beragam. Selain versi C-130B dan C-130H dan HS. TNI AU juga mengoperasikan dua tanker KC-130B Hercules, bahkan pernah mempunyai versi intai maritim C-130H MPA (maritime patrol aircraft).
Saat ini, C-130B Hercules yang diterima TNI AU pada tahun 1960 masih terus dioperasikan. Seperti salah satunya pada C-130B Hercues nomer registrasi A-1303 dari Skadron Udara 32 yang belum lama ini telah merampungkan program upgrade dan retrofit tingkat berat. Retrofit yang dilakukan terhadap pesawat angkut berat yang sangat berjasa dalam Operasi Seroja ini mencakup penggantian pada struktur outer wing, rainbow fitting, engine truss mount,fuselage main tructure, overhaul propeller, perbaikan dan mengganti 4 assy engine low performace, penggantian sistem gas turbine compressor (GTC) dengan APU (Auxilary Power Unit) dan ECS (Evironmental Control System) module.
Masih dari varian C-130B, pada 18 April 1961, TNI AU juga menerima jenis tanker udara, yang diberi label KC-130B. Sebanyak dua unit diterima saat itu, dan saat ini tinggal satu unit yang masih beroperasi (A-1309 ) untuk menyusui jet tempur Sukhoi Su-27/Su-30 dan Hawk 209. C-130B adalah varian awal dari keluarga Hercules yang dimiliki TNI AU. Karena banyak mengalami kerusakan dan suku cadang, beberapa C-130B tidak lagi beroperasi sejak beberapa tahun belakangan.
C-130 Hercules perdana yang diterima TNI AU (T-1301) pada 18 Maret 1960, saat ini dapat dilihat oleh publik sebagai koleksi di Museum Pusat TNI Dirgantara Mandala di Yogyakarta. Yang unik, saat masih menyandang nomer T-1301, C-130 Hercules ini pernah dikaryakan sebagai pesawat sipil. Yakni nomer/kode penerbangannya dirubah menjadi PK-VHD, perubahan tersebut saat C-130B Hercules digunakan untuk misi pemotretan udara oleh PENAS (PN/Perusahaan Negara Aerial Survey) yang sekarang namanya menjadi PT Survei Udara PENAS.
Baca juga: Pesawat Bersejarah C-130B A-1301 Hercules Bakal Menjadi Etalase Museum Dirgantara Mandala
Sayangnya kiprah T-1301 tak mulus, setelah statusnya dikembalikan menjadi pesawat militer pada April 1982, dikutip dari c-130.net, disebutkan pada bulan Mei 1982 pesawat ini mengalami kerusakan serius akibat hard landing di Bandung. Kemudian sejak April 2005, kabarnya C-130B T-1301 mulai dipersiapkan untuk dijadikan etalase pada museum TNI AU. (Haryo Adjie)
Dan 61 tahun kemuadian.. Hercules yg sama masih tetap dioperasikan.
Luarr biasaa. . .
Mantap, segera pesan 10 unit C130J super Hercules untuk TNI AU
Teknisi Indonesia itu hemat pesawat yg stengah abad lebihpun masih bisa diakalain buat terbang
dan sampai hari ini…sejak 2014. blm ada tanda2 yg pasti dn jelas pespur apa ya akan bakal d beli secara pasti
…..
Salahnya orang sini demen banget denger cerita bagaimana tni bisa “ngakali” berbagai alutsista tua dg segala keterbatasan, harusnya tidak begitu, kita sudah hampir 80 tahun merdeka, sudah sewajarnya tni dibekali dg aneka alutsista modern.
Koreksi sedikit untuk judul artikel. Seharusnya ditulis Indonesia negara pertama di luar AS yang mengoperasikan C-130B. Australia sudah lebih dulu mengoperasikan tipe C-130A di tahun 1958.
Sumber : https://www.c-130.net/aircraft-database/C-130/serials-and-inventory/airforce/RAAF/
Ada perasaan was2 tiap liat pesawat ini terbang rendah di sekitar kampung.
Butuhnya bukan 5 skuadron tapi 6 skuadron.
Aku berimajinasi andaikata kita mau membuat anggaran pertahanan tetap kecil tapi pemenuhan kebutuhan bisa terlaksana, bagaimana kalo untuk pembelian alutsista angkut dan penanggulangan bencana anggaran pembeliannya dititipkan ke kementerian dalam negeri, kementerian pekerjaan umum serta kementerian perhubungan. Jadi bisa beli banyak tapi anggaran pertahanan besarnya tidak terlalu mencolok bagi kawasan. Untuk kementerian pertahanan sebaiknya fokus ke pengadaan alutsista kombatan, arhanud dan surveillance.
Gimana gak mecolok…..lha wong situ malah bocorin rahasia, mo pake realokasi bujet departemen lain 😏
Itu bukti. saat itu Indonesia sangat kuat dalam diplomasi. Sekarang ?
sangat kuat dalam korupsi
Dulu masih getol masalah komunis dan demokrasi , perang dingin amerika uni soviet , berlomba lomba merayu indonesia mau jadi komunis atau demokrasi liberal .. sekarang diplomasi apalagi ??? Sekarang yg penting uang dan mau ga indonesia ke blok barat amerika atau timur rusia ??? Kalo barat ya mengakui israel .. kalo timur ya teman rusia , kita negara non blok dan bebas aktif ga memihak … NEGO SAMA BIDEN ATAU PUTIN DULU MAU PILIH MANA