Hari Ini 60 Tahun Lalu, Prototipe SA-330 Puma Terbang Perdana – Rekam Kenangan di Jagad Militer dan Sipil Indonesia
|Di Indonesia, debut helikopter lawas legendaris ini sudah tinggal kenangan, namun, di Ukraina SA330 Puma donasi dari Inggris dan Portugal, baru dipersiapkan untuk beroperasi. Dan tahukah Anda, tepat hari ini 60 tahu lalu, bertepatan dengan 15 April 1965, dikenang sebagai momen penerbangan perdana prototipe SA-330 Puma.
Penerbangan perdana prototipe SA-330 Puma dilakukan di Marignane, Perancis – markas besar Sud Aviation (sekarang bagian dari Airbus Helicopters). Sebagai pilot uji Jean Boulet, salah satu test pilot legendaris Perancis, yang banyak menguji helikopter-helikopter penting pada era tersebut
Penerbangan perdana berlangsung sekitar 20 menit dalam uji terbang awal, dengan fokus pada stabilitas hover, manuver ringan, dan pengujian sistem kontrol penerbangan dasar. Tujuan Utamanya adalah mengevaluasi sistem rotor utama, kontrol pitch, dan kestabilan struktur dalam kecepatan rendah.
SA-330 Puma dikembangkan oleh Sud Aviation (kemudian Aérospatiale), atas permintaan Angkatan Darat Perancis, yang membutuhkan helikopter angkut sedang serbaguna untuk operasi pasukan dan logistik di berbagai kondisi, termasuk daerah tropis dan medan pegunungan.
Pada akhir 1950-an hingga awal 1960-an, Angkatan Darat Perancis (Armée de Terre) membutuhkan helikopter angkut baru yang lebih modern untuk menggantikan helikopter ringan lama seperti H-34. Proyek ini kemudian dikembangkan oleh Sud Aviation, yang nantinya menjadi bagian dari Aérospatiale.
Proyek ini diberi nama SA-330 Puma, dirancang untuk memenuhi kebutuhan mobilitas taktis dan evakuasi medis. Perancis adalah pengguna pertama Puma, melalui Angkatan Daratnya (ALAT – Aviation Légère de l’Armée de Terre). Mereka menggunakannya untuk transportasi pasukan, logistik, dan evakuasi medis di berbagai teater operasi, termasuk Afrika dan Timur Tengah.
Puma sangat sukses secara ekspor dan juga diproduksi secara lisensi di beberapa negara, seperti Inggris: oleh Westland, menjadi Westland Puma HC.1, Rumania oleh IAR Brasov, menjadi IAR 330, dan Afrika Selatan dikembangkan menjadi Atlas Oryx.
XTP-1 Beta – Siapa Sangka Helikopter SA-330 Puma Bisa Sedemikian Garang
SA-330 Puma di Indonesia
Pada awal tahun 1970-an, TNI AU (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara) mencari helikopter angkut sedang yang mampu mendukung berbagai misi — mulai dari transportasi pasukan, logistik, evakuasi medis, hingga operasi SAR dan VIP.
Setelah mempertimbangkan beberapa opsi, Indonesia akhirnya memilih helikopter SA330 Puma buatan Aérospatiale karena dianggap andal, berkapasitas besar, dan cocok dengan kebutuhan geografi Indonesia yang luas dan berbukit.
SA-330 Puma ini pernah digunakan dalam berbagai operasi militer dalam negeri seperti penanganan konflik di Timor Timur pada masa itu. TNI AU juga menggunakan Puma untuk misi bantuan bencana seperti saat gempa dan banjir besar, karena kemampuannya mendarat di area terpencil.
Selain TNI AU, SA-330 Puma juga sempat dioperasikan Pelita Air Service. Pada era 1970-an hingga 1980-an, Indonesia sedang gencar mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya minyak dan gas, baik di darat maupun lepas pantai (offshore). Mobilitas kru dan logistik ke lokasi-lokasi pengeboran yang terpencil — termasuk di laut — membutuhkan helikopter berkapasitas besar, daya jelajah luas, dan andal dalam berbagai cuaca.
Karena itulah, Pelita Air Service, anak perusahaan dari Pertamina, membeli dan mengoperasikan SA-330 Puma sebagai helikopter angkut andalan untuk melayani kebutuhan industri perminyakan nasional dan internasional. Setelah era SA-330, Pelita kemudian beralih ke NAS-332 Super Puma, termasuk versi rakitan lokal oleh PT Dirgantara Indonesia (d/h PT DI). (Gilang Perdana)
SA-330 Puma. Pendahulu dari H225m.
Kita sebenarnya butuh banyak H225m, sekitar 42-54 unit. Kalau dipasangi HForce weapon system seperti Canon 20 mm, rudal anti tank dan roket 70 mm pasti sangar. Apalagi kalo dipasang rudal anti kapal Exocet seperti H225m milik AL Brazil pasti efek gentarnya lebih cetar membahana.