Hari ini, 45 Tahun Lalu, MiG-29 Fulcrum Terbang Perdana
Hari ini, 45 tahun lalu yang bertepatan dengan 6 Oktober 1977, menjadi momen bersejarah dalam dunia alutsista global. Dimana biro desain Soviet, Mikoyan-Guryevich, menerbangkan prototipe MiG-29 untuk pertama kalinya. Mulai dioperasikan AU Uni Soviet pada tahun 1983, hingga saat ini lebih dari 1.600 unit jet tempur twin engine ini telah diproduksi, dan terus dibuat kelanjutannya lewat seri MiG-35.
Baca juga: Rusia Kerahkan MiG-29 Fulcrum Ke Libya, Inilah Alasan Teknisnya
Dirunut dari sejarahnya, MiG-29 dirancang sebagai kombinasi dari jet tempur barat, dimana Soviet kala itu mengidamkan sosok penempur yang bisa menggabungkan antara keunggulan manuver F-16 Fighting Falcon dan F-15 Eagle. Pada masa kejayaan Soviet, program MiG-29 terbilang sukses, tidak hanya digunakan oleh Soviet, total ada 30 negara yang mengoperasikan MiG-29 dalam inventaris mereka. Dan bukan hanya negara sekutu Soviet/Rusia yang memboyong MiG-29, melainkan Amerika Serikat diketahui juga membeli 21 unit MiG-29 dari Moldova.
Dirancang untuk superioritas udara, MiG-29 dibuat agar dapat bermanuver dengan sangat baik dengan karakteristik dan visibilitas udara-ke-udara yang maksimal, dan tidak melepaskan keunggulan khas jet tempur Soviet berupa ketangguhan dan kemudahan pemeliharaan.

MiG-29 Fulcrum mampu terbang lebih dari Mach 2 di ketinggian jelajah dan mencapai kecepatan Mach 1.25 di ketinggian rendah. Diberi label “Fulcrum” oleh NATO, MiG-29 telah diadaptasi untuk misi pembom tempur dan telah mengalami berbagai peningkatan selama bertahun-tahun.
Dengan kanon internal tunggal 30 mm (kapasitas 150 peluru) dan tujuh “hard point” di bawah sayap, penempur ini dapat dilengkapi dengan berbagai jenis rudal udara ke udara, roket udara ke darat, atau bom pintar, hingga payload maksimum 3.500 kg. Guna meningkatkan kemampuan jelajah, beberapa varian MiG-29 telah dimodifikasi untuk pengisian bahan bakar di udara (air refueling).
MiG-29 juga diciptakan dalam varian naval, yang artinya dipersiapkan untuk beroperasi dari kapal induk. Selain AL Rusia, pengguna varian naval adalah AL India dengan MiG-29K yang mengoperasikan hingga 44 unit, jauh lebih banyak dari milik AL Rusia yang hanya 24 unit.
Pasca runtuhnya Uni Soviet, biro desain Mikoyan telah menjadi anak perusahaan United Aircraft Corporation, yang terus membangun varian MiG-29. Sejauh ini AU Rusia berusaha untuk mendapatkan pendanaan untuk melakukan upgrade pada armada MiG-29 mereka ke standar yang lebih tinggi. Sumber dari wikipedia.org menyebut, AU Rusia sampai tahun 2017 masih mengoperasikan 256 unit MiG-29.
MiG-29 sendiri pernah mampir dan dipamerkan statis di Indonesia, yaitu saat ajang Indonesia AirShow 1996, dimana dua unit MiG-29N milik AU Malaysia (TUDM) ikut meramaikan event akbar tersebut. Saat ini, pengembangan MiG-29 dilanjutkan ke seri MiG-35.

Rusia menyadari bahwa potensi ekspor terbaik MiG-35 adalah kepada negara-negara yang memang dulunya adalah operator MiG-29 Fulcrum, lantaran platform MiG-35 tak lain adalah hasil pengembangan dari MiG-29. Sehingga pilot dan ground crew yang selama ini menangani MiG-29 akan lebih familier dengan MiG-35.
Secara penampilan MiG-35 memang mirip MiG-29. Garis cetakannya sama, namun ujung bagian kokpitnya sedikit berbeda karena seluruhnya terbuat dari kaca layaknya pesawat tempur generasi kelima. Panel LCD yang berada di kokpit menampilkan informasi penerbangan dan pertempuran secara lengkap. Penempur generasi 4++ ini dibangun dari basis pesawat MiG-29K/KUB dan MiG-29M/M2.
Dibanding MiG-29, MiG-35 punya kemampuan tinggal landas di runway pendek, melakukan pengereman tajam, mendaki secara vertikal, berputar di udara 360 derajat. Dibandingkan dengan versi dasar MiG-29, MiG-35 memiliki perbedaan yang cukup banyak. Selain rangka pesawatnya baru, MiG-35 sudah menggunakan kendali fly-by-wire, glass cockpit, mesin baru. Sistem pesawat juga adaptif dengan perangkat penglihatan malam (NVG).
Baca juga: Rusia Tawarkan MiG-35 ke Malaysia dengan Gaya “Trade in Promo”
MiG-35 ditawarkan dalam dua varian, model kursi tunggal dan dua kursi. Kedua versi sudah mengusung radar Active Electronically Scaned Array (AESA) Phazotron Zhuk-A/AE, radar ini dipercaya punya jangkauan deteksi sampai 260 km dan mampu melacak 30 sasaran secara simultan pada mode air-to-air and air-to-ground. (Gilang Perdana)
@ayam
Sepengetahuan saya Swedia & Jepang pinjam dari ex Jerman Timur
Yang terjadi di konflik Ukraina itu memang kecerobohan Rosikin tingkat dewa
awokawokawok, jangan ngakak gitulah @ayam jago, dah hampir ngga dibantuin siapa² ruskies itu, tentu jelas kocar-kacir dikeroyok berbagai negara, karena serangan ruskies itu buat pertahanan moskow juga, ya jujur ane kasian juga liatnya, andaikan ruskies pake cara yang lebih kasar sih seharusnya jangan ada yang protes, dah ngga ada yang bantuin dikeroyok sana-sini, situasnya ruskies itu kalau diibaratkan andaikan ada negara tetangga yang berbatasan deket ibu kota yang niat bersekongkol sama musuh dan ngijinin pasukan musuh ditaruh di negaranya, jadi ya ibukotanya terancam, mau gamau ya nyerang buat mencegah itu, andaikan ukraina netral kelar udah ini perang rusia ukraina, anggaran ngga terbuang, korban ngga berjatuhan, ane hanya menyimpulkan dari data yang ada, lagipula serangan rusia ke ukraina cuma buat ngasih tekanan politik doang sama bantu warga negara pro rusia disana, tapi ya utamanya buat ngubah politik ukraina ke posisi netral, kemerdekaan ukraina dah diakui resmi oleh rusia, dengan imbal balik icbm, jadi ya pada dasarnya ngga perlu pake acara perang gini juga kalau ukraina jadi negara netral
@periskop
Khusus konflik Ukro vs Ruskies sudah terlihat bagaimana kebaikan hati Ruskies. Dikasih Javelin & NLAW langsung balas budi kasih Tor, Pantsir, Su30SMI, T90M dan rare game trio EW incaran Amriki & OTAN
Ane benar-benar salut bingits
Jujurly MiG-29 tidak hanya dibeli Amriki untuk membantu pengembangan F-22
Prancis membeli dari Kroasia MiG-29 & MiG-21 ex Yugo untuk pengembangan Rafale
Swedia membeli ex Jerman Timur untuk Gripen
Begitu juga Jepang buat F2
Airbus malah pakai juga buat pengembangan Typhoon
Hohoho
@topi & dista
Fulcrum memang beli resmi. Sebelumnya Mig-21 Fishbed saja juga beli resmi eks AURI bahkan jadi basis pengembangan F-16
MiG-25 Foxbat dibawa pilot Soviet yang membelot. Ada 2 kali pembelotan di 1970an
MIg-23 Flogger ambil dari konflik Israel vs Mesir+ Syria yang jatuh dalam kondisi lumayan utuh
Khusus Flanker beli resmi dari negara dunia ketiga via perusahaan swasta dgn embel-embel investasi + bantuan dari USAID
Iya buat dipakai biar tahu kelemahannya
@purun
Cuma buat skuadron agressor
Tidak hanya Fulcrum tapi Flanker, foxbat, fishbed & flogger USAF juga punya
Lawan Sepadan Bagi F 22 Raptor, Sampai – sampai Paman SAM membelinya…
@topi purun, amrik dah biasa beli barang “ori” negara lain, buat di “acak-acak” jeroannya, bahkan s-300 pun dibeli, mungkin karena itu s-300 suriah jadi letoy, selain karena mungkin dah tua mungkin juga dah di antisipasi lewat “acak-acak” nya amrik (ya pokoknya dah di tes lah apalah inspeksi lah, dah biasa amrik ngelakuin itu ke barang “ori” negara lain
sampai sampai amrik pun beli