Hari ini 44 Tahun Lalu, Helikopter Legendaris AS332 Super Puma Terbang Perdana

Hari ini 44 tahun lalu, bertepatan dengan 13 September 2022, menjadi momen bersejarah bagi Airbus Helicopters, pasalnya saat itu telah terbang perdana prototipe helikopter angkut sedang AS332 Super Puma. Di Indonesia, nama helikopter Super Puma begitu lekat di hati netizen, terutama helikopter ini dioperasikan sebagai arsenal di Skadron Udara 6, Skadron Udara 45 VVIP TNI AU dan di masa lalu, juga pernah dioperasikan oleh Puspenerbal TNI AL dan instansi sipil, Pelita Air Service.

Baca juga: PT DI Kirim Helikopter Super Puma NAS332 C1+ untuk Skadron Udara 6 TNI AU

Lantaran terbang perdana di era 70-an, kala itu Super Puma dibinani oleh nama besar Aérospatiale. Dirunut dari sejarahnya, pengembangan Super Puma dilakukan pada tahun 1974, yakni berdasarkan keberhasilan seri SA330 Puma. Dirancang denga mempertahankan tata letak yang serupa, badan helikopter didesain ulang untuk meningkatkan toleransi kerusakan dan kelayakan tabrakan, sementara material komposit juga lebih banyak digunakan.

Selain itu, sepasang mesin turboshaft Turbomeca Makila yang lebih bertenaga juga diadopsi bersama dengan bagian hidung yang lebih ramping. Pada 5 September 1977, prototipe pra-produksi SA331 melakukan penerbangan. Resminya, Super Puma pertama kali melakukan penerbangan pertamanya satu tahun kemudian, yakni pada 13 September 1978. Dengan cepat diikuti oleh pembuatan lima prototipe lagi.

NAS-332 Super Puma H-3204 dengan liver “merah putih.” Foto: Facebook Skadron Udara Empatlima

Pengujian penerbangan mengungkapkan bahwa, dibandingkan dengan SA330 Puma, AS332 Super Puma memiliki kecepatan jelajah yang lebih tinggi dan jangkauan yang lebih jauh, sebagian karena mesin Makila memberikan output daya yang lebih besar bersama dengan pengurangan 17 persen dalam konsumsi bahan bakar per mil. Super Puma juga menunjukkan kecenderungan stabilisasi penerbangan yang jauh lebih unggul dan tidak pada sistem korektif otomatis.

Pengembangan varian militer dan sipil dilakukan secara paralel, termasuk pada tahap sertifikasi. Di lini produksi Aérospatiale, baru pada tahun 1980, Super Puma telah menggantikan SA330 Puma sebagai helikopter utilitas utama Aérospatiale.

Super Puma dengan cepat membuktikan meraih sukses komersial di antara pelanggan militer dan sipil. Angkatan Darat Perancis menjadi pelanggan awal, menggunakan tipe ini dalam satuan tugas respons cepat, Force d’Action Rapide, dan secara rutin mengirimkan Super Puma untuk mendukung keterlibatan Perancis di luar negeri, seperti di Afrika dan Timur Tengah.

Indonesia pun punya peran penting, lewat PT Dirgantara Indonesia (d/h PT IPTN) mendapatkan lisensi untuk memproduksinya secara lokal. Di sektor sipil, telah banyak digunakan untuk mendukung rig minyak lepas pantai dan operasi pemadam kebakaran hutan.

Ranpur Wiesel diangkut dengan sling oleh Super Puma Pelita Air Service.

Sejak tahun 1990, Super Puma dalam dinas militer telah dipasarkan dengan sebutan AS532 Cougar. Dalam layanan sipil, penerus generasi berikutnya dari AS332 diperkenalkan pada tahun 2004, Eurocopter EC225 Super Puma yang lebih besar.

Sejak terbang perdana, sampai September 2019 sudah lebih dari 1.000 unit Super Puma yang telah diproduksi. Dan kini di bawah bendera Airbus Helicopters, AS332 Super Puma punya kode baru dengan sebutan H215.

Super Puma TNI-AL pernah dipasangi dummy AM-39 Exocet

Sebagai sebuah keluarga besar dalam payung “Super Puma,” lini helikopter yang ditawarkan dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu sipil dan militer. Untuk sipil ada pilihan H215 dan H225, sementara untuk militer ada H215M dan H225M. Secara tampilan tak ada perbedaan yang berarti antara H215 dan H225, namun sesuai dari kodenya dapat diketahui, bahwa H225 punya dimensi dan spesifikasi yang lebih besar dari H215.

Baca juga: Indonesia Jadi Target Pasar KUH-1E? Inilah Helikopter Angkut Serbu ‘Cita Rasa’ Super Puma

Bagi mata awam agak sulit untuk membedakan sekilas antara H215 dan H225, namun hal paling mudah bisa dilihat perbedaannya pada jumlah bilah baling-baling di rotor utama. H215 alias AS332 punya empat bilah baling-baling, sedangkan H225 jumlah baling-balingnya ada lima, dan memang ada perbedaan jenis mesin antara H215 dan H225, dimana H225 punya kemampuan mesin lebih besar. Di Indonesia debutnya baru masuk di tipe H225M, yaitu sebagai helikopter SAR Tempur (Combat SAR) – H225M Caracal yang saat ini telah digunakan Skadron Udara 8 Lanud Atang Sanjaya. (Haryo Adjie)

2 Comments