Hari Ini 41 Tahun Lalu, Prototipe CN-235 Terbang Perdana di Sevilla, “Langkah Besar Industri Dirgantara Nasional”
|Masih terus diproduksi dalam berbagai varian, CN-235 sampai saat ini belum tergantikan sebagai karya utama “anak bangsa” dalam industri dirgantara. Tahukan Anda, bahwa hari ini 41 tahun lalu, bertepatan dengan 11 November 1983, merupakan momen bersejarah dalam program pengembangan pesawat angkut sedang CN-235, yakni penerbangan perdana (maiden flight) prototipe CN-235.
Baca juga: Angkatan Udara Perancis Rayakan 30 Tahun Pengabdian Pesawat Angkut Turboprop CN-235
Penerbangan ini berlangsung di Bandara San Pablo, Sevilla, Spanyol. Pesawat ini adalah hasil kerja sama antara perusahaan CASA (Construcciones Aeronáuticas SA) dari Spanyol dan IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara, sekarang PT Dirgantara Indonesia) dari Indonesia.
Yang diuji terbang adalah prototipe dengan kode “PT-1” – yakni prototipe untuk CN-235 pesanan Spanyol. Penerbangan perdana tersebut berlangsung selama 1 jam 10 menit. Penerbangan ini diawaki oleh pilot-pilot uji dari CASA, yaitu Jose Maria Maldonado sebagai pilot utama dan Miguel Angel Arjona sebagai kopilot. Sementara, prototipe dengan kode “PT-2” untuk CN-235 pesanan Indonesia, baru dilakukan pada 30 Desember di tahun yang sama, dan berlangsung juga di San Pablo, Sevilla, Spanyol.
Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa pesawat memenuhi semua standar kualitas dan kelaikan udara sebelum diserahkan kepada pihak Indonesia, yang nantinya akan melakukan serangkaian uji coba tambahan setelah pesawat tiba di Indonesia.
Sejarah pengembangan CN-235 adalah salah satu kisah menarik dalam industri pesawat terbang, karena ini adalah proyek kolaborasi internasional yang melibatkan IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) dari Indonesia dan CASA dari Spanyol. Proyek ini dimulai pada akhir 1970-an, ketika kedua negara menginginkan pesawat angkut militer dan sipil yang efisien dan serbaguna.
Pada akhir 1970-an, IPTN dan CASA menyadari kebutuhan akan pesawat angkut berukuran sedang yang dapat beroperasi di berbagai kondisi medan. Mereka menandatangani perjanjian kerja sama pada tahun 1979 untuk mengembangkan pesawat ini bersama-sama, yang kemudian dikenal sebagai CN-235.
Kemudian pada awal 1980-an, tim teknik dari kedua perusahaan bekerja sama merancang pesawat yang mampu mengangkut hingga 40-50 penumpang atau kargo dalam jarak menengah. Desain CN-235 menggunakan dua mesin turboprop General Electric CT7 yang efisien dan cocok untuk penerbangan jarak pendek hingga menengah. Desain ini juga memastikan pesawat dapat beroperasi di landasan pacu pendek, menjadikannya fleksibel untuk digunakan di bandara kecil atau daerah terpencil.
Ternyata! Amerika Serikat Gunakan CN-235 Sebagai Pesawat Intai Mata-mata
Setelah desain selesai, produksi prototipe CN-235 dimulai. CASA dan IPTN membagi tugas produksi secara seimbang—sebagian komponen diproduksi di Spanyol, sementara bagian lainnya di Indonesia. Prototipe pertama berhasil diselesaikan di fasilitas CASA di Sevilla, Spanyol.
Setelah sukses uji terbang dan sertifikasi, produksi CN-235 mulai berjalan baik di Spanyol maupun Indonesia. Pada tahun-tahun berikutnya, pesawat ini mendapat beberapa peningkatan dalam kapasitas muatan dan daya tahan operasional, sehingga akhirnya muncul beberapa varian, termasuk varian militer, patroli maritim, dan kargo. (Gilang Perdana)
AU Perancis Upgrade Armada CN-235, Diproyeksi Mengudara Hingga 2040
Sedih sih, 41 tahun berlalu PT DI masih terus berdarah2 dan bgini2 aja. Industri strategis yg harusnya dapet dukungan penuh dr pemerintah cuma dpandang sebelah mata.
Partidipasi saya membuat JIG CN.235, Part pesawat CN235.
Semoga hal ini juga menjalar ke proyek kf21
…….VIELEN DANK opa BJ HABIBIE……