Update Drone KamikazeKlik di Atas

Hari ini 37 Tahun Lalu, AgustaWestland AW101 Terbang Perdana, Jadi Helikopter ‘Kontroversial’ di Indonesia

Hari ini 37 tahun lalu, bertepatan dengan 9 Oktober 1987, adalah momen bersejarah dengan penerbangan perdana prototipe helikopter angkut multirole AgustaWestland AW101. Sejak tiba di Lanud Halim Perdanakusuma pada tahun 2016, helikopter ini sialnya tidak sempat terbang di Indonesia. AW101 punya rekam jejak yang tak bisa dilupakan sebagai helikopter dengan pengadaan paling kontroversial, lantaran proyek pembeliannya batal terkait kasus korupsi.

Baca juga: AgustaWestland AW101 VVIP: Mengintip Calon Helikopter Kepresidenan RI Terbaru

Terlepas dari kasus hitamnya di Indonesia, mengetahui sejarah AW101 adalah sesuatu yang menarik, terlebih kinerja helikopter rancangan Inggris dan Italia ini terbilang bagus dengan angka produksi mencapai lebih dari 220 unit.

Prototipe AW101 (sebelumnya dikenal sebagai EH101) melakukan penerbangan perdana selama 30 menut di fasilitas Westland Helicopters di Yeovil, Inggris. Helikopter ini merupakan hasil dari proyek kerja sama antara Agusta dari Italia dan Westland Helicopters dari Inggris. Kedua perusahaan ini mendirikan perusahaan patungan, EH Industries, untuk mengembangkan helikopter ini sebagai solusi multiguna bagi angkatan laut dan sipil.

Penerbangan perdana ini adalah momen penting dalam sejarah pengembangan, karena EH101 dirancang untuk menggantikan helikopter angkatan laut yang lebih tua seperti Westland Sea King. Tujuannya adalah untuk menyediakan platform helikopter yang lebih canggih dengan kemampuan angkut yang lebih besar, jangkauan yang lebih jauh, serta teknologi avionik dan sistem misi yang lebih modern.

Pengembangan AW101 (EH101) dimulai pada awal 1980-an, tepatnya pada tahun 1980, setelah adanya kesepakatan antara Agusta (Italia) dan Westland Helicopters (Inggris). Kedua perusahaan ini bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan Angkatan Laut Italia akan helikopter baru yang bisa melakukan berbagai misi, termasuk anti-kapal selam (ASW) dan pencarian dan penyelamatan (SAR).

“Datang Tak Dijemput Pulang Tak Diantar,” Helikopter AW101 Telah Tiba di Indonesia

Proyek tersebut awalnya didorong oleh kebutuhan Royal Navy dan Marina Militare (Angkatan Laut Italia) untuk memiliki helikopter yang lebih canggih dengan daya jangkau yang lebih jauh, kemampuan angkut lebih besar, dan teknologi yang lebih modern.

Setelah penerbangan perdana, AW101 mengalami pengujian yang ketat dan pengembangan lebih lanjut sebelum akhirnya memasuki layanan operasional. Helikopter ini kemudian digunakan oleh beberapa negara untuk keperluan militer dan sipil, termasuk Inggris, Italia, India, Denmark, Kanada, dan Jepang.

AW101 memiliki sejumlah varian yang dikembangkan untuk berbagai keperluan militer dan sipil. Setiap varian ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari pengguna di berbagai negara. Berikut beberapa varian utama yang dikembangkan. Di antara varian militer adalah:

1. AW101 Merlin HM1/HM2 (Royal Navy)
Varian ini dirancang khusus untuk anti-kapal selam (ASW) dan perang anti-kapal permukaan (ASuW). HM2 adalah upgrade dari HM1 dengan avionik yang lebih canggih dan peningkatan kemampuan misi. Nama “Merlin” diberikan oleh Royal Navy, mengacu pada burung pemangsa yang cepat dan lincah, sesuai dengan karakteristik helikopter ini.

2. AW101 Merlin HC3/HC3A/HC4 (Royal Air Force dan Royal Navy)
Varian HC3 adalah versi angkut taktis yang digunakan oleh Royal Air Force untuk misi transportasi pasukan dan kargo, serta operasi kemanusiaan. HC4 adalah varian yang ditingkatkan untuk operasi amfibi bersama Royal Navy.

3. AW101 ASW/ASuW (Angkatan Laut Italia)
Digunakan oleh Angkatan Laut Italia untuk misi anti-kapal selam dan anti-kapal permukaan, dengan sistem sonar canggih dan persenjataan yang sesuai.

4. AW101 CSAR (Combat Search and Rescue)
Varian ini dirancang untuk misi pencarian dan penyelamatan tempur (CSAR), digunakan oleh angkatan bersenjata seperti di Italia, dengan peralatan dan perlindungan tambahan untuk operasi di zona konflik.

5. AW101 VVIP
Varian ini dirancang untuk transportasi VIP dan kepala negara, dilengkapi dengan kabin mewah dan fitur keamanan tambahan. Beberapa negara seperti Arab Saudi dan India telah memesan varian ini.

Interior AW101 VVIP

Di Indonesia Mangkrak Sebelum Terbang
Penjualan helikopter AW101 ke Indonesia gagal karena terlibat dalam skandal korupsi yang menarik perhatian besar. Awalnya, Indonesia berencana untuk membeli 3 unit helikopter AW101 untuk angkutan VIP dengan kontrak senilai sekitar US$55 juta pada tahun 2016. Namun, proses pembelian ini memicu kontroversi ketika muncul dugaan bahwa terdapat penyimpangan dalam pengadaan tersebut.

Kasus korupsi menjadi faktor utama yang menggagalkan penjualan ini. Pada tahun 2017, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Indonesia mengungkap adanya dugaan penyalahgunaan wewenang dan pembengkakan biaya dalam proses pengadaan helikopter AW101. Diduga, ada mark-up harga yang melibatkan sejumlah pejabat militer Indonesia serta pihak-pihak tertentu dari perusahaan terkait.

Helikopter AW101 yang dipesan Indonesia sudah pernah diuji terbang sebelum helikopter ini dibawa ke Indonesia. Unit helikopter AW101 tersebut diuji terbang di Yeovil, Inggris, tempat produksi helikopter oleh Leonardo Helicopters, yang sebelumnya dikenal sebagai AgustaWestland.

Satu unit AW101 berhasil dikirim ke Indonesia, namun karena tersandung kasus korupsi, unit AW101 tersebut selama beberapa lama hanya menjadi penghuni hanggar Skadron Udara 45 Lanud Halim Perdanakusuma.

Tanpa Basa Basi, Helikoper AW101 Utility TNI AU Telah Mengangkasa!

Sebagai catatan, helikopter AW101 yang dipesan untuk Indonesia, yang semula dirancang sebagai helikopter VIP (angkutan pejabat), tidak dilengkapi dengan pintu rampa (ramp door). Pintu rampa biasanya digunakan pada varian militer atau angkut pasukan untuk memfasilitasi penurunan pasukan atau kargo dengan cepat. Dalam kasus pembelian Indonesia, helikopter tersebut diadaptasi untuk keperluan transportasi VIP, sehingga konfigurasi ini umumnya dilengkapi dengan pintu standar di samping, bukan pintu rampa. (Bayu Pamungkas)

TNI AU Ajukan (Lagi) Pengadaan Helikopter AgustaWestland AW101