Hari Ini 29 Tahun Lalu, Jet Tempur F/A-18 Super Hornet Terbang Perdana, “Pengganti F-14 Tomcat”
Hari Ini 29 Tahun Lalu, bertepatan dengan 29 November 1995, berlangsung penerbangan perdana jet tempur F/A-18 E/F Super Hornet. Penerbangan perdana F/A-18E/F Super Hornet berlangsung di Bandara Internasional Lambert, St. Louis, Missouri. Pesawat lepas landas pada pukul 11:15 waktu setempat dan dikendalikan oleh pilot uji McDonnell Douglas, Fred Madenwald.
Penerbangan tersebut berlangsung selama 63 menit dan bertujuan untuk menguji performa dan kemampuan kontrol pesawat. Setelah mendarat, Madenwald melaporkan bahwa pesawat terasa mulus, presisi, dan mudah dikendalikan.
Saat penerbangan perdana Super Hornet, McDonnell Douglas belum diakuisisi oleh Boeing. Prototipe pesawat ini masih dikembangkan oleh McDonnell Douglas. Akuisisi McDonnell Douglas oleh Boeing baru terjadi pada 1 Agustus 1997, setelah penerbangan perdana Super Hornet. Setelah akuisisi, Boeing melanjutkan produksi dan pengembangan Super Hornet sebagai bagian dari portofolio produk militer mereka.
Pengembangan F/A-18E/F Super Hornet berakar dari kebutuhan Angkatan Laut AS untuk menggantikan dan meningkatkan kemampuan pesawat tempur berbasis kapal induk, khususnya sebagai pengganti F-14 Tomcat dan melengkapi F/A-18C/D Hornet. Meskipun F/A-18C/D Hornet efektif dalam peran multirole, pesawat ini memiliki jangkauan terbatas dan kapasitas bahan bakar yang tidak mencukupi untuk misi jarak jauh tanpa dukungan pengisian bahan bakar udara. Keterbatasan ini menjadi kritis dalam operasi berbasis kapal induk, di mana daya tahan dan jangkauan sangat penting.
Super Hornet dikembangkan sebagai pesawat tempur multirole yang mampu menjalankan misi udara-ke-udara dan udara-ke-darat dengan lebih baik. Peningkatan dalam hal kapasitas bahan bakar, payload, dan kemampuan bertahan membuatnya cocok untuk menggantikan F-14 dan A-6 Intruder, serta memenuhi peran sebagai pesawat serang interim untuk program pesawat masa depan.
Pengembangan Super Hornet diprioritaskan untuk tetap hemat biaya dengan memanfaatkan teknologi yang sudah ada, namun tetap memperkenalkan perbaikan signifikan, seperti mesin yang lebih kuat (GE F414) dan desain yang lebih besar dengan kapasitas bahan bakar lebih banyak. Hal ini membuatnya lebih mudah diproduksi dan dirawat dibanding pesawat sebelumnya. Super Hornet kemudian menjadi andalan Angkatan Laut AS, dengan kemampuan untuk membawa berbagai jenis persenjataan dan beroperasi di lingkungan laut yang keras.
Secara umum, F/A-18E/F Super Hornet memiliki sejumlah perbedaan signifikan dibandingkan F/A-18C/D Hornet dalam hal ukuran, performa, dan kemampuan tempur.
Enclosed Weapons Pod – Bikin F/A-18 Super Hornet Punya Kemampuan Semi Stealth
Seperti, Super Hornet menggunakan mesin General Electric F414, yang lebih kuat dibandingkan mesin F404 pada Hornet. Super Hornet memiliki kapasitas bahan bakar internal lebih besar sekitar 33%, sehingga mampu terbang lebih jauh tanpa membutuhkan tanki eksternal. Keduanya memiliki kecepatan puncak yang mirip, tetapi Super Hornet memiliki kinerja lebih baik pada misi jarak jauh dan ketinggian tinggi.
Super Hornet mampu membawa lebih banyak persenjataan dan muatan, dengan kapasitas angkut hingga 8.050 kg, dibandingkan Hornet yang hanya sekitar 6.215 kg. Super Hornet memiliki 11 hardpoints untuk senjata dan peralatan, lebih banyak dibandingkan Hornet yang memiliki 9.
Super Hornet dilengkapi dengan radar AESA AN/APG-79 yang lebih canggih, memberikan kemampuan pelacakan target yang lebih baik dan tahan jamming. Selain Amerika Serikat dan Australia, hanya Kuwait yang juga mengoperasikan F/A-18E/F Super Hornet. (Gilang Perdana)
Boeing Memulai Upgrade “Block III” untuk F/A-18 Block II Super Hornet Angkatan Laut AS