Hari Ini, 20 Tahun Lalu, F-16 TNI AU Nyaris “Dogfight” dengan F/A-18 Hornet di Atas Bawean
Di tengah kirik pikuk berita di seputaran Laut Cina Selatan, mungkin netizen lupa, bahwa tepat pada tanggal ini, 3 Juli, pada 20 tahun lalu telah terjadi peristiwa bersejarah di jagad dirgantara pertahanan udara nasional. Persisnya pada 3 Juli 2003, nyaris terjadi duel udara antara dua tipe jet tempur, yaitu F-16 dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Madiun, dengan kelompok terbang F/A-18 Hornet dari kapal induk nuklir di USS Carl Vinson (CVN-70).
Baca juga: USNS Kilauea, Kapal Angkut Amunisi yang Pernah Lakukan Jamming di Laut Timor
Peristiwa yang terjadi di atas Laut Jawa, sebelah barat laut Pulau Bawean, kemudian dikenal sebagai insiden Bawean. Kala itu dua pesawat F-16 TNI AU berhadapan dengan sembilan pesawat tempur F/A-18 Hornet milik AL AS. Peristiwa dimulai ketika armada tempur kapal induk USS Carl Vinson (CVN-70) bersama 2 Fregat dan 1 Destroyer milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) berlayar dari Singapura menuju Australia melalui Selat Karimata (ALKI I) lalu masuk ke Laut Jawa. Pada saat melewati perairan Bawean itulah, pesawat F/A-18 yang merupakan bagian dari kekuatan kapal induk CVN-70 melakukan latihan penerbangan rutin mereka dan melakukan manuver berbahaya bagi lalu-lintas penerbangan sipil di ruang udara Indonesia.
Deteksi mengenai adanya penerbangan gelap pada Insiden Bawean ini mulai dilaporkan pukul 11.41 WIB. Pusat Operasi Sektor (Posek) Hanudnas II Makassar menerima informasi dari MCC (Military Civil Coordination – Pusat Koordinasi Radar Sipil – Militer) Ngurah Rai, Bali mengenai adanya deteksi penerbangan gelap di atas Pulau Bawean. Sebanyak lima unit pesawat terdeteksi pada ketinggian bervariasi antara FL 150-350 (15.000 kaki hingga 35.000 kaki). Kecepatannya berkisar 450 knot dan Squawk Number (IFF mode 3/A) 1200.
Tidak ada komunikasi yang terdengar antara 5 pesawat tidak dikenal tersebut dengan ATC (Air Traffic Control) Bali atau Surabaya. Informasi LaSa (Laporan Sasaran) X tersebut kemudian diteruskan untuk dimonitor di Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional (Popunas), Jakarta. Posek Hanudnas II selanjutnya memerintahkan MCC Rai dan MCC Juanda untuk terus memonitor track Lasa tersebut serta meminta konfirmasi apakah sudah ada Security Clearance (SC) pesawat pesawat yang terlibat pada Insiden Bawean tersebut kepada Popunas.
Dua jam kemudian, 14.50 WIB, tiba-tiba sejumlah pesawat tak dikenal kembali mengudara di sekitar Pulau Bawean. Pangkosek Hanudnas II saat itu Marsma TNI Panji Utama segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pangkohanudnas Marsda TNI Wresniwiro. Pangkohanudnas lalu memerintahkan Pangkosekhanudnas II untuk melaksanakan identifikasi visual menggunakan pesawat Tempur Sergap (TS) F-16 yang siaga di Lanud Iswahjudi, Madiun. Inilah awal mula peristiwa yang dikenal sebagai Insiden Bawean.
Pukul 15.40 WIB Pangkosekhanudnas II memerintahkan Komandan Posko Tempur Sergap F-16 (Danskadron Udara 3) Letkol Pnb Tatang Harlyansyah agar menyiapkan pesawat F-16 untuk identifikasi visual pada beberapa LaSa X di radial 340 derajat – 015 derajat, FL 250-155 dan jarak 113-135 Nm dari SBY (posisi sekitar Pulau Bawean, karena itu peristiwa ini dikenal sebagai Insiden Bawean). Pukul 15.53 Pangkohanudnas melaporkan rencana pelaksanaan operasi kepada Kasum TNI dan KSAU Marsekal TNI Chappy Hakim.
Pukul 16.40 WIB para penerbang menyalakan mesin kedua pesawat F-16 berkursi ganda. Falcon 1 (TS-1603) diawaki Kapten Pnb Ian Fuadi/Kapten Pnb Fajar Adriyanto serta Falcon 2 (TS-1602) diawaki Kapten Pnb Tonny Haryono/Kapt Pnb Satriyo Utomo. Pukul 17.04 Dua pesawat F-16 (Falcon Flight) masing-masing bersenjata dua rudal AIM-9P4 dan 450 butir peluru 20 mm lepas landas.
Pukul 17.16 WIB Falcon Flight tertangkap oleh radar Surabaya dan dimonitor oleh MCC Rai. Dua menit kemudian Falcon Flight kontak dengan frekuensi SBY Director selaku GCI dan mendapat informasi tentang posisi serta jumlah pesawat tak dikenal. Falcon Flight menuju sasaran. Empat menit kemudian SBY Director menginformasikan Falcon Flight bahwa ada dua pesawat lain muncul dengan cepat mengarah menuju mereka.
Pukul 17.22 WIB Falcon Flight berhasil menangkap sasaran (radar contact). Kemudian yang terjadi adalah peralatan ECCM (electronic counter-countermeasures) radar kedua pihak mulai saling jamming. Masing masing peralatan perang elektronika dari kedua belah pihak tersebut memancarkan gelombang radio yang saling berusaha menaklukan satu sama lain. Kedua F-16 pun mengaktifkan anti-jamming dan men-set ke mode auto, sehingga jamming yang dilakukan F/A-18 tidak berhasil. Melalui simbologi dan nada RWR (radar warning receiver) F-16 saat itu diketahui Falcon 1 dikunci (locked on) oleh radar dan rudal F/A-18.
Pukul 17.25 WIB Falcon 1 melihat sebuah F/A-18 dan terlibat manuver saling membelok. Falcon 1 berada di ekor F/A-18 Hornet tersebut. Falcon 2 segera mengambil posisi sebagai supporting fighter dan dikejar oleh F/A-18 yang lain. Falcon 2 mengambil inisiatif menggoyang sayap (rocking wing) memberi tanda bahwa kedua F-16 kita tidak bermaksud mengancam.
Dari hasil rekaman ulang perang elektronika kokpit Falcon 2 F-16 berekor nomor TS-1602 yang diawaki Kapten Pnb Tonny H dan Kapten Pnb Satriyo Utomo, jelas terlihat pesawat Falcon 1 yang sempat juga melakukan gerakan hard break belok dengan kemiringan hampir 90 derajat, secara ketat terus ditempel oleh Hornet 1.
Sementara, Hornet kedua menguntit rekannya. Posisi Falcon 2 juga menguntungkan terhadap Hornet 2 sehingga bila suasana bermusuhan menjadi kenyataan, pasangan Kapten Tonny-Kapten Satriyo dapat membantu Falcon 1. Saat menghindar dari rudal Sidewinder yang bakal ditembakkan setiap detik kepada mereka dengan membelokkan tajam F-16 mereka, mata Kapten Fajar masih sempat melihat kapal perusak US Navy dan langsung melaporkan penglihatannya itu.
Kedua F-16 TNI AU memang sempat close fight dengan mereka, tetapi memang tidak melaksanakan ofensif. Falcon Flight mempunyai tugas dari panglima untuk melaksanakan intersepsi dan identifikasi visual guna mencari data pesawat apa jenisnya, kemudian dari negara mana, apa tujuan mereka melaksanakan latihan.
Kemudian Falcon Flight Leader menjelaskan, F-16 TNI AU sedang melaksanakan patroli, bertugas melaksanakan identifikasi visual dan memberitahukan bahwa F/A-18 berada di wilayah udara Indonesia. Selanjutnya pesawat AL AS itu diperintahkan untuk kontak ke ATC setempat karena Bali Control sebagai penanggung jawab lalu lintas penerbangan di area tersebut tidak mengetahui status mereka.
Baca juga: Setelah Overrun, Mungkinkah F-16 TS-1603 Kembali Mengudara?
Pukul 17.22 WIB Hornet pergi menjauh sedangkan Falcon Flight return to base ke Lanud Iswahjudi. Pukul 18.15 WIB Falcon Flight mendarat dengan selamat di Lanud Iswahjudi. Sementara Posek Hanudnas II tetap melanjutkan pengamatan diawasi penuh oleh Popunas. MCC Rai kemudian melaporkan kepada Popunas, setelah identifikasi visual dilakukan F-16 TNI AU, pesawat-pesawat F/A-18 tersebut selanjutnya mengadakan kontak ke ATC Bandara Ngurah Rai sesuai yang diperintahkan oleh pilot F-16 TNI AU. (Gilang Perdana – Dikutip dari Buku “Insiden di Atas Bawean” karya Marsda TNI Wresniwiro)
amerika/ pentagon jual monkey model, buktinya black hawk sama hueynya philipina
” ketika terjadi insiden kerusuhan Santa Cruz di Dilli Timor Timur (Timor Leste) tahun 1992, Indonesia segera dikenakan sanksi dan embargo alutsista termasuk pembelian sparepart yg membuat kemampuan dan kekuatan militer Indonesia khususnya angkatan udaranya menjadi lumpuh.”
————————————————–
Eeeiiittttthhh…..sdh ada yg mulai sedikit terbuka pengakuannya. Baru sadar rupanya si doi tuh klo boss nya doyan banget kasi kartu embalgo..😁
” Bayangkan untuk melakukan intersepsi saja dari awal obyek terdeteksi hingga Interseptor diturunkan butuh waktu 136 menit dari 14:50 sampai 17:04, jarak waktu dari menyalakan mesin hingga diterbangkan saja butuh waktu 24 menit.”
—————————————————–
Oooo….ternyata msh blom paham si Cucu paman Biden utk masalah Scrambler dan intersep. Emang adakah dari mulai dilaporkannya pesawat asing terdeteksi lalu Scrambler sampe intersep pesawat asing tsb yg cuma butuh waktu dibawah 5 menit.? Mainmu kejauhan tong, jd lupa pakai logika berpikir yg bener. Prosedur pencegatan itu ada boss. NATO yg kuat gesekannya dng Rusia aja punya prosedurnya yg di mulai dr kontak radio hingga proses intersep. Gak ada yg cuma butuh waktu 10 menit boss. Ente baca artikel lawas Indomiliter ini dulu biar paham sebelum ngibul..👇👇👇
https://www.indomiliter.com/scramble-jadi-bukti-tingkat-kesiapan-operasional-penerbang-tempur-tni-au/
Beda kasusnya jika pesawat sedang patroli spt kasus Hawk TNI AU vs Hornet Aussy. Gak butuh waktu lama sdh dikejar sampe lari terbirit2 tuh Hornet Aussy. Mungkin seandainya saat itu RI tdk dihantam krisis, mungkin rencana pak Harto utk beli Sukhoi sdh terealisasi. Maka insiden Bawean akan berubah narasi dramanya. Ente pasti paham maksud ane broo. Bakal putih pucat bagai tanpa darah semua wajah pilot hornet US NAVY itu.
” USA tidak pernah jualan produk monkey model kepada negara lainnya. ”
———————————————–
Aaahhhhhh….yg bener klo ngasi penjelasan mas broo. Apa kabar F-16 Irak.? Itu versi dr Block 52 lho. Apa sama dng versi Block 52 yg dipunyai Turkey atau Singapore.? Baca lg deh beritanya. Apa itu bukan Monkey models?.
Bahkan apa yg diberi AS levelnya bisa disebut lebih jelek dr Monkey models yg diberi Rusia. Krn versi Monkey Models nya Rusia msh tersedia rudal lengkap, baik jarak dekat, jauh, anti radiasi dan anti kapal.
Lha F-16 A/B kita sdh puluhan tahun cuma sanggup gotong 2 jenis rudal doank yaitu Sidewinder dan Maverik. Baru2 ini aja setela upgrade bisa bawa Amraam mas broo..👍💪
*@Periskop: jangan kejauhan bahasnya kita tadi bahasnya apakah ada pertempuran udara yg memungkinkan Pespur USAF berhadapan dg pespur buatan USA. Gak usah ngelantur Ampe orang didarat diserang Hellfire. Dia naik mobil bukan naik F-14.
@Agato dimana² jualan alutsista pesawat tempur buat ekspor ya bedalah dengan versi user dari negara produsen,, ngawur mur sungguh terlalu…
@agato
semua negara yang bisa produksi senjata pasti jual ekspor itu monkey model, cuma beda kadar masalah downgrade, AS downgradenya ngga sebesar rusia atau cina, cuman ya itu, kalau bahasa kasar dari saya, kalau mau jadi “pelayan” AS, silahkan beli senjata sekuatnya budget, sementara kalau rusia dan cina, itu eksport model tergantung budget, serta relatif jauh lebih murah dibanding AS, alhasil, banyak negara kecil, dapet senjata dari sana juga, baik rusia atau cina, ini realitanya, bukan saya bela siapa², dan ya, iran ngga diserang AS?, lah itu ilmuwan nuklir iran yang di rudal hellfire itu apa?, dan juga fasilitas nuklir iran juga pernah diserang, kalau ngga salah AS juga pelakunya, lagipula, f-14 tomcat iran kemungkinan besar sudah dimodif sangat jauh, jadi r-73 dan produk rusia lainnya bisa digunakan disitu, palingan juga kedepannya bakal diganti SU-35, lagipula iran itu gercep dan ulet, jadi puluhan tahun embargo ngga masalah buat mereka, dan kan benar kata saya apa, ngga ada rudal pesawat customer amerika yang pernah ngenain pesawat amerika, jika ada contoh silahkan saja kasih
@Periskop: kayaknya sih gak pernah, kalo lawan buatan Rusia sih sering menangnya. Tapi gini, ini hanya hipotesis tapi USA tidak pernah menyerang Iran padahal pespur punya Iran itu cuman pespur generasi keempat awal dan yg paling canggih cuman F-14 yg notabene udah pensiun. Pentagon paham bahwa akan ada resiko tertembak jatuh karena USA tidak pernah jualan produk monkey model kepada negara lainnya. Pokoknya ada uang ada barang. Jadi jikalau ada kesempatan pertempuran udara TNI AU vs USAF ada kemungkinan pespur USAF juga bisa kena tembak.
bukan pesawatnya yang hebat, pilotnya yang hebat!
@TN
nah itu dia mas, coba dulu 18 skuadro sukhoi series beneran jadi beli, itu dah bonus brahmos buat rudal anti kapalnya kalau dari yang saya baca, panser juga sejujurnya anoa saja sudah cukup, lalu pesawat airlifter juga cukup cn series + A400m series untuk yang lebih besar, coba bisa gitu ngga mumet dah, beli senjata kok dicampur² kayak es teler 😅😅
@agato, emang gitu ya? coba kasih contoh amerika adu rudal sama negara yang pake produknya, kenyataanya saja, f-35 pernah pake komponen cina aman² aja sampe keciduk