Hanwha K30 Biho – Sistem Hanud Self Propelled Korea Selatan yang Nyaris Dibeli India
|Korea Selatan memasok senjata ke India? Rasanya jarang terdengar, lantaran kedua negara dikenal punya ‘peradaban’ industri alutsista yang setanding. Namun, tahukah Anda bahwa di tahun 2019, Seoul nyaris memasok persenjataan berat ke New Delhi, bahkan produk lansiran Negeri Ginseng dikabarkan mampu ‘mengalahkan’ produk sejenis dari Rusia, sesuatu yang di luar kelaziman, mengingat Rusia telah dikenal lama sebagai pemasok tradisional persenjataan ke India.
Baca juga: Lindungi Obyek Vital di Pusat Kota, Korea Selatan Tempatkan Kanon M167 Vulcan di Rooftop
Produk dari Korea Selatan itu adalah K30 Biho “Flying Tiger”, yang masuk kategori Self Propelled Anti Aircraft Gun (SPAAG). Dikutip dari beberapa media internasional, disebutkan bahwa K30 Biho dipilih India setelah mengalahkan dua pesaing dari Rusia, yakni sistem hanud Tunguska-M1 dan Pantsir S-1 dalam uji coba untuk program pengadaan alutsista hanud.
Buntut dari kesuksesan uji coba tersebut, Hanwha Defense selaku produsen K30 Biho pada Mei 2019 diganjar kontrak senilai US$2,6 miliar untuk memasok 104 unit K30 Biho ke Angkatan Bersenjata India. Namun, pada September 2020, kontrak tersebut dibatalkan, lantaran ada keinginan dari India untuk bisa memproduksi alutsista sejenis di dalam negeri.
Meski akhirnya tak jadi dipasarkan ke India, nama K30 Biho kadung terkenal, terlebih saat pihak penguji dari India menyatakan kepuasan pada kinerja K30 Biho, terutama dalam penggunaan di medan panas dan gurun. Lantas apa yang menarik dari sosok Macan Terbang ini?
Sebagai SPAAG yang ditempatkan dalam platform ranpur roda rantai lapis baja, maka K30 Biho bisa disebut mirip dengan 2K22 Tunguska (Rusia) dan Flakpanzer Gepard (Jerman). Senjata utama K30 Biho adalah dua laras kanon hanud KKCB kaliber 30 mm produksi SNT Dynamics dan rudal hanud jarak dekat Shingung MANPADS. Untuk yang disebut terakhir merupakan varian asli dari rudal MANPADS Chiron buatan LIG Nex1. Sebagai catatan, rudal Chiron juga dioperasikan oleh Korps Paskhas TNI AU, yakni sebagai pelengkap pada sistem hanud Skyshield dari Rheinmetall.
Dirancang oleh Agency for Defense Development (ADD) pada periode 1983 – 1991, K30 Biho dikembangkan untuk memenuhi persyaratan operasional Angkatan Bersenjata Korea Selatan pada sistem pertahanan udara jarak pendek yang mobile dan ideal untuk kondisi operasional dan medan di semenanjung Korea.
Poin utama dari K30 Biho adalah menggabungkan sistem senjata 30 mm yang dipandu secara elektro-optik dengan sistem radar pengawasan pada sasis ranpur APC roda rantai K200. Kehadiran K30 Biho bisa disebut sebagai pelengkap SPAAG K263A1 Chungung yang mengandalkan kanon Vulcan gatiling gun 20 mm.
Sebagai elemen pengendali duo kanon 30 mm, dipercayakan pada TPS-830K (X band pulse Doppler radar) sebagai surveillance and fire-control radar yang dibekali integral L-band (1 -S 2 GHz) Identification Friend or Foe (IFF).
Melengkapi modul deteksi pada kubah, terdapat electro-optical targeting system (EOTS), panoramic periscope, forward looking infrared system (FLIR), laser rangefinder (LRF), thermal sight, TV camera dan digital fire-control system. Sistem penargetan gabungan EOTS, FLIR, dan LRF memiliki jangkauan penargetan lebih dari 10 km. Sementara radar TPS-830K dapat mendeteksi dan melacak target berukuran 2 m2 (22 sq ft) -RCS dari jarak 17 km.
Untuk kanon KKCB kaliber 30 mm, punya kecepatan tembak 600 proyektil per menit dan jangkauan tembak efektif 3.000 meter. Setiap laras kanon dilengkapi dengan kapasitas 300 butir munisi. Pada tahun 2013, kubah K30 Biho dilengkapi dengan integrasi rudal hanud MANPADS Shingung (Chiron), yang punya jangkauan hingga 7 km. Dua pod masing-masing berisi dua rudal dipasang, satu di setiap sisi kubah. Integrasi desain dengan rudal selesai pada tahun 2014, dan pada bulan Oktober 2015 sistem tersebut telah diproduksi tingkat penuh.
Baca juga: Derivatsiya-PVO 57mm SPAAG: VSHORAD Terbaru Rusia dengan Platform BMP-3
K30 Biho dengan platform ranpur K200 mengadopsi mesin diesel MAN-Doosan D2840L 520 hp. K30 Biho dengan bobot 26,5 ton dapat melesat dengan kecepatan maksimum 65 km per jam dan jarak jelajah sampai 500 km.
Pada tahun 2021, varian beroda ban dari K30 Biho telah diluncurkan, sistem ini mengandalkan platform ranpur angkut personel lapis baja K808 8×8. (Gilang Perdana)
pantsir dirancang buat yang dingin dingin kok ditaruh gurun ya ngga pas wkwk
@gauren
Bener bro ,tot yg dibarengi dgn pembelian sedikit hanya mempermahal barang yg akan di beli ditambah blm kena kickback wkwkwk,banyak tot yg akhir mubazir pada akhirnya Krn kurang memperhatikan kurang nya industri dlm negeri dlm menyerap tot tersebut,intinya perlu upgrade ilmu, maturity & penguasaan tech Lebh adv,sup dr univ & gov utk itu
@ERSAT
Inilah yg bikin proses pembelian alutsista Indo selalu mandek bertahun2.
dikit2 selalu minta ToT.
Klo belinya sekaligus banyak macam India yg sampai ratusan unit sih OKE.
Ini belinya paling ketengan tp pengennya dapet ToT RUDAL.
YAH produsen jg mikir 2x buat ngasih.
Sebetulnya Sasis Medium Tank Harimau bisa digunakan untuk basis sistem Hanud. Bisa digabungkan antara 4-8 Rudal Hanud jarak pendek dan Canon atau 16-24 rudal Hanud jarak pendek bergantung pemilihan.
Konsepnya bisa dijadikan payung udara bergerak Kavaleri lapis baja Militer Indonesia atau bisa juga sebagai Hanud titik yg menjaga obvitnas bergantung skenario yg ada. Yg jelas Indonesia harus mengembangkan sendiri minimal rudal Hanud jarak pendek yg sudah mulai berjalan seperti Rudal Merapi 2. Pemerintah lewat Kemhan dan Inhan Nasional bisa mengembangkan bersama-sama dg Universitas terkait pengembangan dan pembuatan alutsista strategis secara mandiri.
Kalo Indonesia beli pake basic pandur 2 dan harus ada ToT sistem penargetannya sama senjata larasnya dan harua diintegrasikan dengan radar buatan PT. LEN. Kalo rudal ToT pembelian berikutnya.
@admin
Korea Selatan juga memasok SPH K9 Thunder yang kemudian dilisensi India melalui Larsen & Taubro berganti nama jadi K9 Vajra
Ada juga protes, keberatan & intervensi dari dalam pemerintahan serta parlemen yg pro Rusia tentang kemenangan K30 Biho
Bagusnya untuk meredam lamgsung diputuskan membangun sendiri SPAA dengan nama program SPAD-GMS
Opsi pertama
Basisnya DRDO light tank
https://en.m.wikipedia.org/wiki/DRDO_light_tank
Dari basis Sprut SDM1
Opsi kedua
Ada wacana lain dgn basis SPH K9 Vajra bikinan Larsen & Taubro
Turret dan gun rumornya memakai kombinasi Prancis + UEA disupport Igla-S
Kita hrs punya itu tempatkan d natuna jd kalau ada kapal induk cina tembak pake itu pasti g tenggelam
Kenapa kita tak tertarik utk beli buat lengkapi Giant Bow model tarik yg pernah auto nembak pasukan marinir kita sendiri, paling tidak K30 Biho swa gerak dan bisa langsung ditarik picu bila deteksi ancaman, sementara yg satunya wajib dipersiapkan dulu, dilepas dari gandengan, pasang tiang penyangga, lipat roda, pasang amunisi dlst…termasuk sambung ke genset dan radar penjejak baru nembak, beli Biho beberapa puluh nanti pasti diberi TOT sama Kroya dan jangan malu dan ragu utk beli yg versi paling update karena kita butuh rudal nya juga kan lumayan bisa buat sanggongi drone penghancur.