Hadapi Ancaman Swarm Drone, Amerika Serikat Hadirkan ‘THOR’
|Terbang rendah dengan kecepatan relatif ‘lambat’, keberadaan drone ibarat buah simalakama, dicibir lantaran berteknologi ‘standar’, namun kenyataan mampu menimbulkan kerusakan signifikan. Dan bila bersatu dalam kelompok, swarm drone tak pelak bisa menciptakan kesulitan tersendiri, mengingat ada saja di antara ‘mereka’ yang lolos dari sergapan sistem hanud konvensional. Pada kasus tersebut, Negeri Paman Sam rupanya membutuhkan bantuan ‘THOR’.
THOR (Tactical High-Power Operational Responder) kini tengah dikembangkan oleh Angkatan Udara AS (US Air Force) untuk menetralkan serangan segerombolan drone. THOR adalah bagian dari unit hanud titik yang memanfaatkan gelombang mikro berkekuatan tinggi atau dikenal juga dengan sebutan High-Power Microwave (HPM)
Untuk menunjang mobilitas, THOR dikemas kontainer 20 kaki yang mudah dipindahkan dengan trailer, termasuk dapat dimuat ke dalam ruang kargo pesawat angkut sekelas C-130 Hercules. Guna memastikan kemudahan deployment, THOR dapat disiaplkan dalam waktu tiga jam dengan dua personel saja.
THOR adalah hasil pengembangan dari Air Force Research Laboratory (AFRL) yang berkolaborasi dengan BAE Systems, Leidos, dan Verus Research, sebuah perusahaan teknik yang berbasis di Albuquerque. THOR memulai debutnya pada tahun 2019, setelah siklus pengembangan cepat selama 18 bulan.
Dikutip dari thedefensepost.com (18/5/2023), pada 5 April lalu telah dilangsungkan uji coba perdana penggunaan THOR di Lokasi Uji Chestnut, Pangkalan Angkatan Udara Kirtland, New Mexico. THOR menggunakan gelombang mikro berdaya tinggi untuk ‘menggoreng’, menonaktifkan, atau mengganggu sistem elektronik pada target. Secara signifikan, THOR dapat digunakan melawan banyak target sekaligus, menjadikannya senjata yang berpotensi sangat berharga untuk pertahanan melawan kawanan drone di mana pertahanan jarak dekat lainnya — mulai dari sistem senjata hingga laser — mungkin kesulitan.
Tentu saja, tingkat daya sistem HPM dan cara sistem memfokuskan pancarannya berdampak pada jangkauan dan kemampuannya menghadapi beberapa ancaman sekaligus. Nah, untuk urusan kemampuan jangkauan THOR, pihak pengembang tidak merinci dengan jelas.
“THOR sangat efisien dengan penembakan sistem yang hampir terus-menerus selama keterlibatan kawanan,” kata Kapten Tylar Hanson, wakil manajer program THOR, tentang demonstrasi baru-baru ini. “Ini adalah demonstrasi awal, dan kami yakin dapat menggunakan teknologi yang sama ini dan membuatnya lebih efektif untuk melindungi personel kami di seluruh dunia.” tambahnya.
Angkatan Udara AS bukan satu-satunya cabang militer AS yang tertarik dengan THOR. Angkatan Darat AS (US Army) secara resmi mengumumkan bahwa mereka berkontribusi secara finansial untuk program tersebut pada awal tahun 2021, dengan THOR digunakan sebagai bagian dari sistem prototipe Indirect Fire Protection Capability-High Power Microwave (IFPC-HPM) yang rencananya akan diluncurkan oleh layanan tersebut pada Tahun Fiskal 2024.
Baca juga: Stryker Leonidas – Integrasi High Power Microwave Counter Drone di Ranpur Lapis Baja
Epirus, startup asal California bersama dengan General Dynamics Land System (GDLS) memperkenalkan ranpur lapis baja Stryker 8×8 Angkatan Darat AS yang dilengkapi sistem HPM yang diberi label Leonidas. Integrasi Leonidas dengan ranpur Stryker, diklaim menghadirkan kemampuan sistem kontra-elektronik ke garis depan – memberikan solusi pertahanan berlapis yang handal dan hemat biaya untuk mendukung kekuatan manuver. (Gilang Perdana)
Sistem ini Dihajar pake drone Decoy bunuh diri anti radiasi seperti prinsip rudal anti radiasi jg bakal keok, dan tidak akan banyak berguna dimedan perang yang memiliki intensitas jamming frekwensi tinggi.
Inspired by Angel Has Fallen thn 2019, kalau saat itu THOR sudah ada tak perlu capek2 agen Gerard Butler lindungi presiden Morgan Freeman dari serangan kawanan “burung gagak” yg terbang rendah sebagai drone bunuh diri. Patut diapresiasi pembuatnya segera kirim ke Ukraina utk hadapi Lancet nya Rusia jika mampu eliminir berarti produk berhasil, siapa tahu drone jumbo sekelas Bayraktar, dll yg sudah jarang tampil bisa ikutan ditumpas walau milik kawan sendiri.